Mengambil keputusan merupakan bagian dari proses berfikir, yaitu suatu peristiwa yang berlangsung di dalam otak ketika orang mempertimbangkan, memahami, mengingat dan menalar tentang segala sesuatu. Sesuatu yang diputuskan akan dilakukan setelah menilai suatu keadaan, kenyataan atau peristiwa yang sedang dihadapi. Pengalaman, ingatan, standar moral dan tingkat kecerdasan seseorang menentukan mutu keputusan yang diambil. Semakin cerdas dan sarat unsur-unsur muatan di otak seseorang, semakin matang keputusan yang diambil. Mutu suatu keputusan ditentukan oleh siapa pengambil keputusannya. Kemampuan orang mengambil keputusan yang matang ditentukan
oleh segenap latar belakang pendidikan dan faktor ipoleksosbud yang dimilikinya.
Namun dari waktu ke waktu mutu pengambilan keputusan dipengaruhi oleh kondisi fisik dan mental pada suatu saat. Kondisi fisik dan mental dipengaruhi oleh suasana emosi, sosial maupun obat-obatan pada suatu saat tertentu. Fluktuasi mutu keputusan orang yang sama dari waktu ke waktu inilah yang perlu diwaspadai, jika suatu keputusan berdampak luas terhadap kepentingan orang banyak.
Jangan ambil keputusan saat sedang emosi.
Yang percaya bioritmik akan memilih hari baik kapan sebuah keputusan penting harus diambil. Yaitu saat kemampuan intelegensia melebihi unsur emosi. Atau pada jam-jam ketika kemampuan menalar kurang dipengaruhi unsur emosi.
Pengambilan keputusan ditempuh melalui sebuah proses berpikir. Proses berpikir sendiri dapat mengalami gangguan sehingga mutu pikirannya subnormal atau mungkin malah menyimpang. Sedang gangguan proses berpikir sendiri dapat berasal dari luar, seperti obat-obatan, zat adiktif, serta kondisi fisik dan sosial, selain berasal dari dalam diri sendiri. Dalam takaran kecil kafein, nikotin, teh, dan cola bersifat merangsang kerja otak, sehingga orang merasa jernih dalam berpikir. Mereka yang terbiasa minum zat yang tergolong stimulansia otak semacam ini, akan merasa sukar berpikir jika tidak dipacu dengan zat itu terlebih dulu. Namun dalam takaran yang tinggi zat tersebut justru berefek sebaliknya.
Kondisi fisik yang letih dan faktor sosial tertentu, pemakaian obat dan zat adiktif, dapat mengganggu satu atau lebih unsur dalam proses berpikir sehingga mutu berpikirnya di bawah normal. Demikian pula jika seseorang emosinya sedang memuncak dan pikirannya kalut, buah pikirannya sering tidak nalar dan irasional. Jenis-jenis obat tertentu yang diresepkan dokter dapat membangkitkan halusinasi, ilusi atau mengganggu persepsi serta penalaran.
Pemakaian narkotika, zat-zat sejenis dari jamur tahi kerbau, misalnya, dapat mengganggu bentuk, arus atau isi pikiran orang yang menggunakannya. Sehingga
keputusan yang diambilnya pun dapat rancu, tak rasional dan tidak realistik.
Keputusan yang bermutu itu mempertimbangkan pula unsur moral, unsur kemanusiaan, unsur matangnya pengalaman hidup yang membawanya ke dalam dimensi kebijakan. Semua ini merupakan bagian dari kemampuan mempertimbangkan. Kemampuan yang ini pun dipengaruhi oleh keadaan mental, kondisi fisik dan faktor sosial pada suatu saat. (diadaptasi dari: Tiara On Line September 1999 - Dr. Handrawan Nadesul)
****************************************************************************
STOPPER
# Anda bisa berdusta pada semua orang pada beberapa waktu, dan berdusta pada beberapa orang untuk selamanya, tapi anda tidak bisa berdusta pada semua orang untuk selamanya. (Abraham Lincoln)
# Pengetahuan adalah satu-satunya alat produksi yang tidak tunduk pada hukum keausan. (J.M. Clark)
# Kesulitan menimbulkan kemampuan untuk mengatasinya. (Oliver Wendell Holmes)
Mengantri dan matematika
7 years ago
No comments:
Post a Comment