Pages

Monday, October 24, 2011

SAAT KITA MENDAHULUKAN DIRI SENDIRI

Ada suatu saat dimana anda harus mendahulukan diri sendiri, dan menyisihkan orang lain. Sayangnya, saat itu bukanlah saat anda terjebak di tengah-tengah kemacetan lalu lintas. Tak seorang pun memberi hak pada anda untuk menghalangi lajur kendaraan lain.
Sayangnya pula saat itu bukanlah saat anda berada di pucuk kekuasaan yang membanggakan. Karena, justru di saat itu anda harus memberikan kedua belah lengan anda untuk bekerja demi kepentingan lebih banyak orang.

Satu-satunya saat dimana anda harus mendahulukan diri sendiri, ketimbang orang lain, adalah di saat anda berlaku introspeksi pada diri sendiri.
Sayangnya, saat itu bukanlah saat yang menyenangkan bagi banyak orang.
Meski tak terlalu sulit menemukan keburukan diri sendiri, namun cukup menyakitkan untuk mengakuinya.
Maka, tak heran bila banyak orang lebih suka tertinggal dalam hal perenungan diri, dan begitu cermat mengamati sisi negatif orang lain.

Thursday, August 11, 2011

SEBUAH KEHENINGAN YANG BESAR

Cobalah berdiri di sebuah lembah yang hening. Lalu teriakkan satu patah kata sekuat-kuatnya. Terdengarlah suara gaung bergema-gema. Pada mulanya begitu keras, lamat-lamat ia memelan dan lembah pun kembali hening.
Pertanyaannya adalah, dari manakah teriakan anda bermula, dan kemanakah teriakan keras itu pergi?
Pada awalnya adalah keheningan. Suara anda datang dari keheningan.
Lalu suara anda hilang tertelan dalam keheningan yang sama. Pada akhirnya yang tertinggal adalah keheningan.

Sejenak mari kita renungi, dari manakah datangnya hidup, dan kemanakah perginya hidup. Sesungguhnya hidup bukanlah sekedar gerak, bukanlah sekedar suara, bukan pula sekedar warna. Bila hidup datang dari keheningan dan kembali dalam keheningan, maka keheningan itu semestinya adalah hidup yang jauh lebih besar. Sebagaimana kedalaman air danau yang tenang berbanding dengan riak-riak kecil di permukaan.

Tuesday, June 14, 2011

SELAMATKAN PERTENGKARAN ANDA

Rasanya tak mungkin anda bertengkar seorang diri.
Selalu dibutuhkan setidaknya dua orang untuk memulai sebuah perselisihan kecil.
Dan, itu sudah cukup untuk mendatangkan pertengkaran besar-besaran. Itu berarti,
pertengkaran bukan hanya persoalan perbedaan pendapat atau tarik-menarik keinginan. Pertengkaran adalah soal pilihan anda. Pilihan untuk memulai lalu membiarkannya membesar membakar semua yang ada, atau menutup pintu sebelum sempat dimasuki oleh salah seorang dari anda. Karena, pertengkaran mustahil terjadi bila anda benar-benar tak berkehendak untuk menceburkan diri ke dalamnya.

Meski anda jatuh dalam sungai deras, itu tak berarti anda harus hanyut atau tenggelam tanpa daya. Anda bisa berenang-renang meninggalkan pusaran air, dan naik ke daratan. Hanya di saat berada di tepianlah anda bisa menolong rekan anda untuk mentas dari kehanyutan. Ulurkan tali penyelamat berupa curahan maaf dan pengertian diri tanpa pamrih. Dua orang yang bertengkar takkan bisa menolong satu sama lain.

Wednesday, May 25, 2011

SEDIKIT DEMI SEDIKIT LAMA-LAMA JADI BUKIT

Pepatah ini sederhana saja, "sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit."
Kita biasa memaknainya, bahwa bila kita mengumpulkan se-sen demi se-sen, pada saatnya kita akan dapatkan sepundi.
Namun sesungguhnya pepatah ini tak sekedar berbicara tentang hidup hemat, atau ketekunan menabung.
Pepatah ini menyiratkan tentang sesuatu yang lebih berharga dari sekedar sekantung
keping uang, yaitu: bila kita mampu mengumpulkan kebaikan dalam setiap tindakan-tindakan kecil kita, maka kita akan dapati kebesaran dalam jiwa kita.

Bagaimanakah tindakan-tindakan kecil itu mencerminkan kebesaran jiwa sang pemiliknya? Yaitu, bila disertai dengan secercah kasih sayang di dalamnya.
Ucapan terima kasih, sesungging senyum, sapaan ramah, atau pelukan bersahabat, adalah tindakan yang mungkin sepele saja.
Namun dalam liputan kasih sayang, ia jauh lebih tinggi daripada bukit tabungan anda.

Sunday, March 13, 2011

BUKAN HANYA DEMI SESUAP NASI

Mengapa anak-anak banyak bercita-cita menjadi dokter?
Karena mereka tahu, bahwa pekerjaan mereka kelak semestinya bukan hanya demi sesuap nasi, melainkan juga demi segenggam cita-cita luhur.

Bukankah ini mengingatkan kita agar sadar bahwa kerja keras kita tentunya bukan hanya demi mengumpulkan angka-angka laba seceruk demi seceruk, tetapi juga membangun nilai-nilai pengabdian mulia pada dunia.
Suara kanak-kanak memang seringkali melompat jauh mendahului jaman.
Dan kita yang sudah banyak termakan usia ini harus tertatih-tatih mengejarnya. Semogalah kita tak mudah patah dan kehilangan gairah kanak-kanak dalam menghadapi permainan kehidupan kerja kita.
Bila toh sekantung laba tak kita kantungi, setidaknya kita mendapatkan setangkup kelapangan dada.

Sunday, February 13, 2011

PENJARA YANG KITA BANGUN

Seringkali kita membangun penjara dengan batu-batu besar nan kuat dan kokoh. Bahkan bila perlu kita bangun penjara di pedalaman hutan yang mengerikan, di tengah lautan berombak ganas, atau di sebuah sudut bulan yang tak tampak dari bumi. Penjara harus jadi dunia lain dari dunia ini yang tak boleh punya cerita apa-apa.

Sayangnya, sehebat-hebat penjara kita bangun, ia nyaris tak mampu mencegah orang terjungkal ke dalamnya. Mungkin selama ini kita hanya berpikir bagaimana kita punya penjara hebat yang tak memungkinkan pesakitan di dalamnya bisa lolos begitu saja. Begitu hebatnya, sehingga lubang jarum pun tak boleh menyelinap bebas. Padahal semestinya, penjara bukan hanya dibangun dari batu-batu hitam yang keras, melainkan juga tembok-tembok hukum yang selalu ditegakkan, tiang-tiang etika yang ditinggikan, serta pagar-pagar moral nurani yang dimuliakan.

Sunday, February 06, 2011

RASAILAH SENTUHAN BAJU ANDA

Apakah anda merasai angin yang bersemilir menggeraikan rambut di pelipis anda?
Apakah anda merasai dinginnya embun pagi menyapa wajah anda?
Apakah anda merasai kerikil mencubit-cubit kulit halus telapak kaki anda?
Apakah anda merasai?

Ayolah, jangan hanya berjalan menggunakan kepala yang penuh dengan pikiran tentang perhitungan-perhitungan. Pikiran yang penuh dengan harapan dan angan-angan.
Sesekali, berjalanlah dengan rasa. Sudah terlalu banyak orang berpakaian sutera di badan, namun mereka tak merasakan lembutnya sentuhan sutra itu di sekujur tubuh mereka.
Karena mereka lebih sibuk membajui pikiran mereka dengan kebanggaan dan kemewahan atas nama sutra itu.
Bagaimana tatapan bisa tampak cantik bila menyiratkan keinginan untuk dipuji? Bagaimana pula sutra itu melembutkan kulit, bila hati mengabaikannya?

Thursday, January 13, 2011

NOTHING TO LOOSE SAJALAH

Bila anda sadar akan peran yang harus anda mainkan dalam hidup ini, maka takkanlah sanjungan meruntuhkan diri anda.
Takkanlah pula celaan meremukredamkan jiwa anda.
Anda hanya perlu mengalirkannya begitu saja dari dalam diri anda.
Sanjungan tak lebih dari seteguk air dingin penyejuk kelelahan.
Sedangkan celaan adalah sepucuk kerikil yang memperingatkan anda untuk berhati-hati. Selain semua itu, tak ada yang perlu dibanggakan atau disesali hingga harus kehilangan diri sendiri.

Nothing to loose sajalah.
Tak perlu merasa harus memiliki atau kehilangan.
Karena apa yang kita genggam toh akan terlepas juga.
Mungkin kita harus memindahtangankannya pada orang lain.
Atau, merelakannya terlepas dari genggaman yang semakin lelah merenta.

AYAH HEBAT SEKALI!

Beberapa waktu lalu sebuah gedung opera di Paris mengundang seorang penyanyi terkenal untuk mengadakan pertunjukan di sana. Tiket pertunjukan telah terjual habis. Semua orang ingin sekali menonton penampilan dari penyanyi terkenal itu.

Tetapi, pada malam pertunjukkan, sang penyanyi jatuh sakit dan tidak bisa tampil di sana.

Kemudian, pimpinan gedung opera itu naik ke atas panggung dan menyampaikan permohonan maafnya, "Tuan-tuan dan nyonya-nyonya, terima kasih sekali atas dukungan anda semua pada pertunjukkan ini. Saya khawatir, karena sakit, artis yang sedang kita tunggu-tunggu ini tidak bisa tampil malam ini. Namun begitu, kami telah menunjuk seorang artis pengganti yang kami harap bisa memberikan hiburan yang tak kalah menariknya."

Langsung saja seluruh penonton berteriak menyatakan kekecewaan mereka.
Pengumuman selanjutnya dari pimpinan gedung opera mengenai nama artis pengganti itu tidak lagi terdengar dan tenggelam dalam gerutu penonton yang dongkol. Suasana yang semula penuh kemeriahan berubah menjadi putus asa dan kekecewaan.

Meski begitu, artis pengganti yang naik ke atas panggung berusaha menampilkan semua kemampuan terbaiknya. Dan, ketika ia selesai merampungkan pertunjukkannya tak seorang pun memberikan tepuk tangan atau applause.
Suasana penonton terasa dingin dan sunyi.

Hingga tiba-tiba dari salah satu sudut balkon, seorang anak kecil berdiri dan berteriak, "Ayah...! Pertunjukkan ayah hebat sekali...!" Ia bertepuk tangan sendiri sekeras-kerasnya.

Para penonton menoleh pada anak kecil yang berdiri di atas balok. Mereka merasa malu betapa tak mampu menghargai penampilan seseorang yang telah berusaha menampilkan pertunjukan yang sebaik-baiknya meski hanya sebagai penyanyi pengganti. Akhirnya, suasana gedung opera pecah dengan gemuruh tepuk tangan dari seluruh penonton.

Pojok Renungan Editor: Berikan yang terbaik, meski tak seorang pun menghargainya. Namun, hargai jerih payah yang telah ditunjukkan oleh orang lain. Bukankah, itu adalah pertanda keberadaban kita?

Monday, January 03, 2011

TENTANG MENYINGKIRKAN DURI DARI JALAN

Kita berbuat baik tentunya bukan untuk mengharapkan apa-apa. Karena kita sadar itulah peran yang harus kita mainkan. Adalah kewajiban kita untuk menyingkirkan duri di jalan yang sedang kita lalui, bukan saja agar tak melukai diri kita, namun untuk menjaga para pejalan lain.

Jadi, meski tak seorang pun mengucapkan terima kasih atas perbuatan baik anda, itu tak perlu mengecilkan arti kerja anda. Mungkin saja orang lain tak memahami kebaikan itu, karena mereka menganggap memang seharusnya anda lakukan itu. Maka, apatah artinya sebuah ucapan terima kasih. Biarkan saja kebaikan mengalir dari tangan anda. Dan biarkan benak anda terbebas dari perasaan berjasa. Temukan arti pesan sang bijak, berikan derma dari tangan kanan seakan-akan tangan kirimu tak mengetahuinya.