Pages

Wednesday, September 22, 2010

KENANGLAH KASIH ORANGTUA ANDA

Kenanglah kedua orangtua anda.
Biasanya, di saat orangtua kita masih hidup, tidak mudah bagi kita untuk menghargai kasih sayang mereka. Padahal mereka menebar cinta mereka dalam setiap desah nafas, gerak bibir, dan ayunan langkah mereka. Tak ada yang mereka pikirkan begitu penting selain keluarga mereka, anak cucu mereka, penerus keberlangsungan karya mereka di dunia ini.
Bahkan dalam amarah, kekecewaan dan kesedihan mereka selimuti dengan kasih sayang.

Bagi kita, ini mungkin nasehat tua yang sudah terlalu sering terdengar.
Namun, tak pernah usang, karena orangtua selalu dilahirkan jaman.
Mengenang orangtua sebenarnya mengenang keberadaan diri kita sendiri.
Kita terlahir dari buah kasih sayang, kita tumbuh dalam naungan kasih sayang, kita pun ditinggalkan dengan lambaian kasih sayang.
Memang tak ada yang terlambat, namun sebelum hati dalam anda menyesal, kasihilah orangtua anda.
Bagi mereka, balasan ini jauh lebih berharga dari apa pun yang pernah diperolehnya.
Bagi mereka, itulah bekal sebaik-baiknya untuk menikmati usia senja mereka.

InsyaAlloh.....

Thursday, September 16, 2010

LIHATLAH KEINDAHAN BEGITU SAJA

Setiap saat bumi ini menampakkan keindahannya pada kita.
Kabut yang turun menghalangi pandangan mata.
Angin yang mendesir menaikkan debu-debu jalanan.
Sungai kering yang tinggal menyisakan batu-batu hitam.
Lekak-lekuk lereng gunung yang dipenuhi semak-semak ranggas.
Semua itu jadi penawaran terbaik bagi kita.
Sebuah penawaran apakah kita mau memandangnya sebagai sebuah pesona, atau kita abaikan berlalu tak bermakna.

Menikmati pesona alam memang tak bisa diajarkan, apalagi diperintahkan.
Kita hanya perlu membuka mata, melihat begitu saja, tak memutuskan mana yang indah mana yang buruk.
Karena, bahkan pada seonggok kotoran busuk pun, ribuan serangga mengais-ngais nasibnya.
Bukankah kegigihan mahluk-mahluk kecil itu adalah pesona yang patut memberikan makna dan rasa bersyukur dalam
diri kita?

Monday, September 06, 2010

BUKAN NASEHAT, TETAPI GENGGAMAN ERAT

Adakalanya kita khilaf, alpa, dan lalai. Di saat itu biasanya kita akan mencari-cari berjuta alasan untuk membenarkan tindakan kita. Bila toh sepatah dua patah nasehat dilontarkan orang lain untuk menyadarkan kita, kita malah terdorong untuk bertahan. Meski kita tak menolak peringatan itu, namun tak jarang kita anggap orang lain tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Memang jauh lebih mudah bagi mereka yang tak terjerat persoalan untuk memberikan nasehat, peringatan, bahkan ancaman.

Maka, seringkali yang dibutuhkan bukanlah kata-kata manis mengenai indahnya kebenaran. Kita yang khilaf lebih membutuhkan genggaman erat dari seorang rekan yang memompakan keberanian untuk mengatasi masalah. Bukan kalimat-kalimat, seperti, "kau harus begini, kau jangan begitu", melainkan "mari kita selesaikan bersama-sama". Kita butuh seseorang yang mampu menunjukkan bahwa rasa takut itu bisa ditaklukkan; bahwa rasa sakit itu bisa diredakan; bahwa keberanian itu tak harus mengorbankan banyak hal. Kita tak membutuhkan seseorang yang memojokkan kita di kursi pesakitan. Karena setiap orang bisa salah.

BUKAN NASEHAT, TETAPI GENGGAMAN ERAT

Adakalanya kita khilaf, alpa, dan lalai. Di saat itu biasanya kita akan mencari-cari berjuta alasan untuk membenarkan tindakan kita. Bila toh sepatah dua patah nasehat dilontarkan orang lain untuk menyadarkan kita, kita malah terdorong untuk bertahan. Meski kita tak menolak peringatan itu, namun tak jarang kita anggap orang lain tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Memang jauh lebih mudah bagi mereka yang tak terjerat persoalan untuk memberikan nasehat, peringatan, bahkan ancaman.

Maka, seringkali yang dibutuhkan bukanlah kata-kata manis mengenai indahnya kebenaran. Kita yang khilaf lebih membutuhkan genggaman erat dari seorang rekan yang memompakan keberanian untuk mengatasi masalah. Bukan kalimat-kalimat, seperti, "kau harus begini, kau jangan begitu", melainkan "mari kita selesaikan bersama-sama". Kita butuh seseorang yang mampu menunjukkan bahwa rasa takut itu bisa ditaklukkan; bahwa rasa sakit itu bisa diredakan; bahwa keberanian itu tak harus mengorbankan banyak hal. Kita tak membutuhkan seseorang yang memojokkan kita di kursi pesakitan. Karena setiap orang bisa salah.