Pages

Sunday, October 28, 2007

SANG RAJA YANG BAHAGIA

Alkisah hiduplah seorang raja yang memiliki lonceng perak yang digantung dipuncak menara tinggi istananya. Lonceng itu dipasang semenjak ia menduduki tahta kerajaan. Sang raja bertitah bahwa ia akan membunyikan lonceng itu setiap kali ia merasa bahagia. Dengan demikian seluruh rakyatnya tahu tentang kebahagiaan itu.

Setiap hari seluruh rakyat memasang telinga menunggu kalau-kalau lonceng perak itu berbunyi. Tetapi lonceng itu tidak kunjung berbunyi. Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Dan bulan berganti tahun. Akan tetapi lonceng itu tidak jua berbunyi. Ini menunjukkan bahwa berita kebahagiaan sang raja belum pernah terdengar.

Raja itu semakin tua dan rambutnya memutih. Akhirnya ia jatuh sakit dant inggal menunggu saat ajalnya tiba. Mendengar berita yang menyedihkan ini, berbondong-bondong rakyatnya datang menjenguk dan menangisinya.

Melihat hal ini, sang raja baru tersadarkan bahwa ternyata selama ini ia sangat dicintai oleh rakyatnya. Tak kuasa ia menahan titik air mata. Ia tersenyum. Baru kali itulah ia merasa bahagia. Akhirnya, tepat sebelum nyawanya dicabut dari raga, dengan tertatih-tatih ia mengulurkan tangan menarik tali untuk membunyikan lonceng perak itu. Maka seluruh rakyat pun tahu, sang raja wafat dalam keadaan bahagia.

Pojok Renungan Editor: Bila kita mengabaikan cinta yang diberikan oleh orang lain, kita pun mengabaikan kebahagiaan yang diberikan oleh orang lain.

(Disadur dari: Glenn Van Ekeren, 12 Simple Secrets Of Happiness)

DISERANG EX-ATASAN

Tanya: Dear Friends. Saya bekerja sudah 5 tahun sebagai administrator tanpa berganti atasan. Awal tahun lalu saya dan atasan dipanggil Kepala Divisi, dan diberitahu bahwa kami berdua akan menduduki jabatan baru di salah satu anak perusahaan yang bergerak di bidang konsultansi. Dalam skema organisasi yang baru, saya dan atasan berada dalam posisi berbeda dengan jabatan masing-masing, tapi saya tetap diharapkan membantu atasan dalam penyelesaian tugas-tugasnya disela-sela kesibukan saya untuk jabatan baru tersebut. Akhir cerita setelah di anak perusahaan saya mendapat promosi untuk suatu jabatan lain dan berposisi di luar Jakarta. Hal ini menyebabkan saya agak lambat dalam jika ex-atasan saya minta bantuan.

Saat ini ex-atasan saya tiba-tiba sering menuding saya sombong, makan teman, kacang lupa kulitnya, lupa jasa-jasa beliau dan gila jabatan. Saya berusaha menerangkan kalau saya tidak berubah, keterlambatan saya dikarenakan saat ini saya memiliki tugas dan tanggung jawab berbeda dan harus menjadi prioritas sebelum saya membantu tugas beliau.

Sampai detik ini beliau belum pernah berubah sedikitpun. Dia masih menggap saya adalah bawahannya, hal ini pernah dilontarkan ke saya secara langsung dan saya jawab, secara struktural beliau adalah direktur dan saya hanya membantu tugas dia untuk hal-hal tertentu. Saya coba ingatkan dia kalau sekarang kita dalam tempat yang baru, dengan struktur dan kebijakan yang berbeda dengan pusat tempat dimana sebelumnya kami bertugas.

Terakhir, hari ini dia menyerang saya lagi dengan mengatakan saya berdukun untuk memperoleh karir saya. Ingin rasanya mengikuti hawa nafsu saya untuk melakukan serangan balik karena selama karir saya di bawah dia, tidak sekalipun saya memperoleh kompensasi yang layak atas kesetiaan dan kepatuhan saya, bahkan hingga saat-saat terakhir saya menjadi bawahannya, padahal tuntutan pekerjaan saya telah jauh melebihi standar job desc yang seharusnya untuk seorang administrator. Tapi, jika saya layani mampukah saya menyakiti hati ex-atasan yang saya tahu persis sangat perasa dan sensitif, saya yakin dia akan sakit hati dan kemudian sakit fisik jika saya melakukan serangan balik. Beliau seorang wanita berumur dan mudah sakit jika mengalami serangan stres.

Dear Rekan, demikian gosip saya. Saya berharap dapat masukan mengenai langkah apa yang harus saya lakukan. Terus terang saat ini dia sangat menggangu konsentrasi saya dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Saya sudah coba share dengan beberapa teman dan jawabannya adalah, ex-atasan saya merasa kehilangan orang yang mampu membackup dia dalam pelaksanaan tugas. Tapi apakah salah kalau saya memiliki nasib baik dan berpeluang untuk berkarir?(IW)

Jawab: Mas IW, selamat datang di babak baru dalam kehidupan karier anda. Kalau selama ini mungkin anda menikmati hubungan kerja yang harmonis dan baik-baik saja, nah sekaranglah waktunya untuk mengalami sesuatu yang berbeda. Itu namanya dinamika. Semakin anda duduk di tempat yang lebih tinggi, maka semakin kencang angin menerpa, dan semakin kesepian anda disana. Tapi jangan kuatir, di balik semua itu ada pelajaran besar yang sangat menempa mental anda sebagai pemimpin. Dan, ini adalah sesuatu yang harus anda lalui sebagai konsekuensi dari kedudukan yang anda raih sekarang ini.

Soal fitnah dan isu yang tidak benar, sebaiknya anda hadapi dengan tegar. Tak perlu bersusah payah membantah. Itu tidak perlu. Lambat laun orang akan tahu mana yang benar dan tidak. Lupakan saja pikiran negatif untuk melakukan"serangan balik". Itu hanya akan memperburuk keadaan. Juga tidak baik dilihat oleh rekan-rekan kerja anda, terutama atasan. Sadarilah, bahwa promosi jabatan yang anda terima sebenarnya merupakan buah dari suatu kebaikan yang anda tunjukkan selama ini. Jangan nodai kepercayaan perusahaan hanya karena persoalan dengan ex-atasan. Masih banyak jalan keluar untuk menangani hal ini.

Coba anda renungkan mengapa perusahaan tetap meminta anda membantu ex-atasan, meski anda sendiri telah ditempatkan di posisi yang berbeda? Bukankah perusahaan pasti menginginkan anda bisa bertanggung jawab penuh pada pekerjaan baru? Itu berarti perusahaan cukup tahu situasi ex-atasan anda. Perusahaan tahu bahwa ex-atasan anda sangat membutuhkan anda. Karena anda adalah orang yang paham benar akan pekerjaan yang harus ditangani dan pribadi atasan anda. Tugas anda kini adalah menunjukkan bahwa anda memang benar-benar memahami ex-atasan anda. Anda paham bahwa ex-atasan anda sangat perlu dibantu, namun di saat yang sama anda juga mempunyai tugas sendiri yang harus diselesaikan. Jalan keluarnya adalah anda harus mendidik seorang staff untuk menggantikan anda menyelesaikan tugas-tugas ex-atasan. Anda harus mentransplantasi ketrampilan anda pada orang lain. Tentu tidak salah jika anda memiliki karier yang baik, namun alangkah indahnya jika anda juga membantu ex-atasan memperoleh karier yang baik pula; yaitu dengan menyiapkan pengganti yang setara kemampuannya dengan anda.

Bicarakan hal ini pada manajemen. Minta waktu untuk mendidik seseorang menggantikan anda. Dengan demikian anda dapat dianggap cukup bertanggungjawab dalam meninggalkan posisi anda yang lama. Bila anda mampu melakukannya dengan baik, kami percaya hubungan anda dengan ex-atasan juga akan membaik. Kesuksesan anda juga berkat upaya ex-atasan khan? Jadi, sudah waktunya kini anda menunjukkan "balas budi" anda. Namun, tentu dengan "style". Mudah-mudahan ini cukup simple dan bisa diterima. Kalau ada yang kurang berkenan, mohon maaf. Selamat mendidik orang lain dan diri anda sendiri.

KEPERCAYAAN DIIKAT DENGAN KEPERCAYAAN

Andaikan tak ada kertas, tinta, dan pena. Bagaimana kita bisa mengikrarkan sebuah kesepakatan dengan orang lain? Barangkali dengan saling berjabatan tangan, bersulang, atau tukar-menukar pipa. Cukuplah itu untuk menyatakan bahwa kita percaya satu sama lain dan tak ada niat untuk mencederai janji.

Namun, ketika kita menemukan kertas, tinta, dan pena, segala sesuatunya jadi tampak rumit. Semua kemungkinan seolah harus dinyatakan dalam huruf dan tulisan. Kepercayaan pun sedikit tergeserkan. Kekhawatiran mencuat melindungi kepentingan. Itu tak apa. Kita memang hidup di dunia yang tak selalu terduga. Tetapi, ada baiknya kita sadari, kepercayaan tak bisa dijamin dengan hanya berlembar-lembar kertas perjanjian. Kepercayaan berbenihkan kepercayaan, tumbuh dalam waktu, dan disemai dengan kebersamaan. Bila demikian adanya, maka jabat tangan akan lebih bermakna ketimbang seribukata-kata.

ABAIKAN DIRI ANDA SENDIRI

Alexander The Great, atau yang dikenal juga dengan nama Iskandar Zulkarnain, adalah raja Romawi yang sangat terkenal dengan kepemimpinannya. Berikut adalah salah satu cerita mengenai kepemimpinannya.

Suatu waktu Alexander The Great memimpin pasukannya melintasi gurun pasir yang panas dan kering. Setelah hampir dua minggu berjalan, ia dan pasukannya kelelahan dan hampir mati karena kehausan. Tetapi Alexander tetap memimpin pasukannya untuk terus berjalan penuh semangat.

Pada siang yang terik, dua orang pasukannya datang menemui Alexander dengan membawa semangkuk air yang mereka ambil dari sebuah kolam air yang telah kerontang. Kolam air itu kering dan hanya ada sedikit air yang tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh pasukan. Melihat hal ini, Alexander membuang air itu ke gurun pasir.

Sang Raja berkata, "Tidak ada gunanya bagi seseorang untuk minum di saat banyak orang sedang kehausan!"

Demikianlah kepemimpinan itu. Anda tidak bisa memperlakukan orang-orang andahanya sebagai alat untuk mencapai tujuan anda. Anda harus menunjukkan ketulusan dan keteguhan diri anda dengan sama-sama merasakan apa yang orang-orang anda rasakan.

(Disadur dari: Neil Eskelin, Abandon Yourself!)

TIPS MENEMUI ATASAN YANG SELALU SANGAT SIBUK

Yang namanya atasan itu memang selalu sibuk. Jadi anda harus maklum. Mereka bekerja mulai pagi hari, sebelum anda bangun, sampai larut malam ketika kebanyakan orang telah terlelap tidur. Ruang kerja mereka bukan hanya dikantor, melainkan juga di lapangan golf, ruang karaoke bahkan di atas pesawat. Karena itu tidak mudah bagi anda untuk meminta sedikit waktu mereka.

Kalau toh atasan anda sedang berada di kantor, mungkin jadwalnya telah padat untuk rapat ini, inspeksi itu atau presentasi macam-macam. Bagi atasan,waktu sangatlah berharga. Untuk menemui atasan yang sangat sibuk seperti itu anda harus memutar otak agar tidak menyia-nyiakan waktu beliau.
Berikut beberapa tips menemui atasan yang selalu sibuk. Semoga berhasil.

1--Persiapan, persiapan dan persiapan.

Apa pun hal yang akan dibicarakan, langkah awal terbaik adalah persiapan. Sekali lagi, persiapkan diri anda sebaik-baiknya. Pelajari semua bahan yang diperlukan. Baca naskah dengan teliti. Rumuskan pendapat anda tentang haltersebut. Susun dokumen yang dibutuhkan dan urutkan dengan rapi. Antisipasi kemungkinan-kemungkinan yang muncul.

2--Tulis point-point yang ingin anda sampaikan.

Siapkan point-point bahan pertemuan anda secara tertulis. Gunakan ini sebagai penuntun agar pertemuan anda berjalan cepat dan teratur. Selain itu, atasan mungkin akan sangat menghargai anda karena tidak membuang-buang waktunya. Bila perlu sampaikan point-point tertulis itu pada beliau.

3--Usahakan datang dengan pemecahan, bukan masalah.

Bila anda datang dengan masalah, usahakan anda juga datang dengan pemecahan. Namun jangan anggap semua masalah anda juga menjadi masalah atasan anda. Mungkin atasan anda tidak melihat itu sebagai masalah beliau, karena memang anda dibayar untuk memecahkan masalah anda. Bahkan bila perlu, anda bisa mengesankan atasan anda dengan menawarkan pemecahan bagi masalah beliau.

4--Bila benar-benar bermasalah, pastikan anda keluar dengan jawaban.

Tetapi, bila anda benar-benar harus datang dengan masalah, maka pastikan anda keluar dari ruangan atasan anda dengan mendapatkan jawaban yang tegas. Untuk itu, persiapkan pertanyaan atau hal-hal yang memerlukan keputusan atasan. Anda bisa membantu atasan dengan menyiapkan berbagai alternatif jawaban.

5--Siapkan agenda yang jelas.

Jika anda telah siap dengan berbagai bahan yang dibicarakan, maka susun agenda pertemuan. Pastikan juga anda melibatkan rekan kerja yang dianggap perlu hadir. Kemudian bicarakan hal itu dengan sekretaris atasan. Mungkin jadwal yang tersedia bagi anda dengan atasan tidak mudah diduga, karena ituatur waktu anda sendiri sebaik-baiknya.

6--Jalin hubungan kerja yang baik dengan sekretaris atasan.

Yang dimaksud hubungan kerja yang baik bukanlah dengan menraktir makan siang. Tetapi bagaimana anda dan sekretaris atasan bekerja sama untuk mencari cara yang terbaik agar pertemuan anda dengan atasan berlangsung secara produktif dan bermanfaat. Anda perlu menyampaikan point-point penting pada sekretaris atasan. Bagaimana pun, sekretaris adalah orang yang paling tahu perihal atasan anda. Yakinkan bahwa anda akan membicarakan perihal yang penting dan berharga.

7--Datang tepat waktu dan gunakan waktu setepatnya.

Bila saatnya tiba, datanglah tepat waktu. Sebaiknya anda datang lima menit sebelum waktu yang ditentukan. Terlambat beberapa menit dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan itu. Lebih buruk mungkin atasan akan menganggap andatidak menganggap penting masalah anda, lantas bagaimana beliau bisa menganggapnya penting juga.

8--Buat notulen atas pertemuan itu.

Selama pertemuan, catat semua hasil pembicaraan. Anda bisa meminta tolong pada sekretaris atasan, atau lebih baik anda lakukan sendiri. Buat notulen tertulis. Kemudian baca di hadapan atasan. Pastikan bahwa tidak terjadi kesalahpahaman antara atasan dan anda mengenai masalah ini. Setelah usai, segera kembali ke kantor anda dan siapkan hasil pertemuan itu secara tertulis, lalu serahkan pada atasan. Bila terjadi kekurang sepahaman anda masih punya waktu untuk mengkoreksinya.

TIDAK MAU MENGALAH

Seorang anak lelaki disuruh ayahnya pergi ke kota untuk membeli tepung roti. Anak lelaki itu segera berangkat berjalan kaki. Jarak antara desa tempat tinggalnya dan kota cukup jauh juga. Di perjalanan ia harus melewati sebuah jembatan kecil.

Kini ia tiba di ujung jembatan kecil itu. Di seberang jalan ia melihat seorang anak lelaki lain yang berjalan ke arahnya. Mereka berdua sama-sama berjalan di jalur yang sama. Hingga tepat di tengah-tengah jembatan itu mereka saling berhadap-hadapan. Keduanya berhenti dan berpandangan. Anak lelaki itu berpikir, "Wah, kurang ajar sekali anak ini. Dia tidak mau mengalah dan memberikan jalan padaku.

"Di saat yang sama, anak lelaki lain itu berpikiran hal yang sama,"Seharusnya dia yang mengalah dan memberikan jalan padaku.

"Lama keduanya saling berdiri di tengah jembatan tanpa ada satu pun yang mau mengalah dan memberikan jalan. Keduanya sama-sama berpikir bahwa "Aku harus berteguh hati dan kuat pendirian." Keduanya saling berpandangan tanpa ada satupun yang berbicara atau bergerak.

Siang pun tiba. Di rumah, ayah dari anak lelaki yang hendak pergi ke kota itu mulai cemas memikirkan mengapa anaknya belum juga kembali. Sang ayah lalu bergegas menyusul anaknya ke kota. Hingga akhirnya ia sampai dijembatan dan melihat ke dua anak lelaki itu saling berdiam dan berhadap-hadapan. Sang ayah berteriak pada anak lelakinya, "Wahai anakku, mengapa engkau berdiri di situ?

"Anak lelakinya menjawab, "Anak lelaki ini menghalangi jalanku. Ia sama sekali tidak mau mengalah. Bagaimana aku bisa berjalan jika ia menutup jalanku?"

Sang ayah mulai kesal. Ia lalu berkata pada anaknya, "Sudahlah anakku, sebaiknya kau minggir dan segera pergi ke kota untuk membeli tepung. Biar ayahmu ini yang berdiri di sini menggantikanmu dan tidak memberikan jalan pada anak lelaki yang tidak tahu diri ini!"

Smiley...! Teguh hati memang boleh. Sesekali mengalah demi tercapainya tujuan bukanlah hal yang tercela. Tetapi bukan berarti lalu kita harus menjadi tembok bagi tercapainya tujuan orang lain bukan?

(Disadur dari: Chinese Wisdom)

PAKAIAN KEBESARAN DAN TIDUR NYENYAK ANDA

Jika anda adalah seorang pejabat tinggi, wajarlah jika anda mengenakan busana kebesaran, yang mungkin terbuat dari bahan terbaik, terjahit rapi tanpa kerutan, dan bertaburkan bintang-bintang tanda jasa. Anda tak perlu merasa bersalah dengan kehormatan-kehormatan semacam itu. Toh orang-orang disekitar anda pun takkan segan-segan menyediakannya untuk anda. Bukankah, seseorang yang terhormat layak mendapat perlakuan yang terhormat pula.

Yang perlu anda sadari sebenarnya sederhana saja. Ketika anda berangkat tidur, mau tak mau anda harus melepaskan semua itu. Tidur anda takkan bisa nyenyak dalam kungkungan pakaian kebesaran yang kaku, berat dan berlapis-lapis. Ini sama halnya dengan, anda takkan bisa menemukan ketenangan batin selama anda masih menggenggam pikiran-pikiran mengenai kedudukan anda. Pada saatnya, anda harus melepaskan dan membiarkan anda menemukan diri anda sendiri yang paling bersahaja.

MANAJEMEN ETIKA

Vincent, seorang Kepala Pemasaran sebuah perusahaan "hitech" dengan tingkat persaingan yang sangat ketat, sedang mencari seorang "Sales Representative"yang unggul dan handal. Dari sekian puluh lamaran dan setelah melakukan serangkaian wawancara, ia menemukan seorang yang dianggap paling tepat ditinjau dari berbagai sisi. Namanya Victor.

Vincent hampir memutuskan untuk menerima Victor (sambil menunggu beberapa kontak telepon untuk mengecek beberapa referensi tentang Victor) ketikaVictor tersenyum, meraih tas kantornya dan mengeluarkan amplop. Dari dalam amplop itu Victor mengeluarkan sebuah disk komputer, dan memegangnya dengan hati-hati bak batu mulia berharga sangat mahal.

"Dapatkan anda menebak apa isi disk ini?" tanya Victor.

Vincent menggelengkan kepalanya pertanda tidak tahu.

Dengan tetap tersenyum, Victor mendengus untuk meyakinkan dirinya, kemudian menjelaskan betapa disk itu berisi informasi rahasia tentang persaingan perusahaan Vincent, yakni perusahaan tempat Victor bekerja sebelumnya. Didalamnya tersimpan data tentang profil para pelanggan dan data biaya penawaran dalam tender kontrak peralatan militer dimana perusahaan Vincent pun ikut pula dalam tender tersebut.

Setelah wawancara selesai, Victor berjanji apabila ia diterima menjadi"Sales Representative", maka disk itu dan beberapa disk serupa lainnya akan ia berikan pada Vincent.

Kepala Pemasaran itu kini berada di tengah dua kutub. Satu kutub berisi pertanyaan, bagaimana bisa ada orang yang berperilaku dan mampu berbuat seperti itu. Kutub lainnya berisi kebimbangan, bila ia menerima orang ituberarti ia mendapatkan sesuatu yang setara dengan tambang emas saja.

Ini perang batin antara soal etika dan laba. Silakan anda membantu Vincent mengambil keputusan.

Pojok Renungan Editor:
Dalam berbagai skala, mulai dari yang ringan sampai ekstrim, kita menjumpai hal-hal semacam ini. Mungkin kita menemukan selembar uang di jalan, atau segebok uang salah transfer dalam rekening bank kita. Semuanya bisa jadi menimbulkan perang batin yang hanya kita sendiri yang mampu memecahkannya.
Contoh soal di atas mungkin dengan mudah dipecahkan, karena itu hanyalah sebuah contoh soal. Jauh lebih penting adalah bagaimana sikap kita jika benar-benar menghadapinya. (10042002)

(Disadur dari: Erry Riyana Hardjapamekas, Esensi Kepemimpinan)

WIRASWASTA #1

A--Bagaimana Kita Memenuhi Kebutuhan?

Hidup dipenuhi dengan kebutuhan, meskipun tujuan hidup bukanlah untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan itu. Kita butuh pangan untuk kelangsungan hidup.
Kita butuh sandang demi kehormatan hidup. Kita butuh papan demi kesejahteraan hidup.
Kita butuh pendidikan demi pemenuhan kebutuhan kehidupan yang bermoral dan berbudaya. Kita perlu memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut agar kita bisa menjalani kehidupan ini secarawajar. Ada berbagai macam cara manusia bisa memenuhi berbagai macam kebutuhan. Namun pada prinsipnya ada dua cara kita bisa memenuhi kebutuhan.

Pertama,dengan cara meminta. Baik mulai dari cara mendapatkan sedekah, warisan, meminta-minta hingga mengemis. Cara ini tidak sepenuhnya bisa diterima oleh masyarakat karena dianggap menyalahi prinsip etika dan peri keadilan. Seseorang hanya boleh meminta-minta bila benar-benar dalam keadaan memaksa. Cara yang terhormat dalam memenuhi kebutuhan adalah dengan BEKERJA.

Dengan bekerja seseorang melakukan suatu karya dan memperoleh imbalan, baik dalam bentuk pendapatan, uang atau pemenuhan kebutuhannya. Seorang buruh mendapatkan upah bila ia bekerja pada majikannya. Seorang nelayan mendapatkan penghasilan bila ia melaut dan menjual hasil tangkapannya. Seorang pedagang mendapatkan uang dengan berjualan. Tentu saja masih ada cara lain dalam memenuhi kebutuhan hidup. Misal, dengan merampok, mencuri, memaksa dan lain sebagainya. Namun hal ini bukanlah carayang bermoral. Karena, dalam hidup ini, cara terhormat agar kita bisa memenuhi kebutuhan kita adalah dengan memenuhi kebutuhan orang lain. Dengan demikian kedudukan kita di antara sesama manusia adalah adil, setara dan sederajat.

B--Mencari Lapangan Kerja

Jelas, kita harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kita.
Pertanyaan selanjutnya adalah siapakah yang bertanggung jawab menyediakan lapangan kerja bagi kita? Pemerintah bertanggung jawab pada rakyat untuk menyediakan lapangan kerja. Tugas pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan hidup rakyatnya. Pemerintah mendirikan berbagai bentuk badan usaha milik negara yang bisa menyediakan lapangan kerja bagi rakyat.

Namun, kemampuan untuk menyediakan lapangan kerja tidaklah tidak terbatas. Tugas pemerintah terutama adalah menciptakan situasi negara yang baik dan sehat yang memungkinkan rakyatnya memperoleh pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan kemauannya. Misal, dengan memberikan keamanan dan keselamatan, mengadakan sarana dan prasarana, menyelenggarakan pendidikan dan lain sebagainya. Masyarakat pun ikut bertanggung jawab dalam menyediakan lapangan kerja, atau setidaknya menciptakan keadaan sosial yang kondusif. Misal, dengan menumbuhkan budaya kerja yang sehat, meninggalkan praktek-praktek perdagangan yang mencekik, menyelenggarakan pendidikan, dan lain sebagainya. Tetapi di atas semua itu, yang paling bertanggung jawab untuk menyediakan lapangan kerja bagi kita adalah DIRI KITA sendiri.
Ini berarti setiap darikita mempunyai kewajiban untuk berusaha dan berikhtiar untuk menemukan lahan yang akan digarapnya dan dijadikan sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan. Setiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Ini adalah prinsip hidup yang menunjukkan kematangan dan kemuliaan seorang manusia.

C--Bagaimana Kita Bekerja?

Kebanyakan dari kita memenuhi kebutuhan adalah dengan bekerja pada orang lain, yang biasa disebut dengan majikan. Secara suka rela kita melakukan apayang diminta oleh majikan dan mengharap imbalan dalam bentuk upah atau gaji. Dengan posisi seperti ini, kita biasa disebut sebagai buruh, pegawai atau karyawan. Di hadapan majikan, seorang pegawai atau buruh seringkali di sebut sebagai bawahan. Dalam hubungan kemanusiaan, hubungan antara majikan dan karyawannya adalah setara dan sederajat. Namun banyak orang yang seolah-olah lupa akan hal ini. Seorang bawahan seringkali meletakkan derajat dirinya sedemikian rendah sehingga begitu takut kalau ia akan kehilangan pekerjaan. Rasa takut ini tumbuh dari sebuah paradigma bahwa yang bertanggung jawab menyediakan kerja bagi dirinya adalah orang lain.
Ini yang biasa disebut sebagai mental pegawai. Padahal telah dijelaskan di atas, bahwa seorang manusia yang beradab, luhur dan mulia adalah manusia yang benar-benar meletakkan semua tanggung jawab kehidupannya pada pundaknya sendiri.

Atas dasar itu, ada sebagian orang yang lebih suka memilih untuk tidak bekerja pada orang lain, melainkanMENCIPTAKAN USAHA SENDIRI.

Ada sebuah ungkapan yang menarik dari Amir. MS:"Mencari kerja susah. Menciptakan kerja juga susah. Sama-sama susah. Tapiada bedanya. Menciptakan kerja, jelas lebih mulia, lebih berharga, dan lebih bangga!"
Bekerja pada orang lain bukan hal yang tercela. Namun menjadi "majikan" bagi diri kita sendiri sekaligus bagi orang lain adalah sesuatu yang mulia. Itulah prinsip yang dimiliki oleh mereka yang berjiwa wiraswastawan.

D--WiraswastaWira berarti BERANI, PATRIOTIK.

Swa berarti MANDIRI. Sta berarti BERDIRI. Maka secara sederhana Wiraswasta berarti orang yang berani mendiri untuk berdiri sendiri. Dalam kaitannya dengan pembahasan kita, wiraswasta adalah orang yang berani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja secara mandiri di atas kemampuannya sendiri. Sebenarnya di dalam kerja kita sebagai seorang karyawan terkandung juga nilai-nilai wiraswasta di atas. Jika seorang karyawan bekerja dengan paradigma pengusaha, sehingga dalam setiap langkahnya ia selalu memajukan perusahaan, maka ia pun sebenarnya telah menerapkan jiwa kewiraswastaannya. Namun, dalam pembahasan ini, yang kita maksudkan dengan wiraswasta adalah mereka yang menciptakan kerja bagi dirinya sendiri. Mereka tidak tergantung pada majikan, karena mereka adalah majikan bagi diri mereka sendiri juga bagi orang lain yang bekerja pada mereka. Mereka benar-benar meyakini dan bertanggung jawab atas kerja mereka sendiri. Karena itulah para wiraswasta sebenarnya adalah manusia yang unggul, yang semestinya kita usahakan untuk tumbuh dalam diri kita masing-masing.

Ada sebuah ungkapan dari Amir. M.S. dalam bukunya "Wiraswasta" yang sangat menarik. Beliau menulis demikian: "Bukankah lebih baik tangan yang memberi, daripada tangan yang menerima. Bukankah lebih terhormat tangan yang di atas, daripada tangan yang di bawah. Bukankah lebih mulia menjadi induk semang, daripada menjadi anak semang. Bukanlah lebih baik menjadi kepala kancil, daripada menjadi ekor gajah. Bukankah lebih baik tangan yang dikotori oli, daripada tangan yang bergelimang dosa korupsi dan kolusi."

DI ATAS RASA AMAN DAN KEBEBASAN

Seorang pegawai berkata, hidupnya tenang karena memiliki pekerjaan tetap setiap bulan.
Ia tak perlu khawatir bagaimana mencari nafkah bagi diri dan keluarganya. Ia merasa bisa menatap masa depan dengan pandangan yang lebih cerah. Namun, seorang wirausaha berkata, hidupnya merdeka karena bebas mengusahakan apa yang ia inginkan.
Ia tak perlu selalu terkekang pada berbagai macam aturan. Ia merasa bisa mengemudikan masa depan diri dan keluarganya.

Kualitas kehidupan apa yang hendak kita pilih? Bukankah tak perlu ada pertentangan antara kebebasan dan rasa aman. Karena di atas semua itu, seharusnya kita mampu berdiri tegak dengan sebuah tanggung jawab penuh.
Tanggung jawab bahwa kita bertanggung jawab atas hidup kita ini.
Tidak ada orang lain yang bertanggung jawab atas kehidupan kita, selain diri kita sendiri. Rasa tanggung jawab inilah yang memberikan kebebasan. Rasa tanggung jawab ini pulalah yang menumbuhkan ketentraman.

Thursday, October 25, 2007

BOTOL MINYAK

William Hart

Seorang ibu menyuruh seorang anaknya membeli sebotol penuh minyak. Ia memberikan sebuah botol kosong dan uang sepuluh rupee. Kemudian anak itu pergi membeli apa yang diperintahkan ibunya. Dalam perjalanan pulang, ia terjatuh. Minyak yang ada di dalam botol itu tumpah hingga separuh. Ketika mengetahui botolnya kosong separuh, ia menemui ibunya dengan menangis,"Ooo... saya kehilangan minyak setengah botol! Saya kehilangan minyak setengah botol!"
Ia sangat bersedih hati dan tidak bahagia. Tampaknya ia memandang kejadian itu secara negatif dan bersikap pesimis. Kemudian, ibu itu menyuruh anaknya yang lain untuk membeli sebotol minyak. Ia memberikan sebuah botol dan uang sepuluh rupee lagi. Kemudian anaknya pergi. Dalam perjalanan pulang, ia juga terjatuh. Dan separuh minyaknya tumpah. Ia memungut botol dan mendapati minyaknya tinggal separuh. Ia pulang dengan wajah berbahagia. Ia berkata pada ibunya, "Ooo... ibu saya tadi terjatuh. Botol ini pun terjatuh dan minyaknya tumpah. Bisa saja botol itu pecah dan minyaknya tumpah semua. Tapi, lihat, saya berhasil menyelamatkan separuh minyak." Anak itu tidak bersedih hati, malah ia tampak berbahagia.
Anak ini tampak bersikap optimis atas kejadian yang menimpanya. Sekali lagi, ibu itu menyuruh anaknya yang lain untuk membeli sebotol minyak. Ia memberikan sebuah botol dan uang sepuluh rupee. Anaknya yang ketiga pergi membeli minyak. Sekali lagi, anak itu terjatuh dan minyaknya tumpah. Ia memungut botol yang berisi minyak separuh dan mendatangi ibunya dengan sangat bahagia. Ia berkata, "Ibu, saya menyelamatkan separuh minyak."Tapi anaknya yang ketiga ini bukan hanya seorang anak yang optimis. Ia juga seorang anak yang realistis. Dia memahami bahwa separuh minyak telah tumpah, dan separuh minyak bisa diselamatkan.
Maka dengan mantap ia berkata pada ibunya, "Ibu, aku akan pergi ke pasar untuk bekerja keras sepanjang hari agar bisa mendapatkan lima rupee untuk membeli minyak setengah botol yang tumpah. Sore nanti saya akan memenuhi botol itu.

"Pojok Renungan Editor: Kita bisa memandang hidup dengan kacamata buram, atau dengan kacamata yang terang. Namun, semua itu tidak bermanfaat jika kita tidak bersikap realistis dan mewujudkannya dalam bentuk KERJA. (08042002)
(Disadur dari: William Hart, The Art Of Living)

****************************************************************************
Stopper: Secara sederhana, wirausahawan adalah mereka yang mengerti bahwa hanya ada sedikit perbedaan antara hambatan dan kesempatan. Dan, mereka mampu mengubah keduanya demi keuntungan mereka. (Victor Kiam)

Apa perbedaan antara hambatan dan kesempatan? Perbedaannya terletak pada sikap kita dalam memandangnya. Selalu ada kesulitan dalam setiap kesempatan; dan selalu ada kesempatan dalam setiap kesulitan. (J. Sidlow Baxter)

Pertanyaan yg tak perlu dijawab

Jika seseorang bertanya pada anda, "Hal apa yang paling berharga yang telah anda dapatkan dalam hidup ini?"
Maka, jawaban apa yang anda berikan?
Apakah anda menunjukkan berapa banyak uang, tabungan dan kekayaan yang telah anda peroleh?
Padahal siapa pun tahu, seringkali uang bukanlah hal yang paling berharga dalam hidup ini. Apakah anda membanggakan kesehatan dan kekuatan diri anda? Padahal siapa pun tahu, pada waktunya tubuh akan menua dan renta. Atau apakah anda membuktikan kepandaian dan kepiawaian anda? Padahal siapapun tahu, setinggi-tinggi langit selalu ada langit di atasnya.
Hal yang paling berharga dalam hidup ini sesungguhnya adalah kebahagiaan bathin kita. Manusia siap menukar apa pun demi kebahagiaan hidupnya. Sayang, tak seorang pun mampu mengukur seberapa berharga kebahagiaan yang telah kita temukan dalam hidup ini. Kebahagiaan memang bukan untuk diukur, atau bahkan dipertanyakan.
Maka mungkin, jawaban terbaik atas pertanyaan itu adalah senyuman tanpa kata, namun penuh makna.

Ranjau yg meledak puluhan tahun kemudian

Percayakah anda, sebuah dendam dan kebencian yang ditebar hari ini mungkin membuahkan celakanya bagi generasi mendatang?
Bila anda sangsi, mari tanyakan pada seorang anak yang kakinya hancur karena menginjak ranjau yang ditanam saat perang puluhan tahun silam.
Peperangan mungkin telah lama usai.
Namun, sisa-sisa amarah, bekas-bekas angkara, dan jejak-jejak amuk takkan hilang begitu saja. Bahkan, kita tak pernah tahu kapan semua itu akan tersapu bersih. Meski damai telah dijabattangankan, siapa bisa menjamin tak ada penyesalan di kemudian hari?

Betapa mahalnya sebuah kemurkaan. Itu mengapa kita diajarkan untuk tidak hanya mempertimbangkan apa yang terjadi pada esok hari akibat perbuatan kita hari ini.
Semakin jauh kita memandang ke depan, semestinya semakin besar nilai perbuatan kita hari ini.