Pages

Sunday, March 28, 2010

ADAKAH GADING YANG TAK RETAK?

Pernahkah anda mendengar teori "nihil cacat"?
Sebuah pemikiran agar kita berusaha mencapai kondisi tiada cacat, baik dalam hasil maupun proses kerja. Percayakah bahwa anda mampu mencapai hasil yang tak bercacat? Atau, percayakah anda bahwa ada sesuatu di bawah langit ini yang benar-benar suci
dari cacat?

Ayolah! Jangan terlalu naif.
Pepatah mengatakan bahwa tiada gading yang tak retak.
Itu berarti selalu saja ada cacat; selalu saja ada kekurangan; bahkan pada apa dikagumi sekali pun. Maka, bagaimana mungkin kita mempercayai teori "nihil cacat"? Bila anda cukup realistis, maka sebenarnya yang dituntut bukanlah hasil dan kerja yang tak bercacat, melainkan sebuah sikap untuk terus-menerus mengupayakan perbaikan.
Kita takkan pernah sampai pada kesempurnaan, namun kita bisa berjalan menuju kesempurnaan. Itulah sikap "nihil cacat" yang kita percayai.

Thursday, March 18, 2010

Bekerjalah Secara Wajar

Bila anda lelah, berhentilah sejenak. Bila anda mengantuk, tidurlah sekejap.
Bila anda sakit, istirahatlah secukupnya.
Keberhasilan tidak sekedar dicapai dengan bekerja keras, membanting tulang sekuat tenaga, serta memeras keringat sekering-keringnya.
Keberhasilan adalah hasil dari kerja yang wajar dan manusiawi. Orang yang berhasil tidak pernah bermalas-malasan, namun mereka tahu bagaimana mengemudikan tubuh dan pikirannya dengan baik. Mereka tahu kapan harus memindahkan gigi roda, menginjak rem, dan mengganti onderdilnya yang usang. Dan, itu sama sekali bukan kemalasan, justru itulah kemewahan.

Sekali lagi, bekerjalah secara wajar. Dengan bekerja keras anda memang dapat meraih keberhasilan yang luar biasa. Namun dengan bekerja secara manusiawi anda justru menikmati apa arti keberhasilan itu.

Bekerjalah Secara Wajar

Bila anda lelah, berhentilah sejenak. Bila anda mengantuk, tidurlah sekejap.
Bila anda sakit, istirahatlah secukupnya.
Keberhasilan tidak sekedar dicapai dengan bekerja keras, membanting tulang sekuat tenaga, serta memeras keringat sekering-keringnya.
Keberhasilan adalah hasil dari kerja yang wajar dan manusiawi. Orang yang berhasil tidak pernah bermalas-malasan, namun mereka tahu bagaimana mengemudikan tubuh dan pikirannya dengan baik. Mereka tahu kapan harus memindahkan gigi roda, menginjak rem, dan mengganti onderdilnya yang usang. Dan, itu sama sekali bukan kemalasan, justru itulah kemewahan.

Sekali lagi, bekerjalah secara wajar. Dengan bekerja keras anda memang dapat meraih keberhasilan yang luar biasa. Namun dengan bekerja secara manusiawi anda justru menikmati apa arti keberhasilan itu.

Tuesday, March 09, 2010

JIKA HIDUP INI ADALAH SEBIDANG TEMBOK

Jika anda anggap hidup ini bagai sebidang tembok, agar kokoh bangunlah dengan batu-batu besar nan kuat. Batu-batu besar itu adalah sesuatu yang berat dipikul, keras di jinjing; sesuatu yang kita perjuangkan atas nama cinta; yang senantiasa kita perjuangkan; sesuatu yang padanya kita rela berkorban, berjerih-jerih, bahkan menukarnya dengan segenap jiwa dan raga.
Sesuatu itu bisa berupa keluarga, persahabatan, pekerjaan, atau apa pun yang begitu berharga sehingga kita harus membangunnya kuat-kuat; serta memolesnya indah-indah.

Namun demikian, agar bebatuan besar itu saling rekat-merekat kuat, ia harus ditautkan dengan pasir-pasir kecil. Pasir-pasir lembut yang melindungi telapak kaki kita dari perihnya peristiwa. Pasir-pasir itu adalah kegembiraan dalam syukur, senyuman di balik peluh, serta kehangatan hubungan antar sesama. Jika demikian, maka kita akan dapati sebuah tembok yang menjadi monumen simbol kehadiran kita di dunia ini. Dan, itu tentu jauh lebih baik ketimbang hanya sekedar meninggalkan sepasang nisan di batas kubur.

Tuesday, March 02, 2010

MEMANDANG RESIKO

Apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata "resiko"? Sesuatu yang menakutkan? Bahaya yang mengancam? Sandungan bagi keberhasilan? Kemungkinan rugi? Atau, apa?

Tak salah bila kita menganggap resiko selalu berwajah seram.
Tanpa sadar, sudah terlalu lama, kita belajar untuk selalu menghindari resiko.
Padahal sesungguhnya tak seorang pun bisa mengelak dari kemungkinan untuk gagal. Namun, itu bukan berarti kita harus gagal. Kita hanya perlu memandang resiko dari sudut yang sama sekali berbeda. Bahwa segala sesuatu adalah resiko. Hanya karena kita bisa mengatasinyalah kita tak menganggapnya terlalu serius. Resiko menampakkan taringnya karena kita tak tahu bagaimana menghadapinya.
Karena itu, salah satu kunci terutama dalam berteman dengan resiko secara damai adalah membangun pengelolaan yang baik dan benar, serta menumbuhkan budaya kerja yang sehat, berkemampuan hidup tinggi, dan, sekali lagi, mengakui adanya kemungkinan untuk gagal. Resiko tak lebih dari cemeti yang mengajarkan kita untuk tetap realistis.