Pages

Monday, January 24, 2005

Asumsi-asumsi baru kepemimpinan masa depan

Untuk mengalihkan harapan menjadi tindakan, asumsi mengenai pemimpin masa depan harus berubah dalam lima cara:

#a. Dari Kepemimpinan di Puncak Perusahaan ke Kepemimpinan Bersama

Kebanyakan tulisan dan buku mengenai kepemimpinan menyoroti peranan CEO atau pemimpin puncak sebagai pemimpin yang mewujudkan harapan menjadi tindakan.
Namun, pahlawan bisnis masa depan akan terdiri dari atas pemimpin yang tidak banyak disebut namanya, yang biasanya mengalihkan harapan menjadi tindakan di dalam kehidupan perusahaan sehari-hari. Secara diam-diam dan konsisten, mereka bekerja lebih banyak dan melayani pelanggan melebihi harapan pelanggan. Mereka adalah manajer menengah yang mempekerjakan dan memperhatikan karayawan tanpa banyak bicara. Pemimpin masa depan akan kurang terlihat dan dikenali masyarakat, tetapi bagi pelanggan masing-masing mereka terasa sekali penting.

#b. Dari Kejadian Sekali Menjadi Proses Berkesinambungan

Kepemimpinan seringkali hanya dibutuhkan saat rapat pemimpin, keputusan strategis atau kegiatan lain yang ditimbulkan oleh suatu kejadian, atau yang membutuhkan kehadiran simbolik. Di masa datang kepemimpinan perlu mengubah hal tersebut menjadi suatu proses berkesinambungan. Pemimpin masa depan harus menguasai cara melibatkan karyawan dan membuat keputusan dalam pertemuan staf, mendatangi tempat kerja, melakukan komunikasi setiap hari dengan kelompok karyawan.

#c. Dari Juara Individual ke Kemenangan Tim

Dalam dunia yang makin saling tergantung ini, kepemimpinan harus lebih banyak diciptakan melalui pertalian ketimbang hasil individual. Pemimpin masa depan harus menguasai cara membentuk tim dan belajar bekerja sama tanpa batas dengan tim. Keberhasilan di masa depan akan lebih banyak berasal dari tim yang berbagi sumber daya dan yang belajar mengatasi ambisi pribadi demi keberhasilan tim. Untuk menyadari hal itu, pemimpin harus mampu bekerja sama melalui tim ketimbang memberi arah dengan aturan-aturan.

#d. Dari Pemecah Masalah ke Perintis

Secara tradisional pemimpin diajar untuk menjadi pemecah masalah, memnentukan secara jelas ke mana tujuan mereka dan memastikan bahwa semua langkah telah dirinci sampai akhir sebelum bertindak. Karena perubahan yang sangat cepat, hasil akhir di masa mendatang tidak pernah tepat. Karena itu, pemimpin harus menentukan arah, mengambil langkah-lagkah menuju arah itu dengan keyakinan selalu membuat kemajuan. Pemimpin masa depan haruslah menjadi perintis yang berani mengambil resiko, menciptakan alur baru, membentuk pendekatan baru pada masalah lama, dan memiliki nilai dan keyakinan kuat yang menggerakkan tindakan mereka.

#e. Dari Pemikian Unidimensional ke Paradoksal

Dalam dunia masa depan, pemimpin harus mau belajar hidup dengan menguasai paradoks yang terus muncul. Paradoks itu menuntut pemimpin untuk memenuhi tuntutan yang seringkali berbeda, misal; dapat memuaskan pelanggan dan karyawan, memotong biaya juga mengembangkan bisnis, melakukan inovasi produk baru sekaligus meningkatkan pangsa produk lama, memenuhi pasar lokal sekaligus menanggapi kondisi global. Ini berarti pemimpin masa depan harus belajar hidup dalam ketidakjelasan dan menyeimbangan persaingan tuntutan.

Itulah asumsi-asumsi baru tentang kepemimpinan masa depan, dimiliki bersama,
terlibatkan dalam proses berkesinambungan, fokus pada kemenangan tim, menjadi perintis dan menerima paradoks. Asumsi ini akan memaksa pemimpin untuk belajar, menghilangkan yang tidak perlu, dan belajar kembali terus-menerus. Apabila pemimpin menerima aplikasi asumsi ini, mereka dapat menanggapi tantangan kepemimpinan abad baru ini. (diadaptasi dari: Kredibilitas vs Kapabilitas - Dave Ulrich)

1 comment:

toko-lomba said...

thanks all lot,dear. it help me done my paper
i'm ECH.nice to meet u

click it, LIKE it, share it please^^thank you
http://toko-lomba.blogspot.com/2012/10/Sehat-Alami-Produk-Indonesia.html