Pages

Sunday, December 27, 2009

MERAYAKAN KEBERHASILAN BERSAMA ALAM

Bila anda bersuka cita merayakan kenaikan pangkat anda, maka tak ada salahnya anda bersorak-sorai saat melihat cercah pertama cahya matahari terbit dari balik horison. Bila anda berpesta ria menyambut keberhasilan kerja anda, maka tak ada kelirunya bola mata anda berbinar-binar melihat luruhnya dedaunan kala musim gugur tiba. Bila anda bertepuk tangan menandai kemenangan tim usaha anda, maka tak ada khilafnya anda menunduk syahdu dibawah kemilau bintang-gemintang.

Apa pun kemajuan yang anda raih, pantas dirayakan. Namun, jangan lupa untuk menyerukannya pada alam. Karena, demi seluruh keberhasilan dan kemajuan itu, alam menitipkan energi dahsyatnya dalam diri anda. Maka, sepantasnyalah anda menepekuri untuk apa semestinya keunggulan itu anda persembahkan. Yaitu, demi kesempurnaan penciptaan alam ini semata.

MERAYAKAN KEBERHASILAN BERSAMA ALAM

Bila anda bersuka cita merayakan kenaikan pangkat anda, maka tak ada salahnya anda bersorak-sorai saat melihat cercah pertama cahya matahari terbit dari balik horison. Bila anda berpesta ria menyambut keberhasilan kerja anda, maka tak ada kelirunya bola mata anda berbinar-binar melihat luruhnya dedaunan kala musim gugur tiba. Bila anda bertepuk tangan menandai kemenangan tim usaha anda, maka tak ada khilafnya anda menunduk syahdu dibawah kemilau bintang-gemintang.

Apa pun kemajuan yang anda raih, pantas dirayakan. Namun, jangan lupa untuk menyerukannya pada alam. Karena, demi seluruh keberhasilan dan kemajuan itu, alam menitipkan energi dahsyatnya dalam diri anda. Maka, sepantasnyalah anda menepekuri untuk apa semestinya keunggulan itu anda persembahkan. Yaitu, demi kesempurnaan penciptaan alam ini semata.

Tuesday, December 15, 2009

MEMBAYAR HARGA LEBIH MAHAL DEMI BIAYA LEBIH MURAH

Terkadang harga murah yang kita bayarkan jadi biaya yang berlipat-lipat mahalnya; bahkan menggelembungkan kerugian yang tiada tara. Itu karena kita lebih suka mengeluarkan beberapa keping mata uang, namun mengorbankan kesempatan dan masa depan yang cemerlang.

Harga adalah apa yang kita keluarkan dari balik pundi-pundi. Sedangkan biaya adalah seluruh beban yang harus dipertanggungjawabkan atas harga yang kita bayarkan. Membayar murah para pekerja mungkin menghemat keuangan negara, namun tahukah kita berapa besar biaya yang harus ditanggung oleh sebuah generasi? Taklah kita lahirkan generasi mulia dengan hanya membayar secukup rongga mulutnya belaka. Kita perlu sediakan pena, tinta, dan kertas agar bisa dituliskan betapa lebar jalan sejarah yang kita buka bagi anak cucu di depan sana. Dan, itu membutuhkan pengorbanan semua orang, untuk mau membayar
harga yang lebih mahal.

Wednesday, December 09, 2009

BELENGGU PIKIRAN SEHARI-HARI

Hampir seluruh persoalan hidup bermula dari ketidakmauan kita menerima hidup ini apa adanya. Kita tak mampu berkompromi pada kenyataan. Kita tak sudi melepaskan kacamata paradigma dan melihat realiltas secara sederhana. Kita lebih suka bermain-main dengan persepsi. Kita lebih senang berlindung membenarkan pikiran diri sendiri. Padahal itu adalah bentuk lain dari belenggu sehari-hari.

Mari, sejenak kita pejamkan mata. Menemukan kesejukan pikiran.
Menggali ketentraman perasaan. Menyentuh jiwa yang tenang. Menekuri setiap tarikan
nafas. Menyadari keberadaan kita di bumi ini. Meneguhkan kembali ikrar kita pada semesta yang agung; ikrar untuk mencurahkan yang terbaik bagi hidup ini, dan membiarkan tangan-tanganNya menuntun setiap gerak kita sehari-hari.

Thursday, December 03, 2009

PERASAAN YANG MEMBELENGGU

Tanpa sadar, setiap hari, kita ini terbelenggu oleh banyak hal. Yang paling menjerat adalah perasaan.
Perasaan, yang semula muncul bagai titik api di kejauhan, lalu membesar, merantak, hingga berkecamuk hebat dalam diri.

Entah dari mana datangnya rasa sedih, lalu kesedihan merubung berkabung-kabung, sehingga tak lagi kita bisa terlepas dari kubangannya.
Entah dari mana pula munculnya rasa senang, lalu kegembiraan meruap sekujur tubuh, sehingga tak rela kita melepaskan kenikmatannya. Entah dari mana timbul tenggelamnya puluhan bahkan ratusan bala perasan itu. Ia merambat pelan, halus, namun tiba-tiba telah menguasai diri kita setelak-telaknya. Menjerat-jerat. Mencekik-cekik. Dan, kita pun membiarkan ia berlaku sewenang-wenang atas diri kita. Kita tukar kesadaran yang bening dengan kabut perasaan. Kita namai diri kita dengan nama perasaan. Padahal
semestinya kitalah jiwa yang tenang itu; yang tak boleh terenyahkan atas nama kobaran perasaan.

Tuesday, December 01, 2009

TIM ANDA YANG SESUNGGUHNYA

Anda takkan mendapatkan tim yang baik, sebelum anda menjadi anggota tim yang baik pula. Karena tim tidak terdiri dari apa-apa selain orang-orang yang terlibat di dalamnya. Dan, anda bukan apa-apa dalam tim itu tanpa peran serta anda demi mencapai tujuan kesluruhan tim. Ini hanya membutuhkan beberapa kualitas dari diri anda, yaitu anda tahu dimana anda berada, anda tahu apa yang harus anda lakukan di sana, dan anda tahu bagaiman bekerja bersama rekan-rekan setim anda.

Anda mungkin puas bekerja sendiri; tanpa ada yang memerintah atau mengatur diri anda. Anda juga mungkin puas berdiri di depan sebagai pemimpin; memiliki kata berkuasa atas orang lain. Namun, kepuasan yang sesungguhnya takkan bisa dinikmati sendiri. Anda selalu perlu membagi. Anda butuh memberinya meski sedikit - lebih sedikit dari remah-remah. Itu berarti, anda selalu membutuhkan sebuah tim. Maka, yang dinamakan tim bukanlah sebelas pemain sepak bola yang berlaga di lapangan, namun juga ribuan pendukung yang bersorak-sorai menyemangati.

Monday, November 23, 2009

SILAKAN MENGKRITIK, NAMUN JANGAN MENISTAKAN

Tentu tak seorang pun berhak melarang anda untuk mengkritik. Silakan saja bila anda bermaksud melontarkan yang terpedas sekali pun. Namun, menistakan sesosok pribadi adalah sesuatu yang lain sama sekali. Kekuatan kritik kreatif justru terletak pada bagaimana ia bisa memperbaiki sesuatu tanpa harus merobohkan seluruh bangunan. Dan, selemah-lemahnya kritik adalah yang disertai penghinaan, pengenyahan dan penistaan. Bila demikian, sungguh tak pantas itu dinamai sebuah kritik. Itu hanyalah celoteh anyir yang sama sekali tak perlu dihiraukan.

Mari kita junjung keberadaban tinggi yang telah dibangun berabad-abad oleh leluhur kita. Mari kita pikul sopan santun mulia yang kelak diwariskan pada anak cucu kita. Karena kesejahteraan dalam sebuah bangsa besar hanya tercipta dari tangan-tangan yang berperilaku tulus dan damai, bukan dendam, apalagi penistaan antar sesama.

Monday, November 16, 2009

KEBERHASILAN ORANG LAIN UNTUK KEBERHASILAN ANDA

Ada dua cara menggapai puncak karier. Pertama, anda menginjak pundak orang lain. Atau, kedua, anda meminta orang lain mengangkat anda. Keduanya membawa anda mendaki tangga yang lebih tinggi. Bedanya, cara kedua memberikan pondasi yang sangat kokoh ketimbang yang pertama. Karena, kekuatan sebuah ketulusan takkan tertandingi. Nilai sebuah kerelaan takkan terkalahkan.

Hanya karena anda berkenan menolong orang lain, orang lain pun berkenan menolong anda. Maka mulailah menolong orang-orang di sekitar anda meraih kesuksesan diri mereka. Maka anda boleh berharap mereka pun akan menyediakan lahan keberhasilan untuk anda. Sadarilah, karier anda harus disangga oleh tiang utama, yaitu keberhasilan orang-orang anda berkat bantuan anda.
Prinsipnya sederhana saja: bukalah keberhasilan diri anda dengan membuka pintu keberhasilan orang lain.

Monday, November 09, 2009

JANGAN KEHILANGAN HARAPAN

Sepasang suami istri menggelar dagangannya di trotoar jalan. Saat itu petang turun terburu-buru. Lampu jalan tak cukup terang menerangi dagangan mereka.
Di kanan kiri tumpukan puing-puing bongkaran pasar mengepung. Di depan, berlalu-lalang kendaraan dan langkah-langkah cepat. Siapa pula yang tertarik membeli?
Namun, mereka berdua silih berganti menyapa dan menawarkan dagangan. Kaos anak warna-warni, setangan sebungkus tiga, rok kecil, dan entah apalagi. "Wahai suami istri pedagang, mengapa kalian yakin ada yang membeli dagangan itu. Bagaimana kalian bisa menjajakan barang di keremangan dan keriuhan seperti ini?"

"Kami tak kehilangan harapan," begitu jawabnya. "Itulah satu-satunya kekuatan kami. Kami tak tahu apa dan bagaimana membesarkan usaha ini, namun kami tahu harapan takkan pernah meninggalkan mereka yang menggenggamnya."
Berterima kasihlah pada orang-orang kecil yang memberikan teladan dan menebarkan harapan perbaikan hidup pada kita. Mereka tiang penyangga yang menahan langit dari keruntuhan. Mereka peredup terik mentari kehidupan yang adakalanya terasa panas membakar.

Tuesday, November 03, 2009

KEHADIRAN ANDA DINANTIKAN

Jangan hanya mengirimkan karangan bunga bagi mereka yang sedang berduka cita. Jangan pula hanya menitipkan doa semoga cepat pulih pada mereka yang berbaring derita. Tetapi, datanglah. Jenguklah. Tunjukkan kehadiran anda. Biarkan sentuhan tangan anda memupuskan kesedihan. Kehadiran anda adalah obat terampuh yang takkan bisa dibeli dari tabib terbaik mana pun.

Jangan hanya mengirimkan bingkisan bagi mereka yang sedang bersuka cita.
Jangan pula hanya menitipkan ucapan semoga berbahagia pada mereka yang meruap ceria. Tetapi datanglah. Tengoklah. Tunjukkan kehadiran anda. Biarkan cahya wajah anda menjadi penyuluh kegembiraan. Kehadiran adalah hadiah terbaik yang bisa anda berikan pada siapa pun. Itulah mengapa dunia tak pernah selebar daun talas, karena kehadiran teman baik selalu dinantikan.

Monday, October 26, 2009

BERIKAN BINGKISAN

Ada ratusan toko berjajar di kota ini. Di dalamnya terpajang ribuan bahkan jutaan barang menarik untuk dibawa pulang. Anda hanya perlu sedikit kelapangan hati untuk membeli sebuah produk sederhana, mengemasnya secara hati-hati, menyisipkan secarik ucapan, dan memberinya sebagai bingkisan pada rekan kantor yang telah menjalin kerja baik selama ini. Bukan soal berapa uang yang harus anda belanjakan, namun seberapa panjang hubungan yang ingin anda rajut dengan mereka.

Berikan bingkisan sebagai tanda penghargaan dan terima kasih pada karyawan.
Anda mungkin tak mampu menjadi pemimpin yang baik, menyediakan lingkungan kerja yang menyenangkan, atau memberikan upah yang mencukupi seluruh kebutuhan mereka, namun anda bisa berikan sekotak bingkisan dari lubuk hati anda. Percayalah, sesuatu yang berasal dari hati selalu singgah di hati pula.

Makan saja dulu itu semua

Smiley:

Setelah melalui perjalan yang berat dan melelahkan karena harus melewati tiga bukit dan ngarai, sang petani tiba di rumah kyai. Kyai menanyakan maksud kedatangannya.

Petani: "Saya ingin bertanya, apakah kepiting kali itu halal atau haram?"

Kyai: "Sebelum menjawab itu, saya ingin bertanya terlebih dulu, apakah kamu punya empang?"

Petani: "Punya, Kyai."

Kyai: "Apakah di empangmu dipelihara macam-macam ikan, seperti mujair, tawes, mas, nila, gurami?"

Petani: "Iya , Kyai."

Kyai: "Apakah kamu juga beternak ayam atau bebek seperti petani di sini?"

Petani: "Iya, Kyai."

Kyai: "Nah, kalau begitu, makan dulu saja itu semua, janganlah dulu kamu persoalkan kepiting kali. Bukankah ayam, itik, ikan itupun mungkin tak habis kamu makan, jangan kau susahkan hidupmu dengan persoalan kepiting kali."

Smiley...! Angan-angan menjauhkan kita dari hidup yang sekarang. Bukan persoalan apakah telur atau ayam yang lebih dahulu diciptakan, namun apakah kita bisa memanfaatkan apa yang ada di tangan kita sekarang. Sebutir telur yang nyata-nyata berada dalam genggaman jauh lebih berharga ketimbang seekor ayam di angan-angan.

Wednesday, October 21, 2009

KAMI BUTUH SEORANG MARTIR

Jangan-jangan, sebenarnya kami tak butuh mereka yang bergelar negarawan.
Kami juga tak butuh mereka yang bersematkan bintang-bintang di dada.
Kami pun tak butuh mengangkat pemimpin besar apalagi wakil-wakil permusyawaratan.
Kami hanya butuh seseorang dengan sosok sederhana, yang mengubur ego-nya jauh-jauh ke dalam bumi; yang mempersilakan punggungnya ditempa beban orang lain; yang membolehkan keringatnya dihirup panas mentari; yang tak jera mengerat daging dan memeras darahnya sendiri untuk makan dan minum kami.

Tak ada gunanya gelar terhormat, taburan bintang tanda jasa, kedudukan tinggi dan nama-nama mulia, bila anda yang mengaku pemimpin tak berani mati bagi kami. Kami tak butuh apa-apa, selain secarik nyawa anda yang rapuh itu. Kami hanya butuh martir. Setelah itu, bolehlah anda cantumkan gelar-gelar luhur di bahu anda, meski kami tahu martir tak butuh apa-apa.

KAMI BUTUH SEORANG MARTIR

Jangan-jangan, sebenarnya kami tak butuh mereka yang bergelar negarawan. Kami juga tak butuh mereka yang bersematkan bintang-bintang di dada. Kami pun tak butuh mengangkat pemimpin besar apalagi wakil-wakil permusyawaratan. Kami hanya butuh seseorang dengan sosok sederhana, yang mengubur ego-nya jauh-jauh ke dalam bumi; yang mempersilakan punggungnya ditempa beban orang lain; yang membolehkan keringatnya dihirup panas mentari; yang tak jeri mengerat daging dan memeras darahnya sendiri untuk makan dan minum kami.

Tak ada gunanya gelar terhormat, taburan bintang tanda jasa, kedudukan
tinggi dan nama-nama mulia, bila anda yang mengaku pemimpin tak berani mati
bagi kami. Kami tak butuh apa-apa, selain secarik nyawa anda yang rapuh itu.
Kami hanya butuh martir. Setelah itu, bolehlah anda cantumkan gelar-gelar
luhur di bahu anda, meski kami tahu martir tak butuh apa-apa.

Monday, October 12, 2009

JANGAN KEHILANGAN KEMANUSIAAN KITA

Anda menjumpai seorang lelaki tua, dengan penglihatan yang lamur bahkan hampir buta, berjalan terpincang-pincang, sedang berdiri termangu-mangu berdiri di tepi trotoar, bermaksud menyeberangi jalan raya besar lagi riuh.
Tongkatnya terlepas entah kemana. Apa yang anda lakukan bila itu adalah ayah kandung yang anda cintai sepenuh hati?
Pasti, anda dengan meluluhkan air mata memeluk hangat, menuntun beliau sampai ke seberang. Tak ada kewajiban bagi anak yang berbakti selain menyelamatkan ayah bundanya, meski tahu di hadapan pengadilan, ketuk palu hakim berkata lain.

Namun, apa yang anda lakukan bila lelaki tua itu adalah lawan politik anda?
Akankah anda mendorongnya jatuh ke riol, atau membiarkannya terjerembab di genangan selokan bau? Janganlah perbedaan politis, perbedaan agama, perbedaan garis mata, dan perbedaan apa pun membuat kita kehilangan kemanusiaan kita yang beradab. Boleh kita kibarkan bendera warna-warni, namun janganlah itu menggantikan langit biru yang memayungi semua manusia.

Monday, October 05, 2009

KEHANGATAN DARI PERSAHABATAN

Kita mungkin menganggap, berdiri sebagai pemimpin ibarat berdiri di puncak sepi. Memang benar pucuk-pucuk tinggi hanya berdiri bersendiri. Sedangkan tanaman perdu tumbuh bersemak-semak rimbun. Namun, semestinya hidup tidak sebeku itu, selama anda membalutnya dengan persahabatan. Bahkan, pemimpin besar pun tak mau menyia-nyiakan manisnya persahabatan. Miliki jiwa yang sedemikian hangat sehingga kita bisa memandang setiap orang sebagai teman.

Mari periksa persahabatan yang pernah anda rajut. Jangan biarkan hanyut begitu saja tertelan waktu. Jadikan ia sebagai pelumas yang melembutkan kerasnya benturan dalam kehidupan kerja anda. Rasakan sebuah kekayaan hidup yang tak terkira. Simak saja sebuah pepatah bijak, "hidup tanpa teman, mati pun sendiri."

Monday, September 28, 2009

CERMIN RETAK PENGKRITIK

Kritiklah terus orang lain. Cari dan temukan kesalahan mereka. Meski mereka melakukan keberhasilan, pasti ada banyak bopeng-bopeng yang menarik untuk diungkapkan. Tunjukkan pada orang banyak, bahwa anda mempunyai tatapan setajam elang untuk menemukan kelemahan orang lain. Dengan demikian anda bisa meletakkan diri setingkat lebih tinggi dari mereka. Lalu, temukan apa yang terjadi pada diri anda.

Ya! Kini anda menjadi cermin yang memantulkan bayangan kelabu dari siapa pun yang anda jumpai. Maka, jangan risau bila takkan ada orang yang berkenan berdiri di hadapan anda. Bukan karena mereka tak mau jujur melihat bayangannya sendiri, namun tak seorang pun suka melihat bayangan yang terpantul dari cermin yang retak. Bila anda terus-menerus mengkritik orang lain, anda menunjukkan keretakan yang ada pada diri sendiri. Tak ada tempat yang pantas bagi pecahan cermin, selain dipendam dalam-dalam agar tak melukai telapak kaki yang berderap melangkah maju.

Monday, September 14, 2009

BERTINDAKLAH BENAR DENGAN MENGAKUI KESALAHAN

Rasanya hidup ini banyak memberikan paradoks.
Ketika seseorang berani mengakui kesalahannya, ia tidak sedang mempertontonkan kelemahan, justru menunjukkan ketegaran. Dan, ketegaran adalah kekuatan. Diperlukan segenggam ketegaran agar kita mampu melihat dan mengakui kesalahan.
Terlebih lagi, dibutuhkan sepikul kekuatan untuk meminta maaf dan mengikrarkan sebuah perbaikan.
Akuilah kekhilafan anda.
Ketuklah pintu perbaikan.
Lakukan penuh takjim.
Maka, anda temukan wajah lain dari kesalahan yang patut anda hargai.

Sebagai manusia, kita tidak bisa tidak melakukan kesalahan.
Kebijakan dan pelajaran hidup tak didapat dari mengejar kesempurnaan. Melainkan dari
tindakan yang benar. Salah satunya: berani mengakui kesalahan.

Monday, September 07, 2009

PERLOMBAAN MENDAYUNG

Smiley:

Team manajemen dari perusahaan A dan B mengadakan pertandingan balap dayung.
Masing-masing team berlatih keras dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk mencapai kinerja puncak. Pada hari pertandingan, team perusahaan B memenangkan lomba dengan selisih jarak satu mil.

Team perusahaan A merasa kecewa dengan kekalahan itu. Motivasi dan moral mereka pun menurun. Manajemen perusahaan memutuskan untuk menemukan akar permasalahan mengapa team mereka bisa kalah. Sebuah perusahaan konsultan terkemuka disewa untuk menyelidiki persoalan dan memberikan saran-saran perbaikan.

Setelah beberapa lama dan banyak biaya untuk melakukan penyelidikan, maka ditemukan hal-hal berikut: Team perusahaan B terdiri dari delapan orang pendayung dan satu orang pengemudi. Sedangkan team perusahaan A terdiri dari delapan orang pengemudi dan satu orang pendayung.

Kemudian diajukan sebuah usulan untuk merombak struktur team perusahaan A, menjadi: satu orang yang bertugas general manajer pengemudi, tiga orang manajer pengemudi, tiga orang areal manajer pengemudi, satu orang bertugas mereview bagaimana prestasi dari satu-satunya pendayung yang ada agar bisa memberikan bonus insentif yang mampu meningkatkan prestasinya.

Tahun berikutnya, team perusahaan B menang lagi sejauh dua mil!

Editor: Smiley...! Ada perusahaan yang lebih suka memberikan bonus lebih tinggi pada manajer yang hanya mampu menemukan problem. Sedangkan perusahaan lain yang memenangkan pertandingan lebih suka memberikan bonus lebih tinggi pada pekerja yang menghasilkan produk secara nyata.

SURAT PAMIT DARI SEORANG MANAJER

Seorang manajer menulis ini pada kami: "Setelah delapan tahun bekerja di perusahaan ini, aku kira tak ada yang lebih banyak yang bisa kuberikan selain rasa cintaku pada perusahaan ini, pada setiap detil pekerjaan, pada orang-orang - mulai dari pimpinan tertinggi hingga buruh terrendah - yang sama bekerja di sini, pada produk yang kami hasilkan, pada apa saja, bahkan pada bau asap yang keluar dari cerobong-cerobong pabrik kami. Ketika atasanku mengatakan aku telah melakukan pekerjaan besar, aku kira itu hanya sesuatu yang kecil namun beserta kasih yang besar. Ketika rekan-rekanku mengatakan aku telah merajut keberhasilan, aku kira itu hanya selembar sapu tangan mungil bermanikamkan cinta tak terperi. Karena, keberhasilan yang sejati adalah rantai dari kesempatan, karier, kerja sama, kemajuan, persahabatan, persaudaraan, cinta dan kasih sayang."

"Dan, ketika hari ini aku pamit untuk undur diri dari perusahaan, aku temui tatapan-tatapan syahdu, aku terima bingkisan-bingkisan kecil, aku tenggelam dalam pelukan dan jabatan hangat. Di saat itu aku sadari, cintaku terbalas. Terima kasih." Kasih selalu berbalas kasih. Tugas kita di muka bumi ini tak lain adalah menebarkan kasih sebanyak-banyaknya. Itu saja.

Monday, August 31, 2009

RAJA MAHMUD DAN BUNCIS

Aththar An-Nisaburi

Suatu hari, Raja Mahmud yang perkasa dari Ghazna pergi berburu. Di tengah jalan ia terpisah dari rombongannya. Kemudian ia mendatangi asap yang berasal dari sebuah api kecil. Di sana ia menemukan seorang perempuan tua dengan belanganya.

Raja Mahmud berkata, "Hari ini engkau kedatangan tamu seorang raja. Apa yang kau masak di atas apimu?"

Perempuan tua itu menjawab, "Ini rebusan buncis."

Raja Mahmud bertanya, "Wahai perempuan tua, maukah kau memberiku sedikit?"

"Tidak," jawab perempuan itu. "Karena ini hanya untukku. Kerajaanmu tidak berharga sebagaimana buncis-buncisku ini. Engkau boleh saja menginginkan buncisku, tapi aku tidak menginginkan kerajaanmu, dan apa pun yang engkau miliki. Buncis-buncisku bernilai seratus kali lipat daripada semua milikmu.
Lihat musuh-musuhmu, mereka berusaha merebut kekuasaanmu. Aku bebas, dan memiliki kacang buncisku."

Mahmud yang perkasa memandang pemilik kacang buncis itu, sambil memikirkan kekuasaannya yang dipersengketakan. Ia lalu menangis.

Pojok Renungan Editor: Apa yang kita miliki? Apakah kita terbebas?

(Idries Shah, The Way Of Sufi)


****************************************************************************
Stopper:

Segala sesuatu yang tercipta pasti musnah. Ia yang menyadari hal ini tidak akan menderita. Demikianlah jalan menuju kesucian. (Siddharta Gautama)

Tapa brata dan ilmu pengetahuan tidak dapat membebaskan dirimu dari keterikatan pada dunia benda. Terbebaskan dari keinginan, kau akan terbebas pula dari ikatan dengan dunia benda. (Siddharta Gautama)

Keserakahan menghasilkan kesedihan. Lalu dari kesedihan, timbul rasa takut.
Ia yang tidak serakah, tidak akan sedih dan takut. (Siddharta Gautama)

YANG KAMI PINTA DARI PEMIMPIN AGUNG

Ketika anda berdiri di depan rakyat banyak. Berdiri dengan gagah, seolah dunia berada di pijakan. Menunjukkan telunjuk jauh ke depan. Menjanjikan padang rumput hijau tempat ternak berkembang. Mengiming-imingi cahya terang benderang. Kala itu, jangan, sekali lagi jangan, bayangkan anda jadi seorang maharaja dengan sekepal kekuasaan di tangan. Kala itu, jangan, sekali lagi jangan, bermimpi anda jadi kaisar bermahkotakan mutu manikam. Itu tak lebih dari angan-angan usang penyumpal lubang telinga kami.

Mungkin benar, bahwa anda berdiri penuh pesona di sana sebagai pemimpin agung, penunjuk jalan sejarah, atau bahkan maha raja di raja. Namun, semestinya anda juga sadar, sekali lagi sadar sepenuh hati, bahwa anda seharusnya siap menjadi seorang martir bagi rakyat, negara, dan seluruh dunia ini. Karena kami mengikuti anda bukan cuma meminta sedikit keringat anda, atau setetes air mata anda, melainkan sekujur darah anda, dan selembar nyawa anda yang tipis itu. Pengorbanan anda seutuhnya. Itulah mengapa pemimpin disebut pemimpin.

Thursday, August 27, 2009

HAK KITA MENILAI HITAM DAN PUTIH

Apalah gunanya membedakan orang ke dalam kelompok hitam dan putih?
Takkah cukup bagi kita untuk menilai sebuah tindakan, tanpa meneruskan penghakiman
pada sang pelaku? Adakah hak itu diberikan pada diri kita? Bila ya, pantaskah kita menganugerahkan pujian atau menjatuhkan hukuman padahal kita takkan mampu melihat pantulan wajah kita di cermin jernih melalui kacamata buram?

Bukankah setiap dari kita memiliki kesempatan yang sama untuk berbuat hitam atau putih? Bahkan, seringkali kita ini tak lebih tegar ketimbang buih di tengah ombak. Rapuh. Lemah. Apalah artinya keimanan yang kita basahkan di bibir, jika suara hati masih terus mempertanyakan ketulusannya. Itulah mengapa, menerima manusia seutuhnya adalah menerima keunggulan sekaligus kekhilafannya. Memang mudah melihat cahya apa yang terpancar dari bola mata orang lain, namun mendengar gemuruh yang menderu-deru jauh di dalam rawa-rawa kalbu adalah hal yang sama sekali lain. Bahkan, mendengar rintihan dalam kalbu sendiri adalah tugas yang tak kalah sulitnya. Bila demikian,
masihkah kita merasa berhak menilai hitam dan putihnya seseorang?

Tuesday, August 25, 2009

SEBUAH OLIMPIADE YANG ISTIMEWA

Soul's Bread:

Beberapa tahun lalu, diadakan olimpiade khusus orang-orang cacat di Seattle.
Saat itu dilakukan pertandingan lari jarak 100 meter. Sembilan pelari telah bersiap-siap di tempat start masing-masing.

Ketika pistol tanda pertandingan dinyalakkan, mereka semua berlari, meski tidak tepat berada di garis lintasannya, namun semuanya berlari dengan wajah gembira menuju garis finish dan berusaha untuk memenangkan pertandingan.
Kecuali, seorang pelari, anak lelaki, tiba-tiba tersandung dan terjatuh berguling beberapa kali. Ia lalu menangis.

Delapan pelari mendengar tangisan anak lelaki yang terjatuh itu. Mereka lalu memperlambat lari mereka dan menoleh ke belakang. Mereka semua berbalik dan berlarian menuju anak lelaki yang terjatuh di tanah itu.

Semuanya, tanpa terkecuali.

Seorang gadis yang menyandang cacat keterbelakangan mental menunduk, memberikan sebuah ciuman padanya dan berkata, "Semoga ini membuatmu merasa lebih baik." Kemudian kesembilan pelari itu saling bergandengan tangan, berjalan bersama menyelesaikan pertandingan menuju garis finish.

Seluruh penonton yang ada di stadion itu berdiri, memberikan salut selama beberapa lama. Mereka yang berada di sana saat itu masih saja tak bosan-bosannya meneruskan kejadian ini. Tahukah anda mengapa? Karena di dalam diri kita yang terdalam kita tahu bahwa: dalam hidup ini tak ada yang jauh lebih berharga daripada kemenangan bagi kita semua. Yang terpenting dalam hidup ini adalah saling tolong menolong meraih kemenangan, meski kita harus mengalah dan mengubah diri kita sendiri.

SEBUAH OLIMPIADE YANG ISTIMEWA

Soul's Bread:

Beberapa tahun lalu, diadakan olimpiade khusus orang-orang cacat di Seattle.
Saat itu dilakukan pertandingan lari jarak 100 meter. Sembilan pelari telah bersiap-siap di tempat start masing-masing.

Ketika pistol tanda pertandingan dinyalakkan, mereka semua berlari, meski tidak tepat berada di garis lintasannya, namun semuanya berlari dengan wajah gembira menuju garis finish dan berusaha untuk memenangkan pertandingan.
Kecuali, seorang pelari, anak lelaki, tiba-tiba tersandung dan terjatuh berguling beberapa kali. Ia lalu menangis.

Delapan pelari mendengar tangisan anak lelaki yang terjatuh itu. Mereka lalu memperlambat lari mereka dan menoleh ke belakang. Mereka semua berbalik dan berlarian menuju anak lelaki yang terjatuh di tanah itu.

Semuanya, tanpa terkecuali.

Seorang gadis yang menyandang cacat keterbelakangan mental menunduk, memberikan sebuah ciuman padanya dan berkata, "Semoga ini membuatmu merasa lebih baik." Kemudian kesembilan pelari itu saling bergandengan tangan, berjalan bersama menyelesaikan pertandingan menuju garis finish.

Seluruh penonton yang ada di stadion itu berdiri, memberikan salut selama beberapa lama. Mereka yang berada di sana saat itu masih saja tak bosan-bosannya meneruskan kejadian ini. Tahukah anda mengapa? Karena di dalam diri kita yang terdalam kita tahu bahwa: dalam hidup ini tak ada yang jauh lebih berharga daripada kemenangan bagi kita semua. Yang terpenting dalam hidup ini adalah saling tolong menolong meraih kemenangan, meski kita harus mengalah dan mengubah diri kita sendiri.

KEKUASAAN ADALAH TANGGUNG JAWAB

Mereka yang ceroboh menganggap kekuasaan adalah hak bagi setiap orang.
Oleh karena itu, mereka berlomba-lomba mendapatkan dan mendekapnya erat-erat.
Bila perlu menumbuhkannya jadi sebuah pohon besar yang dipenuhi mitos dan cerita seram penuh kegentaran.
Maka tak usah heran, ketika sekelompok orang ceroboh bertemu, tak lain yang mereka ributkan hanyalah membagi ini dan itu.
Semata-mata demi sejumput tanah tempat tumbuh semak belukar.
Kekuasaan akan jadi mahkota duri yang akan melukai pelipisnya sendiri.

Sedangkan bagi mereka yang bijak, kekuasaan adalah kata lain dari wajah tanggung jawab.
Tak ada tempat lain untuk meletakkannya selain di pundak.
Bukan di genggaman. Bukan pula di kepalan.
Ia harus dimintai keterangan: untuk apa dan bagaimana ia diperankan.
Karenanya, kekuasaan tunduk pada kepada siapa yang memberikan, bukan kepada siapa ia diberikan.
Mereka yang bijak memikul kekuasaan dengan takjim.
Sekali lancung, tak ada yang perlu lagi dipercayakan.

Thursday, August 20, 2009

BANYAK WAJAH KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN

Bila orang lain berhasil, maka akui keberhasilan mereka. Hargai dan hormati apa yang mereka capai. Nyatakan itu setulus hati. Terimalah bahwa keberhasilan mereka adalah keberhasilan mereka. Iri hati, kecewa, dengki, biasanya mudah mengiringi hati mereka yang merasa lebih berhak mendapatkan keberhasilan itu. Meski anda tidak berhasil meraihnya, namun temukan keberhasilan yang lebih besar dalam diri anda, yaitu kebesaran jiwa anda untuk mengucapkan selamat atas keberhasilan mereka.

Keberhasilan selalu menunjukkan banyak wajah. Sayangnya seringkali kita menyebutnya dengan nama-nama yang melemahkan diri sendiri, semisal: kekalahan, kegagalan atau kekeliruan. Kegagalan pun bisa menunjukkan banyak wajah. Sayangnya seringkali kita menyebutnya dengan nama-nama yang mengilusikan kebanggaan diri, semisal: kemenangan, keunggulan atau kebenaran. Karenanya, mungkin lebih baik bila hidup ini tak diukur dengan kemenangan dan kekalahan, keberhasilan dan kegagalan.

Monday, August 10, 2009

BOLA MASUK KE KANTONG KERTAS

Seorang pemain profesional bertanding dalam sebuah turnamen golf. Ia baru saja membuat pukulan yang bagus sekali yang jatuh di dekat lapangan hijau. Ketika ia berjalan di fairway, ia mendapati bolanya masuk ke dalam sebuah kantong kertas pembungkus makanan yang mungkin dibuang sembarangan oleh salah seorang penonton. Bagaimana ia bisa memukul bola itu dengan baik?

Sesuai dengan peraturan turnamen, jika ia mengeluarkan bola dari kantong kertas itu, ia terkena pukulan hukuman. Tetapi kalau ia memukul bola bersama-sama dengan kantong kertas itu, ia tidak akan bisa memukul dengan baik. Salah-salah, ia mendapatkan skor yang lebih buruk lagi. Apa yang harus dilakukannya?

Banyak pemain mengalami hal serupa. Hampir seluruhnya memilih untuk mengeluarkan bola dari kantong kertas itu dan menerima hukuman. Setelah itu mereka bekerja keras sampai ke akhir turnamen untuk menutup hukuman tadi.
Hanya sedikit, bahkan mungkin hampir tidak ada, pemain yang memukul bola bersama kantong kertas itu. Resikonya terlalu besar.

Namun, pemain profesional kita kali ini tidak memilih satu di antara dua kemungkinan itu. Tiba-tiba ia merogoh sesuatu dari saku celananya dan mengeluarkan sekotak korek api. Lalu ia menyalakan satu batang korek api dan membakar kantong kertas itu. Ketika kantong kertas itu habis terbakar, ia memilih tongkat yang tepat, membidik sejenak, mengayunkan tongkat, wus, bola terpukul dan jatuh persis di dekat lobang di lapangan hijau. Bravo!
Dia tidak terkena hukuman dan tetap bisa mempertahankan posisinya.

Smiley...! Ada orang yang menganggap kesulitan sebagai hukuman, dan memilih untuk menerima hukuman itu. Ada yang mengambil resiko untuk melakukan kesalahan bersama kesulitan itu. Namun, sedikit sekali yang bisa berpikir kreatif untuk menghilangkan kesulitan itu dan menggapai kemenangan.
Seorang pemain profesional bertanding dalam sebuah turnamen golf. Ia baru saja membuat pukulan yang bagus sekali yang jatuh di dekat lapangan hijau. Ketika ia berjalan di fairway, ia mendapati bolanya masuk ke dalam sebuah kantong kertas pembungkus makanan yang mungkin dibuang sembarangan oleh salah seorang penonton. Bagaimana ia bisa memukul bola itu dengan baik?

Sesuai dengan peraturan turnamen, jika ia mengeluarkan bola dari kantong kertas itu, ia terkena pukulan hukuman. Tetapi kalau ia memukul bola bersama-sama dengan kantong kertas itu, ia tidak akan bisa memukul dengan baik. Salah-salah, ia mendapatkan skor yang lebih buruk lagi. Apa yang harus dilakukannya?

Banyak pemain mengalami hal serupa. Hampir seluruhnya memilih untuk mengeluarkan bola dari kantong kertas itu dan menerima hukuman. Setelah itu mereka bekerja keras sampai ke akhir turnamen untuk menutup hukuman tadi.
Hanya sedikit, bahkan mungkin hampir tidak ada, pemain yang memukul bola bersama kantong kertas itu. Resikonya terlalu besar.

Namun, pemain profesional kita kali ini tidak memilih satu di antara dua kemungkinan itu. Tiba-tiba ia merogoh sesuatu dari saku celananya dan mengeluarkan sekotak korek api. Lalu ia menyalakan satu batang korek api dan membakar kantong kertas itu. Ketika kantong kertas itu habis terbakar, ia memilih tongkat yang tepat, membidik sejenak, mengayunkan tongkat, wus, bola terpukul dan jatuh persis di dekat lobang di lapangan hijau. Bravo! Dia
tidak terkena hukuman dan tetap bisa mempertahankan posisinya.

Smiley...! Ada orang yang menganggap kesulitan sebagai hukuman, dan memilih
untuk menerima hukuman itu. Ada yang mengambil resiko untuk melakukan
kesalahan bersama kesulitan itu. Namun, sedikit sekali yang bisa berpikir
kreatif untuk menghilangkan kesulitan itu dan menggapai kemenangan.

TEMUKAN CINTA ANDA

Bila anda tak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang-orang yang bekerja di sana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaan pun jadi menggembirakan. Bila anda tak bisa mencintai rekan-rekan kerja anda, maka cintailah suasana dan gedung kantor anda. Ini mendorong anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi. Bila toh anda juga tidak bisa melakukannya, cintai setiap pengalaman pulang pergi dari dan ke tempat kerja anda. Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan tampak menyenangkan juga. Namun, bila anda tak menemukan kesenangan di sana, maka cintai apa pun yang bisa anda cintai dari kerja anda: tanaman penghias meja, cicak di atas dinding, atau gumpalan awan dari balik jendela.
Apa saja.

Bila anda tak menemukan yang bisa anda cintai dari pekerjaan anda, maka mengapa anda ada di situ? Tak ada alasan bagi anda untuk tetap bertahan. Cepat pergi dan carilah apa yang anda cintai, lalu bekerjalah di sana. Hidup hanya sekali. Tak ada yang lebih indah selain melakukan dengan rasa cinta yang tulus.

Wednesday, August 05, 2009

SI KIKIR DAN MALAIKAT MAUT

Setelah bekerja keras, berdagang dan menjadi rentenir, si kikir telah menumpuk harta, tiga ratus ribu dinar. Ia memiliki tanah luas, beberapa gedung, dan segala macam harta benda. Kemudian ia memutuskan untuk beristirahat selama satu tahun, hidup nyaman, dan kemudian menentukan tentang masa depannya.

Tetapi, segera setelah ia berhenti mengumpulkan uang, Malaikat Maut muncul di hadapannya untuk mencabut nyawanya. Si kikir pun berusaha dengan segala daya upaya agar Malaikat Maut itu tidak jadi menjalankan tugasnya. Si kikir berkata, "Bantulah aku, barang tiga hari saja. Maka aku akan memberimu sepertiga hartaku."

Malaikat Maut menolak, dan mulai menarik nyawa si kikir. Kemudian si kikir memohon lagi, "Jika engkau membolehkan aku tinggal dua hari saja, akan kuberi engkau dua ratus ribu dinar dari gudangku."

Tetapi Malaikat Maut pantang menyerah dan tak mau mendengarkannya. Bahkan ia menolak memberi tambahan satu hari demi tiga ratus ribu dinar dari si Kikir.
Akhirnya si kikir menulis berkata, "Kalau begitu, tolong beri aku waktu untuk menulis sebentar."

Kali ini Malaikat Maut mengijinkannya, dan si kikir menulis dengan darahnya sendiri: "Wahai manusia, manfaatkanlah hidupmu. Aku tidak dapat membelinya dengan tiga ratus ribu dinar. Pastikan engkau menyadari nilai dari waktu yang engkau miliki."

PENCAPAIAN TERBAIK MANUSIA

Seorang komposer tuna rungu menulis beberapa baris lagu untuk kekasihnya.
Lagu itu, karena begitu indah, jadi abadi hingga kini.
Seorang sultan kehilangan buah hatinya. Lalu ia membangun sebuah istana rupawan yang
dikenang seluruh dunia sebagai tanda cinta yang tak lekang.
Seorang penyair menggoreskan ratusan bait puisi yang memberikan cahaya bagi banyak generasi ke depan. Puisi itu ia tulis untuk kekasih kekalnya yang tak terperi.
Demikian juga jutaan orang menciptakan keindahan atas nama sebuah kata, cinta.

Tak cukupkah bukti bagi anda. Bahwa hanya dengan cinta, anda bisa memberikan
sesuatu yang terbaik. Bukan sekedar terbaik, tetapi yang melampaui kata-kata, nada-nada, logika, garis dan warna, serta semua penggambaran lain di dunia ini. Tak ada pencapaian terbaik manusia, bila tak disertai luapan cinta yang tak terkira.

Monday, July 27, 2009

Tak Ada Yang Mengalahkan Pesona Kesederhanaan

Semula kita belajar melakukan hal-hal sederhana.
Tak lebih dari satu tambah satu sama dengan dua. Ketika soal-soal itu semakin terasa mudah, kita coba kerjakan yang sulit. Kita rambah puluhan, ratusan, perkalian juga pembagian.
Kita namai itu sebagai tantangan.
Tak lama tantangan kehilangan daya tariknya jua. Maka, kita kepalkan tangan untuk menaklukkan sesuatu yang rumit, besar, dan tak mudah ditundukkan. Sebuah soal pun dijawab oleh berlembar-lembar perhitungan hingga nyaris tak dikenali lagi mana angka mana tanda baca. Tapi segera saja, kenjelimetan itu membosankan.
Tahukah anda apa akhir dari pergulatan ini?

Yaitu, ketika kita mulai meringkas jawaban. Memendekkan pola perhitungan.
Memangkas baris-baris pembuktian. Di perjalanan ini kita seolah berbalik ke titik semula: kesederhanaan.
Tak ada yang mengalahkan pesona kesederhanaan.
Kita boleh kumpulkan apa saja dalam hidup ini, namun pada terminal perhentian, kita kembali dengan tangan yang sederhana dan meninggalkan semua kerumitan jauh di belakang.

Wednesday, July 22, 2009

JANGAN TAKUT BERSAING

Apakah persaingan bisnis itu?
Sepuluh pedagang rambutan berderet-deret di tepi jalan menjajakan buah yang sama. Sepanjang hari mereka sama-sama berpanas-panas di sana. Setiap malam mereka pun berdesak-desak meringkuk di pondokan yang sama. Mereka bisa saling berkumpul tanpa terlalu menghiraukan apa itu persaingan bisnis.
Cukuplah bagi mereka jika bisa membawa pulang beberapa lembar keuntungan di usai musim rambutan. Bahkan mereka berasal dari desa yang sama dan datang ke kota ini untuk mencari sejumput pencaharian.

Namun ketika usaha semakin membesar, harapan akan laba membukit, dan ketakutan akan rugi menggunung. Di saat itu dikenallah sebuah permainan: kipas bara persaingan.
Maka kebersamaan pun hangus. Ternyata bukan karena kecil kita takut, karena mempertahankan kebesaranlah yang membuat kita gentar. Lebih buruk lagi, bila karena takut kita jadi licik dan picik. Mari jaga semangat bersaing - bersaing dalam kebersamaan.

Wednesday, July 15, 2009

KEYAKINAN SEORANG ANAK

diinspirasikan: Laverne W. Hall

Sebuah desa mengalami kekeringan berkepanjangan karena hujan kunjung tak turun. Tanah berubah menjadi gersang. Tanaman layu kehausan. Para penduduk desa merasa gelisah. Mereka pun mengharap dan berdoa sambil mengacung-acungkan simbol-simbol keagamaan mereka ke arah langit. Namun hari berganti minggu, hujan yang dinanti-nanti tak jua turun.

Seorang tetua desa berinisiatif untuk mengumpulkan seluruh penduduk desa untuk mengadakan doa bersama selama beberapa jam di lapangan desa. Setiap penduduk diminta untuk membawa benda suci dan simbol-simbol ritual keagamaan yang mereka miliki.

Pada hari yang telah ditentukan, seluruh penduduk desa berbondong-bondong menuju lapangan desa. Wajah dan hati mereka penuh harap. Kemudian tetua desa mulai memimpin doa. Beliau minta pada seluruh penduduk untuk mengumpulkan semua benda suci dan simbol-simbol keagamaan mereka ke tengah-tengah lapangan.

Setelah beberapa jam berdoa, ajaib... seperti ada sebuah perintah ajaib, hujan rintik-rintik mulai turun. Maka seluruh penduduk desa bersorak gembira. Dan segera saja mereka berebutan mengambil kembali benda suci mereka. Tiba-tiba dari tengah-tengah tumpukan benda suci itu muncul sebuah bayangan yang menutupi semua benda suci itu.

...Yaitu seorang anak kecil berusia sembilan tahun dengan sebuah payung di tangan.

Pojok Renungan : Tidak masalah dengan benda-benda yang kita anggap suci, namun sebuah hati yang penuh keyakinan mengalahkan sejuta harapan. Ada jarak antara harapan dan keyakinan.

(Laverne W. Hall, All Rights Reserved)

BERIKAN TAMBAHAN KETEKUNAN

Seorang pemecah batu mengayunkan pukulannya yang keseratus kali. Namun batu itu belum jua pecah. Seolah tak mungkin bisa dipecahkan bahkan bila ia tambahkan lagi beberapa pukulan bertubi-tubi. Kini bolehlah ia berhenti sejenak untuk mempertimbangkan, apakah tidak sebaiknya ia mencari batu lain yang lebih lunak?

Konsekuensinya ia harus memulai dari pukulan pertama.
Selain itu, ia pun tak tahu pada pukulan ke berapa ia bisa memecahkan batu lain itu. Pilihan kedua, ia coba satu pukulan lagi yang lebih keras, lebih berkeringat, barangkali ia bisa memecahkannya pada pukulan yang ke seratus satu.

Keberhasilan anda sekarang bukan karena satu pukulan kuat yang baru saja anda layangkan. Namun, seratus pukulan kecil yang terus-menerus anda hujamkan sebelum ini. Ketekunan bukan saja mencerminkan keyakinan dan harapan, namun juga ibu dari produktivitas kerja. Itulah kesenangan yang diberikan oleh alam pada kita: kita tak tahu pada langkah ke berapa keberhasilan akhirnya kita jumpai.

Sunday, July 12, 2009

BERSEDIALAH UNTUK MEMBANTU

Anda bermaksud membeli sesuatu. Toko yang anda masuki ternyata penuh ramai.
Apa yang anda cari terlebih dahulu?
Ya!, anda akan mencari seorang pelayan toko yang bersedia membantu anda. Sayangnya tak seorang pelayan toko menunjukkan keramahannya mau membantu anda. Ini membuat anda
bersungut-sungut meninggalkan toko itu. Mungkin saat itu juga, dalam hati, anda memutuskan untuk tidak datang lagi ke sana. Sebenarnya apa yang anda cari?

Kita mencari kesediaan untuk membantu; hati yang siap melayani. Seorang bijak pernah berkata bahwa tak selalu kita bisa membantu, namun kita selalu bisa bersedia untuk membantu. Diri yang terbuka untuk menolong bernilai lebih dari apa yang bisa dijual di toko mana pun. Pembeli suka mengunjungi apa yang tidak dipajang di tempat lain: pelayan toko yang bersedia melayani sebaik-baiknya. Bahkan ketika kita harus membayar lebih mahal, kita rela merogoh lebih dalam. Karena kita tahu, hati yang bersedia untuk membantu tak bisa dinilai begitu saja dengan uang.

Tuesday, June 30, 2009

PEMILIK TANGANLAH YANG MEMBEDAKAN

Seorang tukang kebun diminta memangkas rumput yang tumbuh di taman.
Lalu dengan trampil ia gunakan gunting untuk meratakan rumput hingga tak lagi tampak bagai semak belukar. Seselesainya ia menerima beberapa lembar upah.
Ia senang, pemilik taman pun senang. Selang beberapa hari kemudian, seorang tukang kebun yang lain datang menawarkan jasa memperindah kebun itu. Dengan enggan pemilik taman itu mengiyakan. Lalu dengan trampil ia gunakan gunting untuk membentuk rumput itu jadi bagai hamparan permadani hijau di taman.
Pemilik taman terpesona, dan tukang kebun pun menerima upah yang jauh lebih besar.

Itu adalah rumput yang sama. Itu adalah gunting yang sama. Namun, dari tangan yang berbeda sehampar semak-semak dapat berubah jadi lapangan. Dari tangan yang lain tercipta permadani. Seberapa pun hebatnya alat yang terpegang, sang pemilik tanganlah yang membedakan.

Monday, June 22, 2009

DAHULUKAN JABAT TANGAN

Memang perlu menulis berbundel-bundel petunjuk pelaksanaan dan tatacara kerja. Karena sudah semestinya kita tahu apa dan bagaimana menunaikan sebuah pekerjaan. Dan, ini bukan sekedar prasyarat ketertiban organisasi, melainkan juga upaya untuk meraih kinerja tertinggi. Sayangnya, nyaris musykil kita bisa menyusun semua itu dalam baris-baris penuturan. Kemajuan bergerak lebih cepat daripada ketrampilan kita menyalinnya ke lembaran kertas dan lontar.
Perubahan melompat lebih jauh daripada kemampuan kita menggoreskan mata pena. Bahkan sebuah titik yang baru saja kita tutulkan seringkali sudah jadi masa lalu yang bolehlah dilupakan.

Bukannya semua itu tak berharga. Namun, sudah semestinya kita lebih paham, bahwa mencapai kesepakatan dan menumbuhkan komitmen di antara orang-orang takkan tergantikan oleh puluhan pasal dan ratusan ayat peraturan. Apa yang ada di atas kertas seringkali kosong. Apa yang digoreskan pena acapkali ompong. Namun, apa yang tersimpan dalam jabat tangan erat selalu hidup.
Karenanya, biarkan lebih banyak jabat tangan dijabatkan, ketimbang tulisan dituliskan.

Tuesday, June 16, 2009

PEMIMPIN DAN PENGIKUT KUAT MENGUATKAN

Agar pohon yang tumbuh tinggi tidak mudah tumbang karena deraan angin kencang, ia harus menumbuhkan batang yang tegar. Ia pun harus menancapkan akarnya dalam-dalam. Bumi akan menggenggamnya erat-erat. Karena bumi pun membutuhkan akar yang lebat untuk menimbun air demi kesejahteraan penghuninya. Karena bumi pun membutuhkan akar yang kuat untuk memperkokoh tanah dari kelongsoran. Pohon yang kuat menguatkan bumi. Bumi yang kuat menguatkan pohon.

Agar pemimpin besar tidak mudah terjungkal karena terpaan persoalan, sudah semestinya ia mengembangkan diri yang tegar. Ia pun harus menancapkan pijakannya pada hati para pengikutnya dalam-dalam. Maka mereka pun akan memeluknya kuat-kuat. Kita membutuhkan pemimpin yang mendatangkan kesejahteraan. Kita merindukan pemimpin yang memperkokoh masyarakat tempat kami berlindung. Dan pemimpin yang kuat menguatkan pengikutnya. Pengikut yang kuat menguatkan pemimpinnya. Pemimpin dan pengikut saling kuat menguatkan. Sebagaimana pohon dan bumi saling kasih mengasihi.

Tuesday, June 09, 2009

AKU INGIN MENGUBAH DUNIA

"Ketika aku muda, aku ingin mengubah seluruh dunia. Lalu aku sadari, betapa sulit mengubah seluruh dunia ini, lalu aku putuskan untuk mengubah negaraku saja. Ketika aku sadari bahwa aku tidak bisa mengubah negaraku, aku mulai berusaha mengubah kotaku. Ketika aku semakin tua, aku sadari tidak mudah mengubah kotaku. Maka aku mulai mengubah keluargaku. Kini aku semakin renta, aku pun tak bisa mengubah keluargaku. Aku sadari bahwa satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri.
Tiba-tiba aku tersadarkan bahwa bila saja aku bisa mengubah diriku sejak dahulu, aku pasti bisa mengubah keluargaku dan kotaku. Pada akhirnya aku akan mengubah negaraku dan aku pun bisa mengubah seluruh dunia ini."

Tidak ada yang bisa kita ubah sebelum kita mengubah diri sendiri. Tak bisa kita mengubah diri sendiri sebelum mengenal diri sendiri. Takkan kenal pada diri sendiri sebelum mampu menerima diri ini apa adanya.

Wednesday, June 03, 2009

KEBERHASILAN PRIBADI UNTUK KEBERHASILAN TEAM

Meski ia adalah pemain bola hebat, menyandang ban kapten kesebelasan, selalu berada pada posisi tepat, bermain dalam team yang berkeyakinan penuh untuk menang... seberapa pun sempurnanya semua keadaan... ia takkan mampu mencetak sebuah goal pun, bila tak ada pemain lain yang mau memberikan umpan padanya.
Ia hanya bisa berlari ke sana-kemari tanpa arti. Bila ia cukup angkuh, bolehlah ia memaki-maki. Atau, keluar lapangan menyadari kesia-siaannya.

Seberapa pun tinggi kedudukan anda jabat, itu tak berguna bila tak ada orang mau memberikan umpan yang dapat anda tendang jadi sebuah goal. Kemenangan bukanlah kemenangan bagi anda seorang, namun milik seluruh pemain, pelatih, bahkan penonton yang bersorak-sorak. Karenanya, apakah anda sedang bermain untuk diri sendiri atau team kerja anda?
Jawaban itu dapat anda gunakan untuk memahami apa arti sebuah keberhasilan.

Tuesday, May 26, 2009

KERJAKAN YANG ANDA CINTAI

Menarik sekali, banyak orang merasa suntuk dengan pekerjaannya. Mereka mengeluh, tertekan, bahkan sebagian orang membencinya. Sebenarnya orang ingin melakukan apa yang mereka senangi, namun mereka khawatir itu bukanlah jalan karier. Sudah terlalu menancap dalam benak bahwa kerja bukanlah kesenangan, apalagi kecintaan. Bagi mereka, karier dan kerja adalah jerat yang menjauhkan mereka dari kehidupan yang diangankan. Namun, mereka harus terus bekerja demi angan-angan itu sendiri. Sebuah lingkaran paradoks yang tak bertepi.

Mengapa sedikit sekali orang bersedia melakukan apa yang mereka cintai.
Padahal dalam cintanya mereka akan mengerjakan lebih dari apa arti kata "baik". Mengapa lebih banyak orang hanya mengejar sebuah keberhasilan karier?
Tidakkah cukup bagi mereka untuk melakukan yang terbaik dan mereguk kegembiraan bagi kehidupan sehari-hari? Tidakkah kita pahami bahwa keberhasilan lebih suka pada mereka yang cinta pada setiap jerih karyanya sendiri? Dan, setetes keringat pun jadi lebih berkilauan ketimbang permata kencana.

Monday, May 18, 2009

LANGKAH YANG MENAIKKAN NILAI DIRI

Keberhasilan tak meluncur begitu saja ketika anda menengadahkan tangan.
Bahkan ia tak selalu datang meski peluh telah membanjiri tengkuk anda.
Keberhasilan membutuhkan ketekunan dan upaya yang tak kenal patah.
Anda takkan pernah tahu di langkah yang ke berapa keberhasilan menampakkan ujudnya. Andai anda memutuskan untuk berhenti di langkah ke seribu, mungkin keberhasilan sedang menunggu cuma satu langkah di depan. Maka tiada yang patut dilakukan untuk terus berjalan. Setiap langkah memperkuat diri anda.

Agar tak putus dengan mudah, anda harus memulai langkah pertama dari garis start yang tepat; yaitu hati anda. Sesuatu yang berasal dari hati akan memuliakan pikiran dan membersihkan tindakan. Maka, setiap langkah akan menaikkan nilai diri anda.

Thursday, May 14, 2009

KITA TEMUKAN KEPUASAN DI KERIKIL JALAN

Banyak orang mengatakan bahwa kepuasan itu terkait dengan tercapainya keinginan. Bila demikian adanya, maka tentu lebih banyak orang terbelenggu dalam belitan ketidakpuasan. Lihatlah, sebelas pemain bola membutuhkan berjam-jam latihan hanya untuk sekian menit pertandingan. Bahkan ketika sebuah goal tercipta, mereka harus segera kembali berlaga. Kepuasan itu hanya sempat dirayakan tak lebih dari beberapa detik saja. Apakah sebelum goal kemenangan tercipta sebelas pemain itu dalam keadaan tertekan, dan penuh ketidakpuasan?

Kepuasan tidak harus tergantung pada berhasil atau gagalnya tujuan.
Kepuasan adalah soal hati yang ada di dalam, bukan panas teriknya matahari di luar.
Kepuasan adalah soal bagaimana kita bisa menerima yang terjadi ini apa adanya.
Bila kita paham bahwa berjalan menuju tujuan adalah tujuan juga, maka kepuasan akan kita temukan di setiap lubang dan kerikil jalan kita.

Wednesday, May 13, 2009

ADAKALANYA KITA MEMBUTUHKAN DIAM

Di kala anda tak mempunyai kata-kata untuk diucapkan, diamlah.
Lebih mudah mengetahui kapan anda harus berbicara dan mengumbar perkataan.
Namun, teramat sulit menjaga kapan sebuah jeda harus didiamkan. Ingatlah, bibir
bukan hanya untuk dibuka lebar-lebar. Lebih sering kita perlu untuk mengatupkannya rapat-rapat. Berbicara seringkali bagaikan menghamburkan paku pada jalan yang akan dilalui. Kita tak tahu pada paku yang manakah kita akan jatuh tersungkur.

Berbicara memerlukan sebuah pengendalian diri agar kata-kata berbicara sebagaimana mestinya. Sedangkan diam adalah pengendalian itu sendiri yang harus diketukkan untuk menjaga sebuah harmoni. Itulah mengapa orang bijak menyimpan butir-butir emas kebajikan mereka dalam diam.

Monday, May 11, 2009

SEPAKAT UNTUK TIDAK SEPAKAT

Tak perlu mencari kesepakatan dari semua orang. Keharmonisan tidak selalu tercipta saat semua orang mendukung anda. Ketenangan pun tidak pasti tergapai hanya karena semua orang mengangguk setuju. Kita seharusnya menyadari bahwa setiap orang adalah berbeda. Seribu orang, seribu pendapat, seribu alasan. Musykil hidup dalam dunia pandang yang sama. Bahkan, dalam satu kepala pun, seribu pemikiran bercampuraduk tanpa perlu merasa sesak.

Semestinya kita belajar menerima dan menghargai perbedaan. Semestinya pula kita bisa menghormati ketidaksetujuan orang lain. Keharmonisan didapat ketika kita bisa saling berjabatan tangan tanda sepakat untuk tidak sepakat.
Ketenangan digapai ketika kita tak saling memaksakan kehendak menuju arah yang satu. Karena bumi bulat, kemana pun mata angin terarah, kelak tiba di tempat semula.

Monday, May 04, 2009

MEMINTA MAAF MELALUI TINDAKAN

Jangan berpikir bahwa meminta maaf akan membenahi semua persoalan.
Kata-kata di bibir takkan bisa menambal perahu bocor.
Tindakanlah yang menyelamatkan hubungan dari keretakan dan luka yang lebih dalam.

Tidakkah cukup jelas bagi kita bahwa kata-kata dan tindakan adalah dua hal yang berbeda. Tak mudah orang percaya begitu saja pada permintaan maaf - meski anda ucapkan itu berbelas-belas kali dalam sehari. Orang ingin melihat sebuah tindakan untuk meluruskan kesalahan. Kecil pun tak apa. Orang ingin merasakan ketulusan tampak dari keringat anda. Orang ingin menemukan kesungguhan dari permintaan maaf anda. Kata-kata mungkin bersayap, namun tindakan adalah dahan untuk hinggap.

Wednesday, April 29, 2009

SURAT YANG AKAN ANDA TERIMA

Anggap saja anda bekerja pada sebuah perusahaan, dan dalam beberapa minggu ini akan mengundurkan diri. Di hari terakhir, perusahaan memberikan surat referensi kerja. Menurut anda, apakah anda akan menerima secarik kertas berisikan keterangan kerja yang diimbuhi sedikit basa-basi bahwa perusahaan puas dengan hasil kerja anda? Sebuah surat yang juga diterima oleh jutaan pekerja di dunia ini - sebuah surat yang terasa hambar dan tak lagi bermakna ritual.

Ataukah anda akan menerima selembar penghargaan yang ditulis sendiri oleh pemimpin perusahaan, berisikan pujian tulus atas prestasi luar biasa anda, dan penyesalan mendalam akan kepergian anda? Sebuah surat yang lebih layak anda pasang dalam pigura ketimbang dilampirkan pada surat lamaran kerja berikutnya.

Renungkan mulai saat ini: referensi apa yang kelak anda terima? Apa pun yang esok kita terima adalah buah dari benih yang kita tanam kemarin, kita siangi hari ini, dan kita rawat sepanjang hari.

Wednesday, April 22, 2009

BUKAN OPTIMIS, BUKAN PULA PESIMIS

Kacamata optimis memandang kue donat dan mengabaikan lubangnya.
Sedangkan kacamata pesimis hanya melihat lubang dan menyingkirkan donatnya.
Padahal,kenyataannya adalah, sebuah kue donat tersaji di depan anda, lengkap dengan
lubangnya. Optimis atau pesimis hanya sebuah alat bantu dalam memandang dunia ini. Apa pun yang anda pilih, bukanlah realita yang sedang terpampang.
Bahkan, ia takkan mengubah realita itu. Pandangan anda mengubah diri anda sendiri. Ia mempengaruhi langkah anda. Ia memberikan pilihan-pilihan bagi anda: dunia yang terang, ataukah buram.

Adakalanya kita perlu meluruhkan kacamata itu dan memandang begitu saja tanpa setitik pemikiran; memandang apa adanya; memandang sepolos mungkin.
Maka akan anda temukan suatu dunia yang benar-benar baru lahir.
Sebuah dunia yang tak memberati pilihan anda dengan kecemasan dan harapan.
Bahkan ia tak perlu memberikan pilihan apa-apa.

Monday, April 13, 2009

BERIKAN KETULUSAN, BUKAN KESEMPURNAAN

Beberapa buruh menemui sang majikan. Mereka mengeluhkan ongkos angkutan yang semakin mahal, dan meminta sang majikan untuk bersedia membantu.
Perusahaan itu sudah ada di sana bertahun-tahun, turun-temurun.
Mereka sendiri sudah saling mengenal baik. Sang majikan mengatakan bahwa sebenarnya beliau ingin sekali membantu, namun keuangan perusahaan tak cukup memungkinkan. Sedangkan menyediakan kendaraan angkutan yang layak pun kesulitan. Hanya ada dua buah
truk tua yang biasa digunakan untuk mengangkut barang. Bila pekerja tak keberatan, mereka bisa memakainya untuk antar jemput setiap hari. Ternyata, para pekerja itu menyambut dengan gembira. Kata mereka, "Kami ini buruh kecil yang terbiasa hidup berat. Naik truk berdesak-desakan bukan hal yang sulit buat kami." Dan, keesokan hari berbondong-bondong para buruh itu berangkat dan pulang kerja bersama-sama. Tidak seorang pun ada yang terlambat datang.

Bila anda bermaksud memberikan sesuatu bagi orang lain, jangan tunggu semuanya sempurna. Ketulusan adalah jawaban terutama.

Sunday, April 12, 2009

BERSAING DALAM KEBERSAMAAN

Lebih dari sepuluh pedagang rujak manis berjajar-jajar di tepi sebuah jalan raya ramai. Setiap ada kendaraan yang menepi mereka berdiri menjajakan dagangannya.
Ketika kendaraan itu berhenti di salah satu pedagang, yang lain kembali duduk tanpa kehilangan harapan. Beberapa tahun lalu hanya satu dua saja pedagang yang menggelar rujak manisnya di sana. Kini jalan itu dikenal dengan nama jalan rujak manis.

Wahai pedagang, tidakkah dengan demikian kalian bersaing ketat satu sama yang lain?
Salah seorang pedagang menjawab, "Ah, mengapa kami harus menganggap yang lain sebagai pesaing?
Setiap pagi dan petang kami sama-sama mendorong rombong datang dan pergi di jalan ini. Bahkan setiap saat kami bisa saling bertukar-tukar buah bila ada yang membutuhkan.
Kami dikenal karena beramai-ramai berdagang di jalan ini. Pedagang yang lebih suka berdagang sendiri di tempat lain lebih sulit mendatangkan pembeli. Kami menyebutnya bersaing dalam kebersamaan."

Monday, April 06, 2009

Indahnya malam pertama

Satu hal sebagai bahan renungan Kita...
Tuk merenungkan indahnya malam pertama
Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawi semata
Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam Dan Hawa
Justru malam pertama perkawinan kita dengan Sang Maut
Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara
Hari itu....mempelai sangat dimanjakan
Mandipun...harus dimandikan

Seluruh badan Kita terbuka....
Tak Ada sehelai benangpun menutupinya. .
Tak Ada sedikitpun rasa malu...
Seluruh badan digosok Dan dibersihkan
Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan
Bahkan lubang - lubang itupun ditutupi kapas putih...
Itulah sosok Kita.....
Itulah jasad Kita waktu itu
Setelah dimandikan.. .,
Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih
Kain itu ....jarang orang memakainya..

Karena bermerk sangat terkenal bernama Kafan
Wewangian ditaburkan ke baju Kita...
Bagian kepala..,badan. .., Dan kaki diikatkan
Tataplah.... tataplah. ..itulah wajah Kita
Keranda pelaminan... langsung disiapkan
Pengantin bersanding sendirian...
Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga
Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul
Kita diiringi langkah gontai seluruh keluarga
Serta rasa haru para handai taulan

Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah Dzikir
Akad nikahnya bacaan talkin....
Berwalikan liang lahat..
Saksi - saksinya nisan-nisan. .yang tlah tiba duluan
Siraman air mawar..pengantar akhir kerinduan
Dan akhirnya.... . Tiba masa pengantin..
Menunggu Dan ditinggal sendirian...
Tuk mempertanggungjawab kan seluruh langkah kehidupan
Malam pertama bersama KEKASIH..
Ditemani rayap - rayap Dan cacing tanah

Di kamar bertilamkan tanah..
Dan ketika 7 langkah tlah pergi....
Kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat...
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur...
Ataukah Kita kan memperoleh Siksa Kubur.....
Kita tak tahu...Dan tak seorangpun yang tahu....
Tapi anehnya Kita tak pernah galau ketakutan... ..

Padahal nikmat atau siksa yang kan kita terima
Kita sungkan sekali meneteskan air mata...
Seolah barang berharga yang sangat mahal...
Dan Dia Kekasih itu.. Menetapkanmu ke syurga..
Atau melemparkan dirimu ke neraka..
Tentunya Kita berharap menjadi ahli syurga...
Tapi.....tapi .....sudah pantaskah sikap kita selama ini...
Untuk disebut sebagai ahli syurga

Kita coba menyimpan ALLAH didalam MASJID pada hari Jum'at......
Mungkin malam JUM'AT?
Dan sewaktu solat MAGRIB SAJA?
Kita suka ALLAH pada masa kita sakit....
Dan sudah pasti waktu ada kematian...

Walau bagaimanapun kita tidak ada waktu atau ruang untuk ALLAH waktu bekerja atau bermain?
Karena...
Kita merasakan diwaktu itu kita mampu dan sewajarnya mengurus sendiri tanpa bergantung padaNYA.

Semoga ALLAH mengampuni aku karena menyangka... ...
Bahwa nun di sana masih ada tempat dan waktu dimana ALLAH bukan lah yang paling utama dalam hidup ku (nauzubillah)

Kita sepatutnya senantiasa mengenang akan segala yang telah DIA berikan kepada kita.
DIA telah memberikan segala-galanya kepada kita sebelum kita meminta.
ALLAH Dia adalah sumber kewujudanku dan Penyelamatku
IA lah yang mengerakkan ku setiap detik dan hari.
TanpaNYA aku adalah AMPAS yang tak berguna.
Susah vs. Senang
Kenapa susah sekali menyampaikan kebenaran?

Kenapa mengantuk dalam MASJID tetapi ketika selesai ceramah kita segar kembali?
Solat adalah yang terbaik.... Tidak perlu bayaran , tetapi ganjaran lumayan.
Notes: Tidak kah lucu betapa mudahnya bagi manusia TIDAK Beriman PADA ALLAH setelah itu heran kenapakah dunia ini menjadi neraka bagi mereka.

Tidakkah lucu bila seseorang berkata "AKU BERIMAN PADA ALLAH" TETAPI SENTIASA MENGIKUT SYAITAN. (who, by the way, also "believes" in ALLAH ).

Tidakkah lucu bagaimana anda mampu mengirim ribuan email lawak yang akhirnya tersebar bagai api yang tidak terkendali., tetapi bila anda mengirim email mengenai ISLAM, sering orang berpikir 10 kali untuk berkongsi?

Tidakkah mengherankan bagaimana anda merasa risau akan tanggapan orang kepada saya lebih dari tanggapan ALLAH terhadap anda..

Aku berDOA , untuk semua yang mengirim pesan ini kepada semua rekan mereka di rahmati ALLAH

Thursday, April 02, 2009

CINTA TAK BUTUH ALASAN

Adakah alasan bagi kita untuk tidak berbuat baik bagi orang lain?
Bahkan untuk berbuat baik, kita tak memerlukan sebuah alasan apa pun. Karena cinta pada sesama tidak membutuhkan pertimbangan, apalagi kalkulasi untung dan rugi. Kasih sayang semestinya mengalir begitu saja, seperti air dari mata air yang berbondong-bondong terjun ke lautan.

Bahkan kita ini bagai ikan kapas yang berenang-renang dalam samudra cinta.
Kita terselimuti cinta. Kita terbasahi cinta. Tarikan dan hembusan nafas adalah air cinta. Sayang, sebuah kasih tak selalu begitu saja memancar dari diri kita. Sebuah cinta tak gampang terserap oleh diri kita. Acapkali kita bentengi diri dengan pikiran yang berusaha membenarkan dan mencari-cari alasan di balik semua anugerah yang ada ini. Seringkali pikiran menjadi batu penghambat gemericik air itu: pikiran yang penuh pamrih dan prasangka.

MENJALIN HUBUNGAN

LEMBAR 6:

Kita mahfum bahwa manusia adalah mahluk sosial yang tak dapat hidup seorang diri. Ia selalu butuh bergaul, menjalin hubungan bahkan mengikatkan dirinya dengan manusia lain. Manusia membutuhkan teman. Manusia butuh untuk mengenal dan dikenal oleh orang lain. Manusia tak bisa hidup seorang diri seumur hidupnya. Sudah menjadi kodratnya, sejak lahir hingga wafatnya manusia memerlukan orang lain. Seorang pakar membagi tingkat-tingkat hubungan manusia menjadi tiga fase. Pertama, manusia tergantung pada orang lain. Pada fase ini ia belum banyak tahu tentang berbagai hal sehingga selalu
memerlukan pertolongan orang lain. Ini merupakan kesadaran tingkat awal diri seseorang dalam memahami hubungannya dengan orang lain. Fase berikutnya, manusia merasa tidak lagi tergantung pada orang lain. Ia menyebutnya sebagai kemandirian. Ia merasa mampu mengatasi semua persoalan sebagai akibat bertambahnya kepercayaan diri dan wawasannya. Namun fase ini bukanlah bentuk fase akhir. Pada fase ketiga, fase kesalingtergantungan, manusia menyadari bahwa hubungan antar manusia adalah hubungan yang saling membutuhkan satu sama lain. Ini adalah fase ideal dan alami yang dapat diterapkan dalam hubungan kita dengan orang lain. Hubungan antar manusia terjalin karena adanya kesalingtergantungan.

Pertanyaan #1--Apakah anda merasakan kebutuhan anda untuk bermasyarakat?
Berteman? Atau setidaknya berkenalan dengan orang-orang yang ada di sekitar anda? Mengapa? Apakah karena anda memerlukan mereka? Atau mereka yang memerlukan anda? Apa makna "memerlukan" itu bagi anda?

Hubungan kita dengan orang lain terjalin semenjak lahir. Secara aktif kita memperluas hubungan dan membina pergaulan dengan "orang luar" ketika memasuki masa sekolah. Hubungan persahabatan kita biasanya juga berasal dari teman-teman yang kita kenal di sekolah semenjak kecil. Kemampuan kita untuk berkenalan, bergaul, berteman, membina persahabatan kita asah sejak dini.
Beberapa orang mempunyai kepribadian tertentu yang menyebabkan ia begitu mudah mendapatkan teman, sedang bagi beberapa orang lain tampak sulit.
Sebenarnya para pakar percaya bahwa bergaul adalah sebuah ketrampilan yang bisa dipelajari. Meski kita tak perlu mengubah seluruh sendi-sendi kepribadian, namun kita bisa pelajari bagaimana kita bisa membuka hubungan.
Bagaimana pun sebuah kepribadian yang khas merupakan kekuatan kita dalam berinteraksi dengan orang lain. Hubungan terkuak ketika kita menemukan persamaan di antara kita, baik persamaan tujuan, minat, tempat, dan lain sebagainya. Beberapa hubungan terjadi karena suatu kesengajaan. Dan, lebih banyak hubungan terjalin karena terjadi begitu saja. Lebih banyak persinggungan kita dengan orang lain terjadi tanpa tanpa harus bisa kita pahami mengapa. Oleh karena itu kemampuan bergaul yang baik bukan sekedar ketrampilan yang bisa dipelajari begitu saja, melainkan juga sebuah penanaman nilai-nilai dalam diri yang menunjang keterbukaan kita untuk bisa berhubungan dengan orang lain tanpa menimbulkan masalah. Bergaul adalah tentang kesadaran akan keterkaitan diri kita dengan orang lain dan lingkungan.

Pertanyaan #2--Atas dasar apakah anda bersedia berkenalan dan menjalin hubungan dengan orang lain?

Persoalannya bukan bagaimana kita bisa membuka sebuah hubungan, namun kesadaran mengapa kita melakukan hubungan. Dalam dunia bisnis, kita belajar bahwa hubungan kita jalin karena adanya kepentingan yang harus kita penuhi.
Kita menghubungi pemasok atau pelanggan karena kebutuhan kita akan kerja sama mereka. Hal ini tentu tidak salah. Namun, perlu disadari bahwa ketika kita membuka sebuah pintu hubungan, pintu itu akan senantiasa terbuka. Tak mungkin kita menghapus hubungan. Ia akan senantiasa ada di sana, dalam bentuk apa pun. Hubungan yang kita jalin hari ini, sadar atau tidak, masih akan memberikan "sesuatu" bagi kita hingga bertahun-tahun ke depan, bahkan ketika kita sudah wafat sekali pun. Pemahaman ini menuntun kita untuk menyadari bahwa tak ada satu hal yang lebih berharga dalam sebuah hubungan selain menjalinnya dengan kebaikan. Prinsipnya sederhana saja, siapa yang menabur angin akan menuai badai. Bila kita menjalin hubungan dengan baik,
maka kebaikan pula yang akan kita tuai.

Pertanyaan #3--Apakah anda "mengenal" teman-teman dan orang-orang yang ada di sekitar anda? Apakah anda menemukan "anda" pada orang-orang di sekitar anda? Apakah anda percaya bahwa mereka menjadi cermin bagi diri anda?

Orang-orang yang kita kenal adalah cermin berjalan bagi diri kita.
Penerimaan yang hangat dari orang lain adalah sebuah balasan atas penerimaan kita yang hangat pada orang lain. Sebaliknya, penerimaan yang dingin tak lain tak bukan hanya cerminan dari dinginnya perlakuan kita pada orang lain.
Cepat atau lambat kita akan menyadari hal ini.

Pertanyaan #4--Apakah anda mampu berbaik hati pada orang-orang yang anda kenal?
Tak menaruh prasangka dan kepentingan-kepentingan pribadi selain hubungan itu sendiri?

Banyak orang menganggap bahwa menjalin hubungan adalah dengan berbicara secara aktif. Jarang disadari bahwa mendengar secara aktif adalah sebuah bentuk komunikasi lain yang menunjukkan sebuah penerimaan. Mari kita perhatikan bahasa yang kita gunakan dalam sebuah perbincangan. Tak jarang kita tergerak untuk mengucapkan, "saya adalah ... ", "saya pernah ...", dan seterusnya. Tanpa disadari sebenarnya ini adalah sebuah bentuk halus dari kecenderungan ego yang bisa menyebabkan gagalnya sebuah hubungan terbina dengan baik. Pada awalnya, suatu hubungan terbentuk karena adanya kepentingan, namun menjalin hubungan bukan untuk kepentingan diri sendiri.

Pertanyaan #5--Menurut anda, apakah makna kenalan, teman, sahabat? Apakah anda memiliki banyak sahabat?

Hidup ini terasa kaya bila kita dikelilingi oleh orang-orang yang baik pada kita. Kenalan, teman, sahabat, kerabat, saudara, siapa pun yang ada di sekitar kita adalah kekayaan yang tiada terkira. Sebaliknya kita pun dapat menjadi kekayaan bagi orang lain dengan bersikap baik pada mereka. Menjalin hubungan semestinya adalah untuk saling memperkaya, memperkuat, satu sama lain.

KEGIATAN ALTERNATIF

Anda perlu mengenal orang-orang yang ada di sekitar anda. Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak anda mengenal dan menilai seberapa jauh pemahaman anda akan orang lain. Di sudut yang lain, juga untuk mengajak anda menyadari apa yang ada di balik setiap hubungan yang anda jalin selama ini.

1--Tuliskan nama, baik nama maupun julukan, dari teman-teman anda semasa sekolah (SMA) dahulu. Apakah di saat anda menuliskannya anda mampu mengingat wajah, perilaku, atau hal-hal lain yang menarik dari mereka? Hitung berapa banyak nama yang mampu anda ingat dan anda tulis. Apakah anda merasa mempunyai teman-teman yang baik?

2--Kini tuliskan status dari teman-teman anda tadi. Misal, pendidikan, perkawinan, alamat tempat tinggal dan kerja mereka. Apakah anda hingga kini masih terhubungkan dengan teman-teman anda? Bila ya, mengapa? Apa yang merekatkan hubungan anda dengan mereka? Apakah karena usaha? Atau sekedar pertemanan itu sendiri?

3--Tuliskan nama, dan keterangan lain tentang teman-teman sekerja anda sekarang. Semestinya anda mampu mengingat wajah, perilaku, dan kekhasan mereka lainnya. Anggap saja anda adalah seorang manajer personalia yang diminta untuk memberikan referensi bagi teman-teman anda tersebut yang sedang mencari pekerjaan. Berilah rekomendasi berdasarkan penilaian anda.
Temukan apakah anda mampu mengenal mereka dengan cukup baik?

4--Kini coba anda pelajari dan pahami, seandainya teman-teman anda bertindak sebagai seorang manajer personalia yang anda minta rekomendasi atau referensinya untuk anda yang sedang mencari pekerjaan. Tuliskan, apakah teman anda tersebut mengenal anda dan bersedia memberikan rekomendasi sesuai yang anda maksud? Apakah anda merasa cukup dikenal oleh orang lain? Apa kesan mereka terhadap anda yang telah bergaul sekian lama?

5--Amati orang-orang yang ada di sekitar anda. Apakah ketika bertatapan mata dengan anda mereka menunjukkan penerimaan pada tatapan anda? Apakah anda cukup hangat? Dingin? Atau anda tidak tahu bagaimana sebenarnya anda sendiri.

Kita selalu berhubungan dengan orang lain. Kita mampu berhubungan dengan baik saat masing-masing orang mengenal persamaan-persamaan. Itulah mengapa "kenal" berarti tahu dan dekat. Bahkan ketika kita tahu tentang perbedaan pun, itu tak berarti menutup sebuah hubungan.

JANGAN LEPASKAN KEBAIKAN DARI DIRI ANDA

Berbuat baiklah agar anda tak tahu sedang melakukan kebaikan. Semestinya anda tak perlu merasa baik, karena di saat anda merasakannya, kebaikan itu mengambil jarak dari anda. Ia menjadi sesuatu yang lain dari diri anda.
Semestinya kebaikan menyatu dalam diri kita.

Saat mengasah pisau, takkan anda dapati ia menjadi tajam, hingga anda berhenti untuk merasakan ketajamannya. Di saat anda melakukan kebaikan, anda tak perlu berusaha untuk menyadarinya. Biarkan kebaikan mengalir begitu saja, karena hanya bila anda berhenti sajalah anda baru bisa merasakannya.
Dan di saat berhenti, kebaikan itu bukan lagi milik anda. Di saat anda berusaha merasakannya, kebaikan itu sudah menjadi milik pisau.

Tuesday, March 31, 2009

PERLOMBAAN CONTINOUS IMPROVEMENT PROCESS

Sebuah perusahaan multinasional menawarkan hadiah sebesar Rp. 1.000.000,-
bagi karyawan yang mempunyai ide untuk menghemat biaya perusahaan.

Dan, hadiah pertama jatuh pada karyawan yang mengusulkan untuk menghemat jumlah
hadiah perlombaan itu menjadi Rp. 500.000,- saja.

Smiley...! Terkadang untuk menghemat kita mengeluarkan biaya tambahan bukan?

(Unknown)

MENCURI JIWA YANG TAK BERDOSA

Seorang raja mengunjungi penjara kerajaan. Ia lalu menanyai setiap tahanan mengapa mereka sampai dijebloskan ke sana. Satu demi satu para tahanan itu bersikeras bahwa mereka tidak bersalah, mereka dijebak, atau pengadilan telah melakukan sesuatu yang sama sekali tak adil.

Kemudian raja tiba pada tahanan terakhir, "Dan kau, apakah kau juga menganggap dirimu tak berdosa?"

"Tidak, Yang Mulia," jawab tahanan itu. "Aku memang seorang pencuri. Aku telah diadili dan dihukum secara adil. Dan, aku menerimanya."

"Kau mengaku kau pencuri?" tanya raja dengan penuh kaget.

"Ya, Yang Mulia."

"Lempar pencuri ini keluar dari sini!" perintah raja.

Pencuri itu lalu dikeluarkan dari penjara. Tentu saja para tahanan lain menjadi geger. Mereka memprotes keputusan raja, "Yang Mulia, bagaimana anda bisa melakukan hal itu? Mengapa kau membebaskan seorang penjahat yang mengakui kejahatannya, sedangkan kami..."

"Ah, aku hanya takut saja," kata raja tersenyum. "Bahwa pencuri tengik itu akan mencuri semua jiwamu yang tak berdosa itu."

Smiley...! Penerimaan akan sebuah keadilan, meski itu merupakan hukuman, adalah sebuah bentuk dari pembebasan yang lain bagi jiwa.

(Leo Rosten, The Joys of Yiddish)

PERJALANAN KE DALAM DIRI

Bersediakah kita mengakui bahwa meski mendapatkan semua jawaban atas pertanyaan hidup ini? Hidup bukan saja menyodorkan pertanyaan yang tak terjawab. Hidup adalah misteri. Karenanya, tak perlulah kita memaksakan diri mencari semua jawaban. Terlebih dahulu, pahami saja kesadaran diri atas alam ini. Tak bisalah kita berikan sesuatu pada dunia ini sebelum mengenal sosok diri sendiri.

Hidup adalah sebuah perjalanan. Dan perjalanan terpenting adalah penitian ke dalam hati: menemukan diri sejati. Semakin tinggi gunung didaki, tibalah di kaki mahameru. Semakin tinggi mahameru dipanjat, tibalah di kaki langit. Tak mungkin kita tapaki kaki langit, kita harus terbang melayang, menggapai lidah matahari, dan lebur dalam tungku cahayanya.

Thursday, March 26, 2009

YANG MANAKAH ANDA?

Seorang anak mengeluh pada ayahnya tentang hidupnya yang sulit. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa dan ingin menyerah saja. Ia lelah berjuang.
Setiap saat satu persoalan terpecahkan, persoalan yang lain muncul.

Ayahnya, seorang juru masak, tersenyum dan membawa anak perempuannya ke dapur. Ia lalu mengambil tiga buah panci, mengisinya masing-masing dengan air dan meletakkannya pada kompor yang menyala. Beberapa saat kemudian air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama, ia memasukkan wortel.
Lalu, pada panci kedua ia memasukkan telur. Dan, pada panci ketiga ia memasukkan beberapa biji kopi tumbuk. Ia membiarkan masing-masing mendidih.
Selama itu ia terdiam seribu basa.

Sang anak menggereget gigi, tak sabar menunggu dan heran dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya. Dua puluh menit kemudian, sang ayah mematikan api.
Lalu menyiduk wortel dari dalam panci dan meletakkanya pada sebuah piring.
Kemudian ia mengambil telur dan meletakkanya pada piring yang sama. Terakhir ia menyaring kopi yang diletakkan pada piring itu juga. Ia lalu menoleh pada anaknya dan bertanya, "Apa yang kau lihat, nak?"

"Wortel, telur, dan kopi, " jawab sang anak.

Ia membimbing anaknya mendekat dan memintanya untuk memegang wortel. Anak itu melakukan apa yang diminta dan mengatakan bahwa wortel itu terasa lunak. Kemudian sang ayah meminta anaknya memecah telur. Setelah telur itu dipecah dan dikupas, sang anak mengatakan bahwa telur rebus itu kini terasa keras.
Kemudian sang ayah meminta anak itu mencicipi kopi. Sang anak tersenyum saat mencicipi aroma kopi yang sedap itu. "Apa maksud semua ini, ayah?" tanya sang anak.

Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda tadi telah mengalami hal yang sama, yaitu direbus dalam air mendidih, tetapi selepas perebusan itu mereka berubah menjadi sesuatu yang berbeda-beda. Wortel yang semula kuat dan keras, setelah direbus dalam air mendidih, berubah menjadi lunak dan lemah.
Sedangkan telur, sebaliknya, yang semula mudah pecah, kini setelah direbus menjadi keras dan kokoh. Sedangkan biji kopi tumbuh berubah menjadi sangat unik. Biji kopi, setelah direbus, malah mengubah air yang merebusnya itu.

"Maka, yang manakah dirimu?" tanya sang ayah pada anaknya. "Di saat kesulitan menghadang langkahmu, perubahan apa yang terjadi pada dirimu?
Apakah kau menjadi sebatang wortel, sebutir telur atau biji kopi?"

****************************************************************************
Stopper:

Dalam rangkaian persitiwa di dalam hidup saya, tak satu pun yang kebetulan.
Setiap hal terjadi sesuai dengan kebutuhan batin kita. (Hannah Senesh)

Jiwa harus selalu terbuka, siap menyambut pengalaman yang mengesankan.
(Emily Dickinson)

Bila kita menjadi diri kita sendiri, bila kita hidup secara sederhana, maka hidup yang indah akan kita nikmati. (Alexandra Stoddard)

SIAPA YANG MAMPU MENOLAK IDE ANDA

Jangan anggap anda tertolak atau dicampakkan hanya karena orang lain
mengatakan "tidak" pada usul anda. Jangan anggap apa yang ada dalam benak
anda harus dapat diiyakan oleh orang lain. Bila anda merasa berhak memiliki
pendapat sendiri, maka orang lain juga bebas mempunyai pemikirannya sendiri.
Bukalah kesempatan lebar-lebar dengan tidak menutup kesempatan bagi orang
lain.

Saat usul anda tidak disepakati, sebenarnya terbuka pilihan lain bagi anda.
Bila anda mengiranya sebagai penolakan, anda menjauhkan diri dari
kemungkinan yang lebih luas. Penolakan takkan kuasa menahan bertambahnya
bobot suatu ide. Namun, bila anda bersempit-sempit pikiran, ide itu gugur
begitu saja, tanpa sempat berusaha menegakkan kepala. Perbedaan bukan hanya
melahirkan keindahan, melainkan juga kekuatan dan manfaat. Hanya mereka yang
tak mengerti yang menganggapnya sebagai bencana.

Sunday, March 22, 2009

LEBIH BANYAK KEGEMBIRAAN DALAM KERJA SAMA

Hasil kerja sebuah tim dapat dipahami secara sederhana saja.
Seutas rami takkan mampu mengikat seerat tali rami.
Sebatang rumput bukanlah sehampar padang savana yang sanggup memberi makan bagi banyak hewan ternak. Selebat hujan lebih bisa menebarkan kesegaran ke penjuru bumi daripada setetes gerimis. Bekerja bersama memberikan lebih banyak.

Anda mungkin mampu mengerjakan semuanya sendiri saja.
Anda pun mungkin tak membutuhkan uluran pertolongan orang lain.
Namun, dalam sebuah kerja sama, ada sesuatu yang takkan anda temukan saat bekerja sendiri: kegembiraan.
Pepatah mengatakan, makan sendiri bersempit-sempit, makan bersama berlapang-lapang. Anggota tim kerja anda bukan sekedar bagian dari sebuah mesin organisasi, mereka adalah rekan anda. Dan hanya dengan memanggil rekan kerja sebagai rekanlah, kelelahan pupus, kegembiraan meruak.

Monday, March 16, 2009

BENARKAH ANDA TAK DAPAT DIGANTI?

Kolom Pakar:
Everett T. Suters

Sistem mekanis mensyaratkan kemungkinan untuk mengganti seluruh bagian.
Semua bagian dari pesawat terbang harus mempunyai cadangan atau harus bisa diganti dengan bagian yang sama dari pesawat sejenis. Hal yang sama berlaku juga di dalam sistem manajemen. Semua bagian di dalam organisasi harus mempunyai cadangan atau kemungkinan untuk diganti. Jika manajer mempunyai anak buah yang tidak bisa diganti maka ia bukanlah seorang manajer yang baik.

Di dalam job description personel manajemen atau non manajemen harus ada pengaturan yang jelas bahwa pekerjaan itu distrukturkan, didokumentasikan dan didelegasikan sedemikian rupa sehingga tidak memberi peluang adanya orang yang tak tergantikan.

Banyak orang di dalam organisasi yang berusaha untuk membuat dirinya tak tergantikan. Merekla mempunyai asumsi yang salah, yaitu bahwa semakin sukar mereka diganti semakin aman pekerjaan atau jabatan mereka. Semakin mereka tidak tergantikan maka semakin berharga mereka di mata organisasi. Ini adalah hal yang salah dan merupakan paradoks manajemen. Orang-orang yang tidak bisa tergantikan merupakan batu sandungan bagi kemajuan teman-teman lainnya di dalam organisasi. Ia merupakan rintangan bagi seseorang di bawahnya yang ingin tumbuh dalam pekerjaannya.

Orang-orang yang tak tergantikan juga merupakan gangguan bagi atasan. Jika seseorang menjadi sukar untuk diganti maka masalah-masalah di dalam organisasi acapkali berkembang menjadi keadaan darurat, dan keadaan ini mudah sekali berkembang menjadi sebuah krisis. Pada saatnya nanti ia harus meninggalkan pekerjaannya, dan tanggung jawab yang dipikulnya itu terpaksa diambil alih oleh atasan; bukan oleh anak buahnya, sebagaimana lazimnya.
Lalu sang atasan tergopoh-gopoh harus mengatur dirinya agar bisa keluar dari situasi ini, karena di atasnya tidak ada lagi seseorang yang menjadi tempat ia mengalihkan tanggung jawab itu. Dan yang lebih parah lagi, pada saat yang sama, direktur juga mempunyai pekerjan yang harus dilakukannya sendiri.

Di dalam organisasi usaha yang kecil, pimpinan seringkali enggan mendelegasikan atau tak mampu mendelegasikan pekerjaan, karena ia tak mempunyai orang yang tepat di dalam organisasinya. Pada hakekatnya, sindrom bos yang tak tergantikan ini menjadi penyebab utama tingginya angka kematian bisnis kecil, dan juga menjadi penyebab banyaknya bisnis kecil yang tak bisa berkembang. Sukar atau mudahnya seorang manajer diganti seringkali menjadi pembeda antara suatu sistem manajemen yang efektif dan manajemen "warung kopi".

Adanya orang yang sukar untuk diganti adalah hal yang biasa terjadi di banyak organisasi. Tapi pemecahannya mudah saja: cuti. Atasan orang yang sukar untuk diganti itu seyogyanya sudah jauh-jauh hari mengingatkannya untuk mengambil cuti selama satu atau dua minggu. Dewasa ini umumnya orang jarang mengambil cuti dan seandainya ia mengambil cuti maka itu pun hanya untuk masa satu atau dua hari.

Karyawan yang diminta untuk mengambil cuti hendaklah bisa menyusun suatu rencana pengalihan tanggung jawab selama ketidakhadirannya. Karena itu jugalah, anda perlu mengingatkannya jauh-jauh hari sebelumnya agar karyawan tersebut mempunyai cukup waktu untuk meikirkan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat ketidakhadirannya dan mulai melakukan tindakan untuk mengatasi konsekuensi tersebut. Dan, jauh-jauh hari pula sang atasan harus memberi isyarat bahwa ia tak akan mengambil alih tugas tersebut darinya.

Selama si karyawan cuti, tentu saja ada beberapa masalah yang timbul, dan pimpinan puncak terpaksa harus turun tangan langsung. Tapi dalam hal ini para pimpinan sudah mempunyai kesempatan untuk melihat apa yang terjadi dan melakukan tindakan perbaikan. Lalu, bila si karaywan kembali dari cuti, maka uraian pekerjannya tentu perlu diperbaiki, sehingga si karyawan lebih bisa diatur dan diarahkan demi kebaikannya sendiri, kebaikan anak buahnya, dan kebaikan organisasi.

Apakah anda juga termasuk dalam kategori orang yang tak bisa digantikan?
Untuk mengukur hal ini, cobalah untuk menjawab pertanyaan berikut ini:

1--Apakah anda mengambil seluruh hak cuti anda, ataukah anda mencicilnya satu dua hari setiap kali anda mengambil cuti?

2--Bila sedang cuti, apakah anda selalu menelepon kantor dan mencoba melakukan pekerjaan anda dari jarak jauh?

3--Manakah yang lebih anda tekankan, memanajemeni aktivitas atau memanejemeni hasil?

4--Apakah anda demikian sibuknya, sehingga berbicara dengan anak buahpun hanya pada jam-jam tertentu yaitu sebelum dan sesudah jam kantor?

5--Apakah di antara bawahan anda ada gejala frustasi dan moral yang rendah?

6--Manakah yang lebih banyak terjadi: anak buah anda dipromosikan pada jabatan yang lebih tinggi di dalam organisasi anda, atau anak buah anda mendapat promosi yang lebih tinggi di luar organisasi anda?

7--Seberapa sering masalah berkembang menjadi keadaan darurat, dan keadaan darurat menjadi krisis, bila anda tidak hadir di kantor?

8--Bila anda sedang tidak berada di kantor, siapakah yang menangani pekerjaan anda? Apakah anak buah atau atasan anda?

Masalah ini bukanlah sesuatu yang mengada-ada. Banyak orang mengalaminya, dan merasakan betapa sakitnya menjadi orang yang sukar untuk digantikan.
Penulis sendiri pernah merasakan bagaimana tertekan dan cemasnya karena
tidak bisa tenang meninggalkan pekerjaan. Setelah saya nyaris mati karena beban pekerjaan itu, maka barulah saya membuat suatu rencana yang terarah untuk menata diri keluar dari situasi tersebut. Untungnya, saya adalah pemilik dari perusahaan saya, sehingga tak ada seorang pun yang langsung mencela kesalahan saya atau menekan untuk mengubah cara saya.

Kritik yang paling keras yang bisa dilontarkan pada seorang manajer adalah apabila ia kelihatan sukar untuk digantikan atau apabila ia mentolerir adanya orang-orang yang sukar untuk diganti di kalangan anak buahnya. Dan seorang manajer yang baik haruslah mengambil berbagai langkah yang diperlukan untuk menata dirinya keluar dari keadaan ini.

(Everett T. Suters, Bisnis dan Manajemen)

****************************************************************************
Stopper:

Ia yang rendah hati karena penuh percaya diri dan bijak. Ia yang sombong merasa tak aman dan selalu kekurangan. (Lisa Edmondson)

Apa yang dunia butuhkan adalah lebih banyak jenius dengan kerendahan hati.
Sekarang ini, hanya sedikit sekali yang tertinggal. (Oscar Levant)

KITA SAMA-SAMA MEMBUTUHKAN KASIH SAYANG

Apalah artinya perbedaan dibandingkan dengan banyaknya persamaan di antara kita. Bukankah kita sama-sama membutuhkan sesuap nasi tanak dan seteguk air segar demi memenuhi lapar dan dahaga? Kita juga sama-sama menangis di kala sedih dan tertawa di saat gembira. Kita sama-sama gemetar sewaktu ketakutan melanda serta tergelak ketika kegembiraan menerpa. Kita sama-sama berkeringat di bawah terik matahari, dan menggigil ditelan dinginnya malam.
Tidakkah kita melihat begitu banyak persamaan di antara kita sampai-sampai muskil menghitungnya?

Lalu mengapa secuil perbedaan yang dipicu oleh keinginan, hasrat dan nafsu menyangsikan semua kesamaan kita? Mengapa kita, seolah memiliki lebih banyak waktu untuk mengais-ais perbedaan, menggoreskan garis pemisah, memancang bendera kami dan kau? Tidak cukupkah satu persamaan di antara kita berikut ini memupuskan kegigihan untuk mempertahankan warna-warna itu: bukankah kita sama-sama membutuhkan kasih sayang?

Sunday, March 15, 2009

SURGA BERSAMA SAHABAT

Seorang lelaki tua dan anjingnya sedang berjalan-jalan di sebuah jalan desa, menikmati pemandangan. Tiba-tiba ia tersadar bahwa ia baru saja meninggal dunia. Ia pun ingat di saat meregang nyawa, anjingnya yang telah menemani hidupnya selama ini juga telah meninggal. Kini mereka bersama-sama berada di sebuah alam baka.

Setelah berjalan bersama sekian lama, mereka tiba di sebuah bukit. Sepanjang sisi jalannya berhiaskan batu pualam yang indah. Pada puncaknya berdiri sebuah patung indah dimana sinar matahari memendar dari balik patung itu. Ia terkagum melihat indahnya pintu gerbang yang terbuat dari permata dan mutiara, sedangkan jalan setapak menuju pintu gerbang tersusun dari emas murni.

Ia senang sekali karena merasa akhirnya telah tiba di surga. Kemudian sambil menuntun anjingnya ia menuju pintu gerbang. Ketika dekat pintu gerbang ia melihat seseorang penjaga duduk di balik meja berukir indah. Ia menyapa orang tersebut, "Maafkan saya, apakah ini surga?"

"Ya, benar sekali tuan," jawab penjaga gerbang.

"Waw, kalau begitu bolehkah saya meminta sedikit air?" pinta lelaki tua itu.

"Tentu saja, tuan. Silakan masuk dan ambillah air minum sepuas anda."
Kemudian penjaga gerbang itu memberi isyarat dengan ibu jarinya, dan pintu gerbang yang besar itu pun perlahan-lahan terbuka.

"Bolehkah saya mengajak sahabat saya ini masuk?" pinta lelaki tua itu sambil menunjuk pada anjingnya.

Tetapi penjaga gerbang menjawab, "Maaf sekali tuan, kami tidak membolehkan hewan peliharan masuk."

Lelaki tua itu berpikir sejenak lalu mengucapkan terima kasih pada penjaga gerbang itu. Mereka berbalik dan melanjutkan perjalanannya kembali.

Setelah lama berjalan mereka tiba di sebuah bukit yang lain, tetapi kali ini jalannya lebih kotor, di ujung jalan terbuka sebuah pintu gerbang pertanian.
Tidak ada pagar di sisi jalan, rumput tumbuh sembarangan, pintu gerbang itu tampaknya tak pernah tertutup. Ketika ia berada dekat pintu gerbnag itu, di dalamnya ia melihat seorang lelaki sedang duduk di sebuah kursi goyang di bawah bayangan pohon dan sedang membaca buku.

"Permisi tuan!" teriak lelaki tua itu pada pembaca buku. "Apakah anda mempunyai air untuk kami minum?"

"Tentu saja. Ada pompa air di sebelah sana," sahut pembaca buku itu sambil menunjuk ke sebuah tempat yang tak tampak dari luar gerbang. "Masuklah, anggap saja rumahmu sendiri."

"Bagaimana dengan temanku ini?" tanya lelaki tua itu. Ia menunjuk pada anjingnya.

"Oh, ia boleh masuk. Kami mempunyai mangkuk air di sebelah pompa itu," jawabnya.

Kemudian mereka masuk ke dalam gerbang, dan menemukan sebuah pompa tangan tua dengan sebuah gayung dan mangkuk tergeletak di sampingnya. Lelaki tua itu mengisi mangkuk dengan air hingga penuh dan memberikan pada anjingnya.
Setelah itu ia meneguk air untuk mengobati hausnya sendiri.

Ketika mereka sudah cukup minum, mereka kembali menemui pembaca buku itu yang tampaknya sedang menunggu mereka. Lelaki tua itu bertanya, "Tempat apakah ini?"

"Ini surga," jawab pembaca buku itu.

"Wah, ini sangat membingungkan kami," kata lelaki tua itu. "Tempat ini sama sekali tak seperti surga. Di ujung jalan di sebelah sana ada seseorang yang mengatakan bahwa bukit itulah yang surga."

"Oh, apakah yang anda maksudkan adalah bukti dengan jalan yang terbuat dari emas dan pintu gerbang yang terbuat dari permata itu?" tanya pembaca buku.

"Ya, bukankah itu tempat yang sangat indah."

"Bukan, itu adalah neraka."

"Tidakkah anda salah menyebutnya sebagai neraka tempat yang indah seperti itu?"

"Tidak. Saya mengerti mengapa anda berpendapat demikian, tetapi bukanlah seperti itu. Keindahan yang ditampakkannya itu menipu sehingga membuat orang tega meninggalkan sahabat terbaiknya dalam penderitaan."

Pojok Renungan Editor: Tak perlu memperdebatkan konsep surga neraka dalam cerita di atas, namun pesan yang ingin disampaikannya. Keindahan seringkali hanya ilusi yang membuat kita membiarkan sahabat-sahabat kita berada dalam penderitaan.

TIPS AGAR TIDAK MENDAPATKAN KENAIKAN KARIER

Tentu saja hal ini tidak dianjurkan bagi mereka yang sedang berusaha meraih pengembangan diri. Tips berikut hanya diperuntukkan bagi mereka yang sudah kehilangan gairah kerja dan tak mau menerima tantangan baru. Namun dengan menambah kata "tidak" di depan setiap tips berikut, kita dapat menggunakannya untuk mendorong kemajuan diri dan memperoleh kenaikan karier.
Berikut cara cepat untuk tidak memperoleh kenaikan karier, sekaligus merupakan pantangan bagi mereka yang mengharap kemajuan karier. Silakan mencoba.

1--Banyak-banyaklah mengeluh.

Setiap ada kesempatan, sampaikan keluhan anda. Selalu ada saja hal yang dapat kita keluhkan. Mulai dari, kondisi kerja yang buruk, atasan yang menyebalkan, kolega yang tidak mau bekerja sama, atau bahkan kamar mandi yang kotor. Semakin banyak anda mengeluh semakin besar kemungkinan anda tidak lulus dalam pertimbangan kenaikan pangkat.

2--Selesaikan pekerjaan ala kadarnya.

Jadilah mediokrat. Tak usah mengejar hasil yang lebih baik. Apalagi bila atasan tidak mengungkit-ungkitnya. Untuk apa susah-susah meningkatkan kualitas pekerjaan bila hasil minmal dan sekedarnya sudah cukup. Tolaklah setiap rencana pelatihan bagi diri anda. Semua itu tidak seberapa berguna.

3--Tolaklah tugas-tugas baru.

Jangan mau menerima tugas-tugas baru. Bukankah anda sudah terbebani oleh tugas-tugas rutin sehari-hari. Anda tidak memiliki cukup waktu dan tenaga untuk mengerjakan hal-hal baru. Mintalah orang lain saja untuk melakukannya.
Biarkan diri anda asyik dengan apa yang anda kerjakan bertahun-tahun lamanya.

4--Kerjakan tugas kantor di jam kerja kantor.

Datang dan pulanglah tepat waktu. Meski pekerjaan anda belum selesai, toh masih ada hari esok. Tidak ada istilah pekerjaan rumah bagi anda. Jangan mau melakukan kerja lembur. Anda harus memberikan perhatian pada keluarga sebaik-baiknya, maka tak perlu membawa pekerjaan pulang ke rumah. Selesaikan semuanya di kantor.

5--Tidak usah merayakan keberhasilan.

Tak usah repot-repot mengikuti perayaan keberhasilan perusahaan. Semua pekerjaan memang harus diselesaikan. Jadi, tak ada alasan untuk berbangga-bangga ikut merayakan keberhasilan. Itu semua biasa. Pilihlah untuk segera pulang ke rumah atau menyendiri daripada berkumpul dengan rekan-rekan kantor apalagi atasan. Tak usah pula menunjukkan batang hidup anda di setiap acara dan kesempatan kantor.

6--Menjauhlah dari atasan.

Bergaul dengan atasan dapat menghambat penurunan karier anda. Jagalah jarak.
Bertemu dan berbicaralah secukupnya. Bila ada sesuatu yang perlu disampaikan, katakan lewat sekretarisnya beliau. Jangan sampai ada hubungan yang terlalu erat antara anda dengan atasan.

MENGAPA KITA TAK TAHU MASA DEPAN?

Mengapa kebanyakan dari kita tak dianugerahi kemampuan untuk melihat masa depan, meski hanya beberapa saat saja? Bukankah bila saja kita tahu pasti apa yang terjadi esok, kita bisa mempersiapkan banyak langkah untuk menghadapinya. Mengapa ada tembok tebal yang menghalangi pandangan antara detik sekarang dan sedetik kemudian?

Tunggu, jangan terburu berprasangka! Alam selalu bertindak adil. Kebanyakan orang tak cukup tangguh untuk berusaha, dan terlalu cepat berpuas diri saat menggenggam sedikit keberhasilan. Andaikata kita tahu bahwa keberhasilan tergeletak hanya beberapa detik di depan, kita akan berhenti sekarang dan terlena dalam kebanggaan. Begitu juga, seandainya kita tahu esok akan penuh kegagalan, maka hari ini kita mungkin sedang berputus asa dan termangu-mangu penuh penyesalan. Alam mendorong kita untuk terus maju, dan hidup penuh kesadaran akan saat ini, bukan ilusi esok hari.

Tuesday, February 10, 2009

Kegiatan alternatif mengendalikan emosi

Kegiatan alternatif kali ini bertujuan untuk mengajak anda berlatih mengenali bentuk-bentuk emosi yang melintas dalam pikiran, juga mengamati gerak-gerik emosi yang terjadi dalam diri seseorang. Diharapkan dengan demikian kita bisa memahami bahwa emosi kita selalu berhubungan emosi orang lain. Emosi ibarat sebuah awan yang meliputi anda dan sekitar.
Anda mempengaruhi orang lain dengan emosi anda, atau lebih tepatnya dengan
pikiran anda.

1--Lakukan relaksasi di awal hari anda. Ada banyak metode relaksasi, anda bisa coba yang paling sesuai dengan diri anda. Cara paling awam adalah dengan mengamati gerak naik turun nafas anda secara alami. Lakukan selama 10 atau 20 menit. Cobalah perlahan-lahan. Jangan paksakan diri. Biarkan semuanya berjalan apa adanya. Apakah anda bisa menemukan pikiran yang tenang dalam relaksasi itu? Apakah anda mampu menemukan suatu keadaan yang bersih dari emosi-emosi yang biasanya mempengaruhi diri anda?

2--Pahami ketenangan yang anda rasakan. Kemudian, melangkahlah dalam kegiatan sehari-hari. Berusahalah untuk mengamati setiap gerak emosi yang terjadi dalam diri anda. Apakah anda mampu menangkap setiap "debu" emosi yang menodai ketenangan pikiran anda?

3--Catat setiap perubahan yang terjadi secara fisik dan psikis dalam diri anda. Misal, di saat anda marah, catat perubahan yang terjadi dalam degub jantung anda, rasa panas/dingin dalam diri anda, kekacauan dalam kesadaran anda, atau bahkan hilangnya diri anda karena tertelan oleh kemarahan itu. Catat dan amati saja, tak perlu melakukan apa-apa.

4--Pada tengah hari, coba lakukan kegiatan relaksasi lagi. Temukan ketenangan pikiran itu lagi. Mungkin anda akan merasakan sebuah kesulitan karena lebih banyak "debu" yang harus anda bersihkan.

5--Dengan bekal ketenangan coba amati dan catat setiap perubahan emosi yang terjadi yang ditunjukkan oleh orang-orang (pilih 1 rekan baik anda sebagai bahan percobaan) di sekitar anda. Apakah anda mampu membedakan mana orang yang senantiasa mengendalikan dirinya, dan mana orang yang cenderung mengumbar emosinya.

Mengendalikan emosi adalah mengendalikan pikiran. Emosi itu bagai sepertik bunga api yang memancar dari awan, sedangkan pikiran adalah kayu kering yang mudah sekali terbakar oleh pertikan bunga api. Mengendalikan pikiran adalah menjaga agar kayu kering itu tak mudah terbakar, yaitu dengan menjaga ketenangan pikiran. Mengendalikan emosi adalah juga menjaga ketenangan diri.

Stopper :
Kita terluka dan menderita secara emosional, bukan karena tindakan orang lain atau apa yang diucapkan atau tidak diucapkan oleh orang lain, melainkan karena sikap mental dan tanggapan kita sendiri. (Maxwell Maltz)

Tidak ada pekerjaan yang rendah, yang ada hanyalah sikap mental yang rendah. (Bill Bennett)

LEMBAR 5: MENGENDALIKAN EMOSI

Andaikan anda adalah seorang manajer keuangan. Suatu hari direktur anda memanggil dan mengatakan bahwa ia, setelah mempertimbangkan berbagai hal, memutuskan menaikkan gaji tambahan tahun ini (di luar kenaikan reguler) untuk seluruh karyawan, tanpa terkecuali, sebesar 15%.
Alasannya, untuk membantu karyawan dalam menghadapi situasi ekonomi yang kurang menguntungkan, selain itu dikarenakan ternyata perusahaan masih bisa mendapatkan kenaikan keuntungan. Semua ini tentu tak terlepas dari jerih payah karyawan. Sang direktur meminta anda untuk melakukan berbagai persiapan dan mengumumkan hal ini satu minggu kemudian. Namun demikian, direktur meminta anda untuk memegang rahasia ini rapat-rapat. Tak boleh bocor sedikit pun, bahkan dengan sesama manajer. Pokoknya, "top secret".
Wow, ini adalah kejutan yang luar biasa menggembirakan. Semua orang pasti akan senang. Anda tentu tak sabar menunggu satu minggu kemudian dan merasakan kegembiraan melanda seluruh karyawan. Tapi, waktu satu minggu terasa lama sekali. Padahal kegembiraan ini amat berat untuk disimpan dalam hati.
Ingin sekali rasanya mengutarakan berita gembira ini, setidaknya pada rekan manajer personalia. Bukankah beliau semestinya patut mengetahui terlebih dahulu. Tetapi, direktur minta anda untuk menjaganya rapat-rapat.

Bagaimana ini?

Pertanyaan #1--Apakah anda merasa bahwa anda termasuk orang yang mampu mengendalikan emosi anda?

Dari contoh di atas, sadarkah kita bahwa memegang sebuah rahasia (berita baik) merupakan ujian bagi kemampuan kita mengendalikan emosi? Seandainya saja si manajer keuangan itu tak mampu menahan perasaan gembiranya, mungkin saja ia akan menceritakan hal tersebut pada koleganya. Meski ia tak lupa membubuhi bahwa "Ini rahasia lho. Jangan dibocorkan ke mana-mana.", tetap saja berita itu tersebar. Kemampuan kita mengendalikan emosi menunjukkan kemampuan kita menjaga sebuah kepercayaan. Lebih lanjut, merupakan cermin kematangan kita dalam bersikap dalam menghadapi setiap keadaan.

Pertanyaan #2--Apakah anda merasa bahwa anda adalah emosi anda?

Emosi atau perasaan datang silih berganti. Bayangkan kita sedang berdiri di sebuah padang pasir yang berangin kencang. Perasaan atau emosi bagaikan butir-butir debu pasir yang melayang-layang bersama angin. Ia meliputi diri kita dengan riuh. Ketika sebuah peristiwa (misal, pertengkaran) terjadi, sebutir debu yang bermuatan emosi amarah melintas dan "tertarik" untuk menempel dalam diri kita. Dengan sigap pikiran meraih dan mengolah debu emosi amarah itu dan mewujudkannya menjadi sebuah ekspresi kemarahan, misal, berteriak, menggebrak, dan lain-lain. Bila kita tak segera mengendalikan (membersihkan) diri dari tempelan debu emosi kemarahan ini, maka kemarahan akan semakin memuncak dan sulit untuk dikendalikan lagi. Sebaliknya, bila
kita mampu sejak dini mawas diri akan adanya debu emosi ini, maka kita dengan lebih mudah mengatasi. Selain debu emosi kemarahan, tentu masih banyak debu emosi lain yang beterbangan di padang pasir perasaan ini, seperti perasaan gembira, senang, sedih, kecewa, takut, cemas, dan lain-lain.
Semuanya beterbangan secara acak, dan menempel pada diri kita akibat daya tarik yang muncul dari suatu peristiwa. Namun, seberapa jauh emosi itu menguasai diri tergantung dari seberapa lemah kita mampu mengendalikan pikiran dan diri kita.

Pertanyaan #3--Apakah anda merasa bahwa anda adalah sosok yang tenang dan senantiasa mengamati berbagai emosi yang datang silih berganti dalam diri anda? Menurut anda, mengapa anda (bagaimana anda) bisa menemukan sosok tenang dalam diri anda?

Permisalan di atas hanya bermaksud menggambarkan bahwa emosi dapat dipandang sebagai sesuatu yang berasal dari luar diri kita. Emosi tidak harus (bahkan memang seharusnya tidak) identik dengan diri kita. Ini cukup bertolak belakang dengan kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari dimana kita biasa menyatakan emosi kita dengan perkataan, "saya sedang marah", "saya sedih", "saya gembira sekali", dan seterusnya. Kita biasa menganggap bahwa perasaan kita adalah diri kita itu sendiri. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah perasaan marah sedang melanda kita, perasaan senang sedang memenuhi diri kita. Sedangkan kita bukanlah "amarah" itu sendiri, kita bukanlah "senang" itu sendiri. Mengidentikkan diri kita dengan emosi sebenarnya menyulitkan kita untuk memahami dan meneguhkan kendali diri.
Menjadi agak sulit bagi kita untuk mengendalikan emosi bila kita tidak berusaha membedakan mana diri kita mana emosi. Namun, dengan membedakannya kita menjadi subyek pelaku yang bisa secara aktif dan sadar menangani obyek emosi yang sedang melanda.

Pertanyaan #4--Menurut anda mengapa anda harus mengendalikan emosi?
Dengan cara apakah anda mengendalikan emosi?

Bila emosi dipandang sebagai sesuatu yang berasal dari luar diri, maka sebenarnya kita tak sepenuhnya berdaya atas datang perginya emosi. Kita pun tak sepenuhnya mampu menahan emosi untuk tetap berada dalam diri semau kita. Mari kita perhatikan, tak mungkin kita merasakan kegembiraan terus-menerus. Tak mungkin pula kita merasakan kesedihan terus-menerus. Pada waktunya perasaan sedih hilang digantikan dengan perasaan lain, begitu pula sebaliknya. Perhatikan, bahwa kita tak kuasa untuk menjaga kegembiraan berada dalam diri setiap saat. Kita pun tak kuasa menolak perasaan sedih singgah dalam jiwa kita. Jadi, mengendalikan emosi pada dasarnya bukan
menolak hadirnya emosi dalam diri, namun menyadari akan hadirnya emosi itu dalam diri. Kemampuan mengendalikan emosi lebih terletak pada kemampuan mengendalikan pikiran kita, karena pikiranlah yang mengidentikkan emosi itu sebagai diri kita. Pikiranlah yang menjadi bahan bakar emosi sehingga membesar dan membakar seluruh diri. Kematangan emosi seseorang sebenarnya hasil dari kematangannya dalam mengendalikan pikirannya sendiri.

Pertanyaan #5--Bila anda bukanlah emosi anda, maka siapakah anda?

Sebuah pertanyaan sederhana yang untuk menjawabnya butuh sebuah penenangan diri yang dalam. Bila kita bukan emosi kita, maka kita sebenarnya merupakan sesosok yang tenang yang dengan cermat mengamati setiap emosi dan perasaan yang hadir dalam pikiran. Kita adalah sesosok yang tenang yang dengan hati-hati mengamati setiap gerak pikiran yang terjadi. Dengan demikian kita adalah sesosok yang tak perlu tergoyahkan oleh rasa takut, atau terbuai oleh kegembiraan, namun menggunakan seluruh karunia emosi itu sebagai sebuah kekuatan untuk membangun hubungan dengan orang-orang dan alam secara harmonis dan keseluruhan.