Pages

Monday, August 31, 2009

RAJA MAHMUD DAN BUNCIS

Aththar An-Nisaburi

Suatu hari, Raja Mahmud yang perkasa dari Ghazna pergi berburu. Di tengah jalan ia terpisah dari rombongannya. Kemudian ia mendatangi asap yang berasal dari sebuah api kecil. Di sana ia menemukan seorang perempuan tua dengan belanganya.

Raja Mahmud berkata, "Hari ini engkau kedatangan tamu seorang raja. Apa yang kau masak di atas apimu?"

Perempuan tua itu menjawab, "Ini rebusan buncis."

Raja Mahmud bertanya, "Wahai perempuan tua, maukah kau memberiku sedikit?"

"Tidak," jawab perempuan itu. "Karena ini hanya untukku. Kerajaanmu tidak berharga sebagaimana buncis-buncisku ini. Engkau boleh saja menginginkan buncisku, tapi aku tidak menginginkan kerajaanmu, dan apa pun yang engkau miliki. Buncis-buncisku bernilai seratus kali lipat daripada semua milikmu.
Lihat musuh-musuhmu, mereka berusaha merebut kekuasaanmu. Aku bebas, dan memiliki kacang buncisku."

Mahmud yang perkasa memandang pemilik kacang buncis itu, sambil memikirkan kekuasaannya yang dipersengketakan. Ia lalu menangis.

Pojok Renungan Editor: Apa yang kita miliki? Apakah kita terbebas?

(Idries Shah, The Way Of Sufi)


****************************************************************************
Stopper:

Segala sesuatu yang tercipta pasti musnah. Ia yang menyadari hal ini tidak akan menderita. Demikianlah jalan menuju kesucian. (Siddharta Gautama)

Tapa brata dan ilmu pengetahuan tidak dapat membebaskan dirimu dari keterikatan pada dunia benda. Terbebaskan dari keinginan, kau akan terbebas pula dari ikatan dengan dunia benda. (Siddharta Gautama)

Keserakahan menghasilkan kesedihan. Lalu dari kesedihan, timbul rasa takut.
Ia yang tidak serakah, tidak akan sedih dan takut. (Siddharta Gautama)

YANG KAMI PINTA DARI PEMIMPIN AGUNG

Ketika anda berdiri di depan rakyat banyak. Berdiri dengan gagah, seolah dunia berada di pijakan. Menunjukkan telunjuk jauh ke depan. Menjanjikan padang rumput hijau tempat ternak berkembang. Mengiming-imingi cahya terang benderang. Kala itu, jangan, sekali lagi jangan, bayangkan anda jadi seorang maharaja dengan sekepal kekuasaan di tangan. Kala itu, jangan, sekali lagi jangan, bermimpi anda jadi kaisar bermahkotakan mutu manikam. Itu tak lebih dari angan-angan usang penyumpal lubang telinga kami.

Mungkin benar, bahwa anda berdiri penuh pesona di sana sebagai pemimpin agung, penunjuk jalan sejarah, atau bahkan maha raja di raja. Namun, semestinya anda juga sadar, sekali lagi sadar sepenuh hati, bahwa anda seharusnya siap menjadi seorang martir bagi rakyat, negara, dan seluruh dunia ini. Karena kami mengikuti anda bukan cuma meminta sedikit keringat anda, atau setetes air mata anda, melainkan sekujur darah anda, dan selembar nyawa anda yang tipis itu. Pengorbanan anda seutuhnya. Itulah mengapa pemimpin disebut pemimpin.

Thursday, August 27, 2009

HAK KITA MENILAI HITAM DAN PUTIH

Apalah gunanya membedakan orang ke dalam kelompok hitam dan putih?
Takkah cukup bagi kita untuk menilai sebuah tindakan, tanpa meneruskan penghakiman
pada sang pelaku? Adakah hak itu diberikan pada diri kita? Bila ya, pantaskah kita menganugerahkan pujian atau menjatuhkan hukuman padahal kita takkan mampu melihat pantulan wajah kita di cermin jernih melalui kacamata buram?

Bukankah setiap dari kita memiliki kesempatan yang sama untuk berbuat hitam atau putih? Bahkan, seringkali kita ini tak lebih tegar ketimbang buih di tengah ombak. Rapuh. Lemah. Apalah artinya keimanan yang kita basahkan di bibir, jika suara hati masih terus mempertanyakan ketulusannya. Itulah mengapa, menerima manusia seutuhnya adalah menerima keunggulan sekaligus kekhilafannya. Memang mudah melihat cahya apa yang terpancar dari bola mata orang lain, namun mendengar gemuruh yang menderu-deru jauh di dalam rawa-rawa kalbu adalah hal yang sama sekali lain. Bahkan, mendengar rintihan dalam kalbu sendiri adalah tugas yang tak kalah sulitnya. Bila demikian,
masihkah kita merasa berhak menilai hitam dan putihnya seseorang?

Tuesday, August 25, 2009

SEBUAH OLIMPIADE YANG ISTIMEWA

Soul's Bread:

Beberapa tahun lalu, diadakan olimpiade khusus orang-orang cacat di Seattle.
Saat itu dilakukan pertandingan lari jarak 100 meter. Sembilan pelari telah bersiap-siap di tempat start masing-masing.

Ketika pistol tanda pertandingan dinyalakkan, mereka semua berlari, meski tidak tepat berada di garis lintasannya, namun semuanya berlari dengan wajah gembira menuju garis finish dan berusaha untuk memenangkan pertandingan.
Kecuali, seorang pelari, anak lelaki, tiba-tiba tersandung dan terjatuh berguling beberapa kali. Ia lalu menangis.

Delapan pelari mendengar tangisan anak lelaki yang terjatuh itu. Mereka lalu memperlambat lari mereka dan menoleh ke belakang. Mereka semua berbalik dan berlarian menuju anak lelaki yang terjatuh di tanah itu.

Semuanya, tanpa terkecuali.

Seorang gadis yang menyandang cacat keterbelakangan mental menunduk, memberikan sebuah ciuman padanya dan berkata, "Semoga ini membuatmu merasa lebih baik." Kemudian kesembilan pelari itu saling bergandengan tangan, berjalan bersama menyelesaikan pertandingan menuju garis finish.

Seluruh penonton yang ada di stadion itu berdiri, memberikan salut selama beberapa lama. Mereka yang berada di sana saat itu masih saja tak bosan-bosannya meneruskan kejadian ini. Tahukah anda mengapa? Karena di dalam diri kita yang terdalam kita tahu bahwa: dalam hidup ini tak ada yang jauh lebih berharga daripada kemenangan bagi kita semua. Yang terpenting dalam hidup ini adalah saling tolong menolong meraih kemenangan, meski kita harus mengalah dan mengubah diri kita sendiri.

SEBUAH OLIMPIADE YANG ISTIMEWA

Soul's Bread:

Beberapa tahun lalu, diadakan olimpiade khusus orang-orang cacat di Seattle.
Saat itu dilakukan pertandingan lari jarak 100 meter. Sembilan pelari telah bersiap-siap di tempat start masing-masing.

Ketika pistol tanda pertandingan dinyalakkan, mereka semua berlari, meski tidak tepat berada di garis lintasannya, namun semuanya berlari dengan wajah gembira menuju garis finish dan berusaha untuk memenangkan pertandingan.
Kecuali, seorang pelari, anak lelaki, tiba-tiba tersandung dan terjatuh berguling beberapa kali. Ia lalu menangis.

Delapan pelari mendengar tangisan anak lelaki yang terjatuh itu. Mereka lalu memperlambat lari mereka dan menoleh ke belakang. Mereka semua berbalik dan berlarian menuju anak lelaki yang terjatuh di tanah itu.

Semuanya, tanpa terkecuali.

Seorang gadis yang menyandang cacat keterbelakangan mental menunduk, memberikan sebuah ciuman padanya dan berkata, "Semoga ini membuatmu merasa lebih baik." Kemudian kesembilan pelari itu saling bergandengan tangan, berjalan bersama menyelesaikan pertandingan menuju garis finish.

Seluruh penonton yang ada di stadion itu berdiri, memberikan salut selama beberapa lama. Mereka yang berada di sana saat itu masih saja tak bosan-bosannya meneruskan kejadian ini. Tahukah anda mengapa? Karena di dalam diri kita yang terdalam kita tahu bahwa: dalam hidup ini tak ada yang jauh lebih berharga daripada kemenangan bagi kita semua. Yang terpenting dalam hidup ini adalah saling tolong menolong meraih kemenangan, meski kita harus mengalah dan mengubah diri kita sendiri.

KEKUASAAN ADALAH TANGGUNG JAWAB

Mereka yang ceroboh menganggap kekuasaan adalah hak bagi setiap orang.
Oleh karena itu, mereka berlomba-lomba mendapatkan dan mendekapnya erat-erat.
Bila perlu menumbuhkannya jadi sebuah pohon besar yang dipenuhi mitos dan cerita seram penuh kegentaran.
Maka tak usah heran, ketika sekelompok orang ceroboh bertemu, tak lain yang mereka ributkan hanyalah membagi ini dan itu.
Semata-mata demi sejumput tanah tempat tumbuh semak belukar.
Kekuasaan akan jadi mahkota duri yang akan melukai pelipisnya sendiri.

Sedangkan bagi mereka yang bijak, kekuasaan adalah kata lain dari wajah tanggung jawab.
Tak ada tempat lain untuk meletakkannya selain di pundak.
Bukan di genggaman. Bukan pula di kepalan.
Ia harus dimintai keterangan: untuk apa dan bagaimana ia diperankan.
Karenanya, kekuasaan tunduk pada kepada siapa yang memberikan, bukan kepada siapa ia diberikan.
Mereka yang bijak memikul kekuasaan dengan takjim.
Sekali lancung, tak ada yang perlu lagi dipercayakan.

Thursday, August 20, 2009

BANYAK WAJAH KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN

Bila orang lain berhasil, maka akui keberhasilan mereka. Hargai dan hormati apa yang mereka capai. Nyatakan itu setulus hati. Terimalah bahwa keberhasilan mereka adalah keberhasilan mereka. Iri hati, kecewa, dengki, biasanya mudah mengiringi hati mereka yang merasa lebih berhak mendapatkan keberhasilan itu. Meski anda tidak berhasil meraihnya, namun temukan keberhasilan yang lebih besar dalam diri anda, yaitu kebesaran jiwa anda untuk mengucapkan selamat atas keberhasilan mereka.

Keberhasilan selalu menunjukkan banyak wajah. Sayangnya seringkali kita menyebutnya dengan nama-nama yang melemahkan diri sendiri, semisal: kekalahan, kegagalan atau kekeliruan. Kegagalan pun bisa menunjukkan banyak wajah. Sayangnya seringkali kita menyebutnya dengan nama-nama yang mengilusikan kebanggaan diri, semisal: kemenangan, keunggulan atau kebenaran. Karenanya, mungkin lebih baik bila hidup ini tak diukur dengan kemenangan dan kekalahan, keberhasilan dan kegagalan.

Monday, August 10, 2009

BOLA MASUK KE KANTONG KERTAS

Seorang pemain profesional bertanding dalam sebuah turnamen golf. Ia baru saja membuat pukulan yang bagus sekali yang jatuh di dekat lapangan hijau. Ketika ia berjalan di fairway, ia mendapati bolanya masuk ke dalam sebuah kantong kertas pembungkus makanan yang mungkin dibuang sembarangan oleh salah seorang penonton. Bagaimana ia bisa memukul bola itu dengan baik?

Sesuai dengan peraturan turnamen, jika ia mengeluarkan bola dari kantong kertas itu, ia terkena pukulan hukuman. Tetapi kalau ia memukul bola bersama-sama dengan kantong kertas itu, ia tidak akan bisa memukul dengan baik. Salah-salah, ia mendapatkan skor yang lebih buruk lagi. Apa yang harus dilakukannya?

Banyak pemain mengalami hal serupa. Hampir seluruhnya memilih untuk mengeluarkan bola dari kantong kertas itu dan menerima hukuman. Setelah itu mereka bekerja keras sampai ke akhir turnamen untuk menutup hukuman tadi.
Hanya sedikit, bahkan mungkin hampir tidak ada, pemain yang memukul bola bersama kantong kertas itu. Resikonya terlalu besar.

Namun, pemain profesional kita kali ini tidak memilih satu di antara dua kemungkinan itu. Tiba-tiba ia merogoh sesuatu dari saku celananya dan mengeluarkan sekotak korek api. Lalu ia menyalakan satu batang korek api dan membakar kantong kertas itu. Ketika kantong kertas itu habis terbakar, ia memilih tongkat yang tepat, membidik sejenak, mengayunkan tongkat, wus, bola terpukul dan jatuh persis di dekat lobang di lapangan hijau. Bravo!
Dia tidak terkena hukuman dan tetap bisa mempertahankan posisinya.

Smiley...! Ada orang yang menganggap kesulitan sebagai hukuman, dan memilih untuk menerima hukuman itu. Ada yang mengambil resiko untuk melakukan kesalahan bersama kesulitan itu. Namun, sedikit sekali yang bisa berpikir kreatif untuk menghilangkan kesulitan itu dan menggapai kemenangan.
Seorang pemain profesional bertanding dalam sebuah turnamen golf. Ia baru saja membuat pukulan yang bagus sekali yang jatuh di dekat lapangan hijau. Ketika ia berjalan di fairway, ia mendapati bolanya masuk ke dalam sebuah kantong kertas pembungkus makanan yang mungkin dibuang sembarangan oleh salah seorang penonton. Bagaimana ia bisa memukul bola itu dengan baik?

Sesuai dengan peraturan turnamen, jika ia mengeluarkan bola dari kantong kertas itu, ia terkena pukulan hukuman. Tetapi kalau ia memukul bola bersama-sama dengan kantong kertas itu, ia tidak akan bisa memukul dengan baik. Salah-salah, ia mendapatkan skor yang lebih buruk lagi. Apa yang harus dilakukannya?

Banyak pemain mengalami hal serupa. Hampir seluruhnya memilih untuk mengeluarkan bola dari kantong kertas itu dan menerima hukuman. Setelah itu mereka bekerja keras sampai ke akhir turnamen untuk menutup hukuman tadi.
Hanya sedikit, bahkan mungkin hampir tidak ada, pemain yang memukul bola bersama kantong kertas itu. Resikonya terlalu besar.

Namun, pemain profesional kita kali ini tidak memilih satu di antara dua kemungkinan itu. Tiba-tiba ia merogoh sesuatu dari saku celananya dan mengeluarkan sekotak korek api. Lalu ia menyalakan satu batang korek api dan membakar kantong kertas itu. Ketika kantong kertas itu habis terbakar, ia memilih tongkat yang tepat, membidik sejenak, mengayunkan tongkat, wus, bola terpukul dan jatuh persis di dekat lobang di lapangan hijau. Bravo! Dia
tidak terkena hukuman dan tetap bisa mempertahankan posisinya.

Smiley...! Ada orang yang menganggap kesulitan sebagai hukuman, dan memilih
untuk menerima hukuman itu. Ada yang mengambil resiko untuk melakukan
kesalahan bersama kesulitan itu. Namun, sedikit sekali yang bisa berpikir
kreatif untuk menghilangkan kesulitan itu dan menggapai kemenangan.

TEMUKAN CINTA ANDA

Bila anda tak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang-orang yang bekerja di sana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaan pun jadi menggembirakan. Bila anda tak bisa mencintai rekan-rekan kerja anda, maka cintailah suasana dan gedung kantor anda. Ini mendorong anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi. Bila toh anda juga tidak bisa melakukannya, cintai setiap pengalaman pulang pergi dari dan ke tempat kerja anda. Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan tampak menyenangkan juga. Namun, bila anda tak menemukan kesenangan di sana, maka cintai apa pun yang bisa anda cintai dari kerja anda: tanaman penghias meja, cicak di atas dinding, atau gumpalan awan dari balik jendela.
Apa saja.

Bila anda tak menemukan yang bisa anda cintai dari pekerjaan anda, maka mengapa anda ada di situ? Tak ada alasan bagi anda untuk tetap bertahan. Cepat pergi dan carilah apa yang anda cintai, lalu bekerjalah di sana. Hidup hanya sekali. Tak ada yang lebih indah selain melakukan dengan rasa cinta yang tulus.

Wednesday, August 05, 2009

SI KIKIR DAN MALAIKAT MAUT

Setelah bekerja keras, berdagang dan menjadi rentenir, si kikir telah menumpuk harta, tiga ratus ribu dinar. Ia memiliki tanah luas, beberapa gedung, dan segala macam harta benda. Kemudian ia memutuskan untuk beristirahat selama satu tahun, hidup nyaman, dan kemudian menentukan tentang masa depannya.

Tetapi, segera setelah ia berhenti mengumpulkan uang, Malaikat Maut muncul di hadapannya untuk mencabut nyawanya. Si kikir pun berusaha dengan segala daya upaya agar Malaikat Maut itu tidak jadi menjalankan tugasnya. Si kikir berkata, "Bantulah aku, barang tiga hari saja. Maka aku akan memberimu sepertiga hartaku."

Malaikat Maut menolak, dan mulai menarik nyawa si kikir. Kemudian si kikir memohon lagi, "Jika engkau membolehkan aku tinggal dua hari saja, akan kuberi engkau dua ratus ribu dinar dari gudangku."

Tetapi Malaikat Maut pantang menyerah dan tak mau mendengarkannya. Bahkan ia menolak memberi tambahan satu hari demi tiga ratus ribu dinar dari si Kikir.
Akhirnya si kikir menulis berkata, "Kalau begitu, tolong beri aku waktu untuk menulis sebentar."

Kali ini Malaikat Maut mengijinkannya, dan si kikir menulis dengan darahnya sendiri: "Wahai manusia, manfaatkanlah hidupmu. Aku tidak dapat membelinya dengan tiga ratus ribu dinar. Pastikan engkau menyadari nilai dari waktu yang engkau miliki."

PENCAPAIAN TERBAIK MANUSIA

Seorang komposer tuna rungu menulis beberapa baris lagu untuk kekasihnya.
Lagu itu, karena begitu indah, jadi abadi hingga kini.
Seorang sultan kehilangan buah hatinya. Lalu ia membangun sebuah istana rupawan yang
dikenang seluruh dunia sebagai tanda cinta yang tak lekang.
Seorang penyair menggoreskan ratusan bait puisi yang memberikan cahaya bagi banyak generasi ke depan. Puisi itu ia tulis untuk kekasih kekalnya yang tak terperi.
Demikian juga jutaan orang menciptakan keindahan atas nama sebuah kata, cinta.

Tak cukupkah bukti bagi anda. Bahwa hanya dengan cinta, anda bisa memberikan
sesuatu yang terbaik. Bukan sekedar terbaik, tetapi yang melampaui kata-kata, nada-nada, logika, garis dan warna, serta semua penggambaran lain di dunia ini. Tak ada pencapaian terbaik manusia, bila tak disertai luapan cinta yang tak terkira.