Rasanya hidup ini banyak memberikan paradoks.
Ketika seseorang berani mengakui kesalahannya, ia tidak sedang mempertontonkan kelemahan, justru menunjukkan ketegaran. Dan, ketegaran adalah kekuatan. Diperlukan segenggam ketegaran agar kita mampu melihat dan mengakui kesalahan.
Terlebih lagi, dibutuhkan sepikul kekuatan untuk meminta maaf dan mengikrarkan sebuah perbaikan.
Akuilah kekhilafan anda.
Ketuklah pintu perbaikan.
Lakukan penuh takjim.
Maka, anda temukan wajah lain dari kesalahan yang patut anda hargai.
Sebagai manusia, kita tidak bisa tidak melakukan kesalahan.
Kebijakan dan pelajaran hidup tak didapat dari mengejar kesempurnaan. Melainkan dari
tindakan yang benar. Salah satunya: berani mengakui kesalahan.
Mengantri dan matematika
7 years ago
No comments:
Post a Comment