Di manakah kita bisa temukan keindahan hidup? Di sebuah sudut alun-alun kota ini, sepasang suami istri pedagang kaki lima meringkuk dalam tenda dikelilingi oleh beberapa anaknya. Hujan deras turun sejak petang. Penganan yang dipajang sudah dingin dari tadi. Tapi mereka tetap saling bercanda sambil membiarkan suara radio kecil meramaikan suasana dengan sedikit
gemerisik. Kau pasti rugi, pak? "Ya, tidak apa-apa, semoga besok cuaca terang," demikian jawabnya. "Kami ini pedagang kecil, mas. Tak punya apa-apa. Jadi kalau toh rugi, kami tak kehilangan apa-apa. Orang yang takut kehilangan biasanya mereka yang merasa memiliki apa yang diusahakannya.
Padahal, siapa yang bisa menjamin malam ini tidak hujan? Betapa hebatnya pemilik hujan itu sehingga bisa membuat warung kami tak ada pengunjung?
Bahkan kami sendiri tidak kuasa atas perniagaan ini."
Ah, betapa sederhananya. Bila kita mengaku berkuasa atas apa yang kita "miliki", kita tercebur dalam lautan ilusi yang menenggelamkan saat apa yang kita "miliki" hanyut terdera ombak. "Memiliki" adalah rantai besi yang mengikat kita pada batu karang dasar laut. Menyadari ketidakkuasaan diri di hadapan semesta raya adalah kunci pembuka rantai itu.
Stopper:
Kita hanya hidup sekali, tetapi jika kita menjalaninya dengan benar, maka sekali berarti cukup. (Joe E. Lewis)
Hidup ini terkadang aneh. Kalau anda menolak untuk menerima bukan yang terbaik, seringkali anda justru akan menerimanya. (Somerset Maughan)
Mengantri dan matematika
7 years ago
No comments:
Post a Comment