Alkisah hiduplah seorang raja yang memiliki lonceng perak yang digantung dipuncak menara tinggi istananya. Lonceng itu dipasang semenjak ia menduduki tahta kerajaan. Sang raja bertitah bahwa ia akan membunyikan lonceng itu setiap kali ia merasa bahagia. Dengan demikian seluruh rakyatnya tahu tentang kebahagiaan itu.
Setiap hari seluruh rakyat memasang telinga menunggu kalau-kalau lonceng perak itu berbunyi. Tetapi lonceng itu tidak kunjung berbunyi. Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Dan bulan berganti tahun. Akan tetapi lonceng itu tidak jua berbunyi. Ini menunjukkan bahwa berita kebahagiaan sang raja belum pernah terdengar.
Raja itu semakin tua dan rambutnya memutih. Akhirnya ia jatuh sakit dant inggal menunggu saat ajalnya tiba. Mendengar berita yang menyedihkan ini, berbondong-bondong rakyatnya datang menjenguk dan menangisinya.
Melihat hal ini, sang raja baru tersadarkan bahwa ternyata selama ini ia sangat dicintai oleh rakyatnya. Tak kuasa ia menahan titik air mata. Ia tersenyum. Baru kali itulah ia merasa bahagia. Akhirnya, tepat sebelum nyawanya dicabut dari raga, dengan tertatih-tatih ia mengulurkan tangan menarik tali untuk membunyikan lonceng perak itu. Maka seluruh rakyat pun tahu, sang raja wafat dalam keadaan bahagia.
Pojok Renungan Editor: Bila kita mengabaikan cinta yang diberikan oleh orang lain, kita pun mengabaikan kebahagiaan yang diberikan oleh orang lain.
(Disadur dari: Glenn Van Ekeren, 12 Simple Secrets Of Happiness)
Mengantri dan matematika
7 years ago
No comments:
Post a Comment