Seorang penjual roti menjelajahi blok-blok perumahan baru. Semula hatinya cukup optimis untuk mendapatkan pelanggan di situ. Setiap hari, sejak subuh sampai matahari setinggi tatapan, ia berkeliling sambil berteriak dan membunyikan klakson motornya. Sudah tujuh hari ia berputar-putar, namun tak seorang pun mau membeli. Bahkan membuka pintu pun tidak. Penjual roti itu agak kecut. "Mungkin penghuni perumahan ini tak membutuhkan roti untuk sarapan," begitu pikirnya. Lalu ia memutuskan untuk berpindah ke lain tempat.
Keesokan hari, penjual roti yang lain memasuki perumahan itu. Baru ia membunyikan satu dua klaksonnya, beberapa ibu keluar, memanggil dan membeli roti untuk makan pagi. Ibu-ibu bercerita baru dua tiga hari ini mereka sadar bahwa sarapan roti ternyata bisa memudahkan pekerjaan pagi mereka. Kini mereka memutuskan untuk membeli roti. Ah, betapa tipisnya jarak antara keputusasaan dan keberhasilan. Seandainya kita cukup bersabar bahwa belajar adalah sebuah proses bersama waktu, kita akan memetik hasilnya di waktu yang tak kita duga-duga.
Mengantri dan matematika
7 years ago