Pages

Wednesday, September 26, 2012

CORETAN KANVAS PERJALANAN KITA

Seorang penyair berlayar. Ia mendarat membawa berlembar-lembar puisi yang bercerita tentang perjalanannya. Seorang pelukis mendaki gunung. Ia turun membawa bergulung-gulung kanvas bercoretkan pemandangannya. Seorang penyanyi berkeliling negeri. Ia pulang membawa senandung nada bernyanyikan pemahamannya. Memang demikian adanya. Seseorang pergi, lalu kembali dengan cerita tentang perjalanan, pengalaman, dan tentu saja pemahamannya. Bila bukan untuk mengalami, untuk apa seseorang melakukan perjalanan. Bila bukan untuk memahami, untuk apa seseorang menyerap pengalaman. Lagu pemahaman selalu berkomposisikan keburukan dan keindahan. Lukisan pengalaman selalu berwarna terang dan gelap. Sedangkan puisi perjalanan selalu berbaitkan kesenangan dan kesedihan. Bukankah itu pula yang kelak dibawa, sekembalinya kita dari perjalanan di muka bumi ini?

Sunday, September 23, 2012

MENGAPA KITA BUKAN PEMAIN BINTANG

Mungkin adalah sebuah keberuntungan, bahwa kebanyakan dari kita bukanlah pemain sepak bola terbaik dunia. Beruntung, karena kita tidak harus bekerja di bawah tatapan tajam para penonton yang menuntut untuk selalu menang. Beruntung, karena kita tidak perlu selalu tertekan sebab tak boleh melakukan kesalahan sekecil apa pun yang bisa berbuntut pada kekalahan. Beruntung, karena kita masih bisa berkilah atas setiap kegagalan yang terjadi. Tetapi, tunggu dulu. Mungkin tak semestinya kita buru-buru merasa beruntung. Mungkin itu sebabnya mengapa kita bukan seorang pemain bintang. Mungkin, kita terlalu takut untuk menghadapi kemenangan besar. Mungkin, kita terlalu lemah untuk menerima beban dan tekanan. Atau, mungkin kita terlalu pandai mencari alasan dan pembenaran diri sendiri. Pendek kata, kita sungguh-sungguh tak memiliki kualitas yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemain bintang. Maka, mengapa kita harus merasa beruntung karena tidak menjadi yang terbaik?