Pages

Thursday, August 26, 2010

MARI BERSUNYI-SUNYI SEJENAK

Lebih sering ide-ide besar itu datang di saat kita sedang merefleksikan diri.
Yaitu, di saat kita memejamkan pelupuk mata, menepi dari keramaian, melemahkan diri dari segala asa. Yang ada hanyalah keredupan, kesunyian, serta penundukan diri.
Yang ada hanyalah gerak lembut nafas yang menyadarkan kita bahwa tali kehidupan itu masih terhela di sini.
Semua itu menuntun kita untuk melihat sebersit nyala terang obor dalam diri,mendengar bisikan yang terabaikan, serta menyadari keterpautan kita dengan seluruh jagat semesta.

Namun, tidak semestinya kita mencari ide besar di semua balik keheningan itu.
Kita hanya perlu memberanikan diri untuk bertepekur di pagi-pagi buta, berteman dengan kesenyapan, dan membuka pintu diri dari segala kemungkinan.
Ide terbesar bukanlah sesuatu yang harus menjadi monumen kehadiran anda di muka bumi ini, melainkan sesuatu yang anda sama sekali tak berpamrih pada apa-apa.
Anda hanya menyadari, anda berkewajiban melakukan itu sebaik-baiknya, karena itu adalah peran semesta yang dibisikkan oleh nyala obor dalam diri anda.

Wednesday, August 18, 2010

BERDAMAILAH DENGAN PERUBAHAN

Bahkan tumbuhan dan hewan pun beradaptasi.
Mereka menyempurnakan kemampuan hidupnya dari musim ke musim.
Mereka tahu alam tak selamanya berjalan sesuai keinginan.
Namun mereka tahu mereka bagian dari alam itu sendiri.
Karenanya, tak ada jalan yang lebih baik untuk bertahan hidup kecuali menjaga pertautan dengan alam sebaik-baiknya.
Alam bukan saja memilih yang terkuat, tapi juga yang tercerdik.

Dan, kita yang hidup di arus deras jaman ini, dituntut lebih kenyal dalam menghadapi benturan-benturan kemajuan. Kita tak hanya harus kuat dan cerdik, namun juga mampu berdamai dengan segenap perubahan itu. Kekuatan dibutuhkan untuk bertahan dari kencangnya terpaan perubahan. Kecerdikan digunakan agar kita bisa meraih banyak kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Sedangkan kemampuan kita untuk berdamai dengan perubahan tak lain agar kita tak kehilangan ketenangan jati diri kita. Sebagaimana petani di gunung yang tetap menikmati angin lembah, meski suara traktor menderu-deru.

Monday, August 09, 2010

SATU BUMI SEJUTA DUNIA

Semakin panjang usia kita, semakin panjang pula catatan pengalaman hidup kita.
Bagi mereka yang mau memetik pelajaran dari pengalamannya, maka pengalaman jadi kekayaan yang unik baginya.
Usia membawanya pada kebajikan.
Sedangkan bagi mereka yang acuh, pengalaman tak lebih dari goresan di atas pasir pantai. Usia tak menjamin apa-apa selain ketuaan baginya.

Meski kita sama-sama dinaungi oleh langit yang sama; meski kita sama-sama diterangi oleh cahya matahari yang sama; meski kita sama-sama digelapi oleh malam yang sama, namun kita tak pernah sama dalam mencerap semua itu.
Kita melihat cakrawala dari ketinggian yang berbeda.
Kita melangkah di jalan setapak dengan bobot yang berbeda.
Kita mengisi ruang dan waktu ini dengan besar tubuh yang berbeda pula.
Maka, meski kita lahir di bumi yang satu, namun kita hidup di dunia yang berbeda-beda. Kita mempunyai sidik dunia pikiran yang tak sama bagi setiap orang. Keunikan itu takkan banyak berarti bila tak menjadi kekayaan bagi kita. Dan, kekayaan itu tak banyak bermakna bila tak membuat diri kita semakin bijak bestari.