Pages

Monday, February 22, 2010

KITA PUNYA TUGAS YANG LEBIH BESAR

Bila sebuah ibu kota terguncang di dera kekalutan, jangan lantas menganggap seluruh negara telah luluh lantak. Ibu kota hanyalah setitik bulatan kecil di atas peta negara yang membentang besar ke seluruh penjuru. Masih ada bagian lain dari negara ini yang menampakkan wajah hangat dan ramah. Pantai dengan air bening yang menggarisi pulau dari laut; gunung dengan tiupan angin sejuk yang berdiri berpayung awan; sawah dengan liukan tentram nyanyian padi dan palawija yang menjanjikan penghidupan; adalah wajah-wajah kedamaian yang senantiasa menyerukan harapan. Jangan berpaling darinya.
Jadikan itu sebagai mata air penyegar jiwa yang mendorong langkah-langkah pembangunan negri.

Biarkan setitik bulatan hitam itu bergumul dengan bara apinya sendiri. Biarkan ia jadi ajang bermain anak-anak kecil yang hanya tahu merengek-rengek tiada arti. Kita masih punya kerja yang lebih besar dan lebih mulia. Mempertahankan kebeningan garis pantai, menjaga kesejukan tiupan angin gunung, serta menyiangi sawah ladang bagi anak cucu mendatang. Dan yang tak kalah penting: memiara agar ayam jantan tetap memekikkan kukuruyuk harapan esok hari.

Tuesday, February 16, 2010

KISAH TENTANG KEBENARAN DAN IBARAT

Yiddish Folktales

Suatu hari Kebenaran pergi berjalan-jalan dengan bertelanjang diri, selayaknya bayi yang baru dilahirkan. Namun apa yang terjadi? Orang yang melihatnya malah berbalik lari menghindari. Tak seorang pun mau mengajaknya mampir ke rumah mereka. Kebenaran merasa sedih dengan apa yang terjadi. Ia lalu menemui Ibarat. Ibarat senantiasa mengenakan pakaian yang indah penuh warna-warni. Ketika melihat Kebenaran, Ibarat berkata, "Katakan, apa yang membuatmu sedih sobat?"

Dengan getir, Kebenaran menjawab, "Saya sedih. Sangat sedih. Usiaku sudah sangat tua, namun tak seorang pun mau mengenaliku, bahkan menyapaku. Tak seorang pun mau menerimaku."

Mendengarkan hal ini, Ibarat membalas, "Orang-orang itu menghindarimu bukan karena kau tua. Bukankah aku juga tua sebagaimana engkau. Namun, semakin tua usiaku, semakin banyak orang yang menyukaiku. Mari, aku sampaikan satu rahasia: Setiap orang menyukai hal-hal yang sedikit samar-samar dan cantik.

Mari, aku pinjami kau pakaian indahku ini, maka akan kau lihat orang-orang yang menyingkirkanmu tadi akan mengajakmu ke rumah mereka, dan senang dengan kehadiranmu."

Lalu, Kebenaran mengikuti saran dari Ibarat. Ia mengenakan pakaian indah yang dipinjamnya dari Ibarat. Dan, sejak saat itu, Kebenaran dan Ibarat selalu berjalan bergandengan.

Pojok Renungan : Seringkali kebenaran yang disampaikan secara langsung terasa menyakitkan, menakutkan, dan tak dimengerti. Namun, kebenaran yang disampaikan di balik cerita dan kisah-kisah selalu mudah diterima tanpa harus merasa dinasehati.

(Yiddish Folktales, The Story of Truth & Parable, Pantheon Books, New York)

PEMIMPIN MENGEMBANGKAN PERSAHABATAN

Kita tahu, tak ada keberhasilan tanpa bantuan orang lain. Maka, tugas seorang pemimpin adalah mengembangkan persahabatan yang tulus dan mulia.
Karena, tak seorang pun mau memberikan lebih dari apa yang anda minta, selain seorang sahabat.

Namun demikian, alangkah buruknya bila pemimpin memanfaatkan persahabatan itu demi kepentingan sempitnya sendiri. Maka persahabatannya bukan lagi berdasarkan ketulusan dan kemulian, melainkan tipu daya dan kelicikan. Anda takkan bisa mempunyai sahabat tanpa menjadi sahabat bagi orang lain. Itu berarti anda harus menjalin kesetaraan dan sikap saling menghormati. Anda pun harus bersedia memberi lebih dari yang diminta mereka. Anda pun harus mau memikul beban mereka.

Tuesday, February 09, 2010

MAINKAN BOLA, BUKAN ORANGNYA

Ada banyak cara memenangkan pertandingan bola. Salah satu cara terpuji adalah dengan berlatih sepanjang minggu, mempelajari aturan pertandingan, dan tentu, bermain sebaik mungkin. Bila toh mereka kalah, mereka tetap layak bersorak karena kemenangan lain telah mereka raih, bahkan sebelum pertandingan itu usai: yaitu pengembangan diri. Memang benar, kemenangan seringkali bukan berarti jumlah goal yang lebih banyak dilesakkan ke gawang lawan. Kemajuan seringkali tidak berujud kesuksesan meraih kedudukan dan kekuasaan.

Sayangnya, tak semua pemain paham akan hal ini. Ada saja yang menganggap kemenangan adalah satu-satunya keberhasilan. Oleh karena itu, jangan heran bila mereka bukannya memainkan bola, namun mengecoh orang, mengutak-atik aturan pertandingan, bahkan menakut-nakuti seluruh stadium. Berapa pun kemenangan yang mereka cetak, mereka layak menunduk sedih, karena telah kalah, jauh sebelum peluit tanda pertandingan usai ditiupkan.