Pages

Monday, July 27, 2009

Tak Ada Yang Mengalahkan Pesona Kesederhanaan

Semula kita belajar melakukan hal-hal sederhana.
Tak lebih dari satu tambah satu sama dengan dua. Ketika soal-soal itu semakin terasa mudah, kita coba kerjakan yang sulit. Kita rambah puluhan, ratusan, perkalian juga pembagian.
Kita namai itu sebagai tantangan.
Tak lama tantangan kehilangan daya tariknya jua. Maka, kita kepalkan tangan untuk menaklukkan sesuatu yang rumit, besar, dan tak mudah ditundukkan. Sebuah soal pun dijawab oleh berlembar-lembar perhitungan hingga nyaris tak dikenali lagi mana angka mana tanda baca. Tapi segera saja, kenjelimetan itu membosankan.
Tahukah anda apa akhir dari pergulatan ini?

Yaitu, ketika kita mulai meringkas jawaban. Memendekkan pola perhitungan.
Memangkas baris-baris pembuktian. Di perjalanan ini kita seolah berbalik ke titik semula: kesederhanaan.
Tak ada yang mengalahkan pesona kesederhanaan.
Kita boleh kumpulkan apa saja dalam hidup ini, namun pada terminal perhentian, kita kembali dengan tangan yang sederhana dan meninggalkan semua kerumitan jauh di belakang.

Wednesday, July 22, 2009

JANGAN TAKUT BERSAING

Apakah persaingan bisnis itu?
Sepuluh pedagang rambutan berderet-deret di tepi jalan menjajakan buah yang sama. Sepanjang hari mereka sama-sama berpanas-panas di sana. Setiap malam mereka pun berdesak-desak meringkuk di pondokan yang sama. Mereka bisa saling berkumpul tanpa terlalu menghiraukan apa itu persaingan bisnis.
Cukuplah bagi mereka jika bisa membawa pulang beberapa lembar keuntungan di usai musim rambutan. Bahkan mereka berasal dari desa yang sama dan datang ke kota ini untuk mencari sejumput pencaharian.

Namun ketika usaha semakin membesar, harapan akan laba membukit, dan ketakutan akan rugi menggunung. Di saat itu dikenallah sebuah permainan: kipas bara persaingan.
Maka kebersamaan pun hangus. Ternyata bukan karena kecil kita takut, karena mempertahankan kebesaranlah yang membuat kita gentar. Lebih buruk lagi, bila karena takut kita jadi licik dan picik. Mari jaga semangat bersaing - bersaing dalam kebersamaan.

Wednesday, July 15, 2009

KEYAKINAN SEORANG ANAK

diinspirasikan: Laverne W. Hall

Sebuah desa mengalami kekeringan berkepanjangan karena hujan kunjung tak turun. Tanah berubah menjadi gersang. Tanaman layu kehausan. Para penduduk desa merasa gelisah. Mereka pun mengharap dan berdoa sambil mengacung-acungkan simbol-simbol keagamaan mereka ke arah langit. Namun hari berganti minggu, hujan yang dinanti-nanti tak jua turun.

Seorang tetua desa berinisiatif untuk mengumpulkan seluruh penduduk desa untuk mengadakan doa bersama selama beberapa jam di lapangan desa. Setiap penduduk diminta untuk membawa benda suci dan simbol-simbol ritual keagamaan yang mereka miliki.

Pada hari yang telah ditentukan, seluruh penduduk desa berbondong-bondong menuju lapangan desa. Wajah dan hati mereka penuh harap. Kemudian tetua desa mulai memimpin doa. Beliau minta pada seluruh penduduk untuk mengumpulkan semua benda suci dan simbol-simbol keagamaan mereka ke tengah-tengah lapangan.

Setelah beberapa jam berdoa, ajaib... seperti ada sebuah perintah ajaib, hujan rintik-rintik mulai turun. Maka seluruh penduduk desa bersorak gembira. Dan segera saja mereka berebutan mengambil kembali benda suci mereka. Tiba-tiba dari tengah-tengah tumpukan benda suci itu muncul sebuah bayangan yang menutupi semua benda suci itu.

...Yaitu seorang anak kecil berusia sembilan tahun dengan sebuah payung di tangan.

Pojok Renungan : Tidak masalah dengan benda-benda yang kita anggap suci, namun sebuah hati yang penuh keyakinan mengalahkan sejuta harapan. Ada jarak antara harapan dan keyakinan.

(Laverne W. Hall, All Rights Reserved)

BERIKAN TAMBAHAN KETEKUNAN

Seorang pemecah batu mengayunkan pukulannya yang keseratus kali. Namun batu itu belum jua pecah. Seolah tak mungkin bisa dipecahkan bahkan bila ia tambahkan lagi beberapa pukulan bertubi-tubi. Kini bolehlah ia berhenti sejenak untuk mempertimbangkan, apakah tidak sebaiknya ia mencari batu lain yang lebih lunak?

Konsekuensinya ia harus memulai dari pukulan pertama.
Selain itu, ia pun tak tahu pada pukulan ke berapa ia bisa memecahkan batu lain itu. Pilihan kedua, ia coba satu pukulan lagi yang lebih keras, lebih berkeringat, barangkali ia bisa memecahkannya pada pukulan yang ke seratus satu.

Keberhasilan anda sekarang bukan karena satu pukulan kuat yang baru saja anda layangkan. Namun, seratus pukulan kecil yang terus-menerus anda hujamkan sebelum ini. Ketekunan bukan saja mencerminkan keyakinan dan harapan, namun juga ibu dari produktivitas kerja. Itulah kesenangan yang diberikan oleh alam pada kita: kita tak tahu pada langkah ke berapa keberhasilan akhirnya kita jumpai.

Sunday, July 12, 2009

BERSEDIALAH UNTUK MEMBANTU

Anda bermaksud membeli sesuatu. Toko yang anda masuki ternyata penuh ramai.
Apa yang anda cari terlebih dahulu?
Ya!, anda akan mencari seorang pelayan toko yang bersedia membantu anda. Sayangnya tak seorang pelayan toko menunjukkan keramahannya mau membantu anda. Ini membuat anda
bersungut-sungut meninggalkan toko itu. Mungkin saat itu juga, dalam hati, anda memutuskan untuk tidak datang lagi ke sana. Sebenarnya apa yang anda cari?

Kita mencari kesediaan untuk membantu; hati yang siap melayani. Seorang bijak pernah berkata bahwa tak selalu kita bisa membantu, namun kita selalu bisa bersedia untuk membantu. Diri yang terbuka untuk menolong bernilai lebih dari apa yang bisa dijual di toko mana pun. Pembeli suka mengunjungi apa yang tidak dipajang di tempat lain: pelayan toko yang bersedia melayani sebaik-baiknya. Bahkan ketika kita harus membayar lebih mahal, kita rela merogoh lebih dalam. Karena kita tahu, hati yang bersedia untuk membantu tak bisa dinilai begitu saja dengan uang.