Pages

Wednesday, December 10, 2008

KEPEMIMPINAN YANG UTAMA #2/2

Jenderal Colin Powell

PELAJARAN #10--Jangan pernah membiarkan ego anda begitu dekat dengan posisi anda, karena jika posisi anda hilang, ego anda juga hilang bersamanya.

Seringkali, perubahan dihambat oleh orang-orang yang berpegang pada lingkungan dan job description yang biasa. Salah satu sebab organisasi besar melemah adalah para manajernya tidak menantang cara yang lama atau yang mudah dalam melaksanakan sesuatu. Pemimpin sejati mengerti bahwa, sekarang ini, setiap orang dalam pekerjaan kita menjadi usang. Yang mesti kita
kerjakan adalah menjadikan diri kita usang terlebih dahulu sebelum orang lain melakukannya pada kita. Pimpinan yang efektif menciptakan suatu iklim dimana nilai orang ditentukan oleh keinginan mereka untuk mempelajari ketrampilan yang baru, mengambil tanggung jawab yang baru, dan terus-menerus mengembangkan pekerjaan mereka. Pertanyaan paling penting dalam penilaian pelaksanaan kerja bukan "bagaimana anda melaksanaan pekerjaan anda sejak terakhir kita bertemu?" tetapi, "berapa banyak anda mengembangkan pekerjaan anda?"

PELAJARAN #11--Jangan jadi orang yang suka meniru-niru. Jangan mengejar mode-mode manajemen terbaru. Suatu persoalan selalu menunjukkan pendekatan yang terbaik untuk mencapai misi kelompok.

Melompat dari mode ke mode manajemen menciptakan kebimbangan kelompok, mengurangi kredibilitas pemimpin, dan mengurangi dana perusahaan. Mengikuti suatu mode secara membuta menciptakan kekakuan dalam pemikiran maupun tindakan. Kadang-kadang kecepatan memasarkan lebih penting dari total kualitas. Kadang-kadang suatu pengarahan yang keras lebih baik daripada diskusi menyeluruh. Beberapa situasi memerlukan pengawasan pemimpin secara
ketat, situasi lain memerlukan kebebasan yang luas dan panjang. Pemimpin yang baik menghargai nilai-nilai inti mereka, tetapi fleksibel dalam menjalankannya. Mereka mengerti bahwa tehnik manajemen bukan mantera ajaib tetapi cuma alat untuk dipergunakan pada waktunya.

PELAJARAN #12--Optimisme yang terus menerus adalah sumber peningkatan kekuatan.

Efek naik turun dari minat dan optimisme pemimpin adalah luar biasa. Juga akibat dari sinisme dan pesimisme. Pemimpin yang mengeluh dan menyalahkan akan menghasilkan tingkah laku yang sama di antara sejawat mereka. Saya tidak berbicara tentang menerima kebodohan organisasi dan ke-tidak-kompeten-an pelaksanaan kerja secara terus menerus dengan senyum.
Saya berbicara tentang sikap bersemangat yang berkata, "kita dapat mengubah beberapa hal di sini, kita dapat mencapai sasaran besar, kita dapat menjadi yang terbaik." Berikan pada saya doa tidak berpengharapan dari si "realis", berikan pada saya aspirasi yang paling tidak realistis dari si optimis setiap waktu.

PELAJARAN #13--Prinsip dalam mencari karyawan: Carilah kecerdasan dan kebijakan. Yang terpenting, carilah kemampuan untuk mengantisipasi dan memeriksa setiap sudut. Juga carilah kesetiaan, integritas, dorongan yang sangat kuat, ego yang seimbang, dan dorongan untuk membuat pekerjaan terselesaikan.

Seberapa sering kita, dalam suatu proses rekrutmen, memilih orang dengan kriteria di atas? Seringkali kita mengabaikannya karena lebih tertarik pada surat keterangan yang panjang lebar, pendidikan danm jabatan tinggi sebelumnya. Ikatan dari job description yang dipegang seseorang sebelumnya tampaknya lebih penting daripada siapa orang itu hari ini, apa yang dapat
mereka berikan nanti, atau bagaimana nilai-nilai mereka akan bersatu dengan yang ada pada organisasi. Anda dapat melatih orang baru yang cerdas dan mau bekerja dengan dasar-dasar dari perusahaan secara cukup cepat, tetapi lebih sulit melatih seseorang untuk memiliki integritas, kebijakan, energi, keseimbangan dan dorongan untuk penyelesaian pekerjaan. Pimpinan yang baik mengumpulkan hal tersebut pada posisi mereka tepat pada saat rekrutmen.

PELAJARAN #14--Pemimpin besar umumnya penyederhana besar, yang dapat memotong argumen, debat dan keraguan, dan menawarkan solusi yang dapat dimengerti setiap orang.

Pimpinan yang efektif mengerti prinsip KISS, Keep It Simple, Stupid. Mereka menguraikan nilai-nilai dan sasaran yang rumit, yang digunakan untuk mendorong sikap sehari-hari dan pilihan di antara alternatif yang hampir sama. Visi dan prioritas mereka sederhana dan menggugah, tidak rumit atau penuh teka-teki. Keputusan mereka tegas dan jelas, tidak bimbang dan samar.
Mereka menyatakan kekuatan dan konsistensi dalam tindakan mereka, sejalan dengan gambaran masa depan yang mereka buat. Hasilnya : kejelasan sasaran, kredibilitas kepemimpinan, dan integritas dalam organisasi.

PELAJARAN #15--Bagian I: Gunakan rumus P=40 sampai dengan 70. P adalah kemungkinan sukses, sedangkan angka tersebut menunjukkan persentase dari informasi yang diperoleh. Bagian II: Begitu informasi dalam batasan 40 – 70 tercapai, laksanakan dengan penuh nyali.

Jangan bertindak jika anda memiliki informasi kurang dari 40% kemungkinan benar, tapi juga jangan menunggu hingga memiliki fakta hingga 100%, karena pada saat itu, umumnya sudah sangat terlambat. Saat ini, keterlambatan yang berlebihan dengan alasan pengumpulan informasi, mengghasilkan "analysis paralysis". Penangguhan dengan alasan mengurangi resiko sebenarnya meningkatkan resiko.

PELAJARAN #16--Komandan lapangan selalu benar, sedangkan pejabat di garis belakang selalu salah, kecuali dibuktikan sebaliknya.

Seringkali, yang terjadi dalam budaya perusahaan adalah sebaliknya. Inilah salah satu penyebab utama mengapa pimpinan-pimpinan seperti Ken Iverson dari Nucor Steel, Percy Barnevick dari Asea Brown Boveri, dan Richard Branson dari Virgin, telah membatasi staff mereka hingga minimum sekali, bagaimana hanya kurang dari 100 staff dibutuhkan perputaran global senilai US 30 Milyar? Atau sekitar 25 dan 3 untuk bisnis milyaran Nucor dan Virgin?
Berikan wewenang pada orang-orang yang membawa hasil, bukan kepada mereka yang menghitung atau menganalisa hasil tersebut.

PELAJARAN #17--Nikmatilah kempemimpinan Anda. Jangan selalu berlari dengan langkah terburu-buru. Cutilah jika anda telah berhak untuk itu, gunakan waktu dengan keluarga. Kesimpulan: kelilingi anda dengan orang-orang yang mengerjakan tugas mereka dengan serius, tetapi bukan mereka, yang bekerja keras dan bermain keras.

Herb Kelleher dari Southwest Air dan Anita Rodick dari The Body Shop akan setuju: carilah orang yang seimbang dalam hidup mereka, yang menyenangkan bila bersama, yang senang tertawa (menertawakan diri mereka sendiri juga), dan yang memiliki prioritas non-kerja yang didekati dengan cara yang sama dengan waktu mereka bekerja. Berikan saya pecandu kerja yang keras atau "professional" yang angkuh dan suka pamer, saya akan mencarikan mereka
pekerjaan pada saingan saya.

PELAJARAN #18--Memimpin berarti kesepian.

Harry Truman benar. Apakah anda seorang top manager atau pimpinan sementara dari suatu proyek, hal ini hanya sampai disini. Anda dapat menciptakan manajemen partisipasi dan keterlibatan seluruh pekerja, tetapi sesungguhnya inti dari kepemimpinan adalah kesiapan untuk membuat pilihan-pilihan yang tegas dan jelas yang akan menentukan nasib perusahaan. Saya telah melihat banyak pemimpin yang menyimpang dari tanggung jawab ini. Meskipun anda telah menciptakan budaya perusahaan yang informal, terbuka, bekerja sama, bersiaplah untuk kesepian.

"Kepemimpinan adalah seni untuk mencapai lebih daripada yang dikatakan mungkin oleh ilmu manajemen"

BERKOMUNIKASI DENGAN TELINGA

Anda tentu tahu permainan kuis komunikasi ini: sang pemandu membisikkan sepotong kalimat untuk anda teruskan pada anggota tim. Anda juga pasti tahu hasil akhirnya: hanya kurang dari sepuluh detik pesan itu nyaris tak anda kenali lagi. Dalam kehidupan sehari-hari kita tak sedang bermain-main dengan komunikasi, namun kekacauan itu selalu saja dijumpai. Mengapa kesalahan itu terjadi?

Jangan katakan ini adalah kesalahan komunikasi. Tidak. Ini semata-mata karena kita cenderung hanya mau mendengar apa yang ingin kita dengarkan. Kita tak sepenuhnya mendengarkan apa yang sedang dikatakan. Kekacauan itu semakin buruk karena ternyata kita cukup malas untuk berbalik badan menanyakan kembali apa yang telah disampaikan. Ketika keraguan tiba, bukan penegasan yang dicari, tetapi kesimpulan sendiri yang dibenarkan. Komunikasi bukan soal menyampaikan pernyataan melalui jutaan kalimat, melainkan juga mendengarkan dengan selebar-lebar cakrawala telinga terbuka.

JANGAN HABISKAN WAKTU UNTUK MENGKRITIK

Anda akan memiliki lebih banyak "waktu" dengan tidak mengkritik. Setiap orang memahami sesuai prasangkanya. Setiap orang berhak mempertahankan pendiriannya. Jadi untuk apa anda menyusahkan diri dengan mengkritik apa yang terjadi pada orang lain. Anda takkan mampu memahami semua hal. Anda mungkin tidak melihat apa yang dilihat orang lain. Keterbatasan pikiran dan prasangkalah yang membuat anda takabur sehingga seolah-olah melihat apa yang
tak dilihat orang lain.

Bila perahu anda bocor di tengah lautan. Kritik pada si pembuat perahu tak akan menolong anda dari ketenggelaman. Anda harus menambal lubang, atau terjun ke air dan berenang. Ini menolong anda sendiri. Semua tindakan bagai simpanan yang akan anda tarik kelak. Dan seburuk-buruknya simpanan adalah kecaman. Sedangkan pertolongan selalu memberikan bunga yang terbaik.

KEPEMIMPINAN YANG UTAMA #1/2

Jenderal Colin Powell

PELAJARAN #1--Bertanggung jawab kadang-kadang berarti mengabaikan sebagian orang.

Kepemimpinan yang baik mencakup kesejahteraan kelompok. Namun, mungkin sebagian orang tidak menyukai tindakan dan keputusan anda. Ini bisa dimengerti, jika anda cukup dapat dihargai. Mencoba untuk mengambil hati semua orang adalah tanda kelemahan: anda menghindari keputusan yang sulit, anda menghindari orang-orang yang perlu dihadapi, dan anda menghindari pemberian kompensasi yang berbeda berdasarkan pelaksanaan kerja. Ironisnya,
dengan menunda pilihan yang sulit, dengan mencoba menghindari marahnya seseorang, dan dengan memperlakukan setiap orang sama baiknya tanpa menimbang konstribusi mereka, anda akan tahu bahwa anda hanya akan menimbulkan kemarahan dari mereka yang paling kreatif dan produktif dalam organisasi.

PELAJARAN #2--Saat prajurit berhenti membawa masalah mereka kepada anda adalah saat dimana anda berhenti memimpin mereka. Mungkin mereka kehilangan kepercayaan bahwa anda dapat membantu mereka, atau telah beranggapan bahwa anda tidak peduli. Keduanya adalah kegagalan kepemimpinan.

Jika ini adalah tes lakmus, maka kebanyakan top manager akan gagal. Pertama, mereka membangun banyak penghalang komunikasi. Bawahan merasa dirinya konyol untuk meminta bantuan ke atas. Kedua, mereka membangun budaya perusahaan yang memandang meminta bantuan sebagai pertanda kelemahan atau kegagalan.
Dengan demikian orang-orang menutupi kekurangan mereka. Perusahaan pun rugi karenanya. Pimpinan sejati akan membuat diri mereka dapat dihubungi dan siap setiap waktu. Mereka menunjukkan kepedulian pada usaha dan tantangan yang dihadapi para bawahannya, walaupun mereka meminta standar yang tinggi.
Mereka menciptakan suatu lingkungan di mana analisis masalah meniadakan tindakan mencari kambing hitam.

PELAJARAN #3--Jangan terpengaruh dengan para ahli dan para elite. Para ahli sering memiliki lebih banyak data daripada penilaian. Para elite bagaikan penderita hemofili yang akan mengalami pendarahan hingga mati segera setelah mereka bersentuhan dengan dunia nyata.

Perusahaan kecil dan pemula tidak memiliki waktu untuk para ahli yang khusus secara analitis. Mereka juga tidak memiliki dana untuk membayar para elite yang angkuh. Para pemimpin perusahaan itu adalah mereka yang ikut menjawab telepon, dan jika perlu mengendarai truknya untuk mengirim sendiri barang.
Setiap karyawan tampak benar-benar bekerja sesuai dengan gaji yang mereka terima, dan tentu saja memberikan kontribusi pada laba perusahaan. Karyawan yang tidak memberikan konstribusi apa-apa akan hanya tinggal sejarah. Tetapi pada saat perusahaan berkembang, mereka sering lupa pada hal-hal yang pernah membuat mereka jungkir balik menjalankan perusahaan seperti: keterlibatan kerja, kesepakatan, keakraban, pengenalan pasar, keberanian, resiko, kecepatan dan kesiagaan. Kebijakan dari menara gading sering berakibat tidak
menyenangkan bagi orang-orang lapangan yang berjuang dalam persaingan dan menghasilkan pendapatan. Pimpinan sejati selalu siaga dan siap tempur berhadapan dengan semua persoalan ini.

PELAJARAN #4--Jangan takut menantang para professional, meski di halaman belakang rumah mereka sendiri.

Belajarlah dari para professional. Jadikan mereka sebagai mentor atau mitra.
Tetapi ingat, mereka adalah manusia juga yang tingkat kepemimpinan dan kemampuannya bisa mentok. Kadang-kadang para professional merasa puas diri lalu malas. Kepemimpinan tidak lahir dari kepatuhan buta pada seseorang.
Barry Rand dari Xerox benar ketika mengingatkan orang-orangnya bahwa jika anda memiliki seorang "yes-man" di bawah anda, maka salah satu dari anda tidak diperlukan. Kepemimpinan yang baik memerlukan perubahan dari setiap orang.

PELAJARAN #5--Jangan mengabaikan detail. Jika pikiran setiap orang tumpul dan buntu, pemimpin harus lebih siaga.

Strategi berarti pelaksanaan. Semua idea besar dan visi di dunia ini tidak ada harganya jika tidak dapat diterapkan secara cepat dan effisien. Pimpinan yang baik mendelegasikan dan memperkuat orang-orang secara bebas, tetapi mereka memperhatikan detail setiap hari. Pimpinan yang buruk, termasuk mereka yang mengatakan dirinya "pemberi visi" yang progressif, berpikir bahwa mereka tidak memerlukan detail operasional. Sebaliknya, pimpinan yang baik memahami bahwa ada hal lain yang harus diperhatikan, yaitu: rutinitas yang kaku dalam melaksanakan detail akan menimbulkan keseragaman dan puas diri, yang seterusnya akan menyebabkan tumpulnya pikiran setiap orang.
Itulah mengapa, walaupun mereka memperhatikan detail, mereka terus-menerus mendorong orang-orang untuk menantang proses. Mereka secara implisit mengerti sikap dari pimpinan top seperti Harry Quadracchi dari Quad Graphic, Lars Kolind dari Oticon, dan almarhum Bill McGowan dari MCI, yang tanpa beban mengatakan bahwa tugas dari pimpinan bukanlah menjadi kepala pengorganisasi, tetapi menjadi kepala pengdisorganisasi.

PELAJARAN #6--Anda tidak mengetahui apa yang dapat anda raih sampai anda mencobanya.

Ada pepatah, "lebih mudah meminta maaf daripada meminta ijin". Itu benar.
Pimpinan yang baik tidak menunggu ijin resmi untuk mencoba sesuatu. Mereka bijak, tidak liar. Tetapi mereka juga menyadari kenyataan hidup di kebanyakan organisasi: jika anda meminta ijin dari beberapa orang, anda akan jumpai orang-orang yang merasa tugasnya adalah berkata "tidak." Intinya adalah: jangan meminta ijin. Manager menengah yang kurang effektif biasanya
berkata: "Jika saya tidak dijawab "Ya" secara tegas, saya tidak dapat melaksanakannya". Sedangkan manajer yang baik justru berkata, "Jika saya tidak dijawab secara tegas "Tidak", berarti saya dapat melakukannya." Ada perbedaan yang sangat besar antara kedua titik pandang tersebut.

PELAJARAN #7--Teruslah mencari apa yang ada di balik penampilan luar. Jangan takut melakukannya hanya karena anda mungkin tidak menyukai apa yang anda temukan.

"Jika sesuatu tidak rusak, jangan memperbaikinya" adalah slogan dari si-puas-diri, si-angkuh dan si-penakut. Itu adalah alasan untuk tidak bertindak, suatu panggilan untuk perlucutan senjata. Itu adalah suatu kecenderungan pemikiran yang menganggap (atau berharap) bahwa realita hari ini akan berlanjut esok hari dengan cara yang tenang, mendatar dan dapat
diduga sebelumnya. Dalam budaya seperti ini, anda tidak akan menjumpai seseorang yang secara pro-aktif mengambil langkah untuk menyelesaikan masalah yang timbul. Ini suatu saran kecil, jangan menanam modal pada perusahaan tesebut.

PELAJARAN #8--Organisasi tidak benar-benar mencapai sesuatu. Demikian juga dengan rencana-rencana. Teori-teori manajemen tidak usah dipedulikan. Keberhasilan atau kegagalan usaha disebabkan oleh orang-orang yang dilibatkan. Hanya dengan menarik orang-orang yang terbaik, anda akan mendapatkan hasil yang besar.

Dalam perekonomian yang berdasarkan kecerdasan manusia, asset terbaik anda adalah orang-orang. Kita mendengar pernyataan ini begitu seringnya hingga menjadi terbiasa. Tetapi berapa banyak pimpinan yang benar-benar menjalankan hal tersebut? Seringkali, orang-orang dianggap sebagai bidak catur yang digerakkan oleh orang-orang besar. Ini menjelaskan mengapa begitu banyak top manager memenuhi kalender mereka dengan membuat kesepakatan dengan
orang-orang, merestrukturisasi, dan menerapkan mode manajemen terkini.
Berapa banyak di antara mereka yang menenggelamkan diri dalam pencapaian sasaran, menciptakan suatu lingkungan di mana orang terbaik, terpintar, dan paling kreatif tertarik, dipertahankan, dan yang terpenting, dibebaskan bertindak?

PELAJARAN #9--Struktur organisasi dan nama-nama jabatan hampir tidak berarti sama sekali.

Struktur organisasi adalah beku, gambar kuno di tempat kerja yang seharusnya dinamis seperti lingkungan di luar di sekeliling anda. Jika orang benar-benar mengikuti struktur organisasi, perusahaan-perusahaan akan tutup.
Pada perusahaan yang dijalankan dengan baik, gelar atau nama jabatan juga sangat tidak berarti. Paling banyak hanya menunjukkan tingkat otoritas, suatu status resmi yang memberikan kemampuan untuk memberi perintah dan menuntut ketaatan. Tetapi gelar memiliki arti kecil dalam lingkup kekuatan sebenarnya, yaitu kapasitas untuk mempengaruhi dan memberi inspirasi.
Pernahkah anda memperhatikan bahwa orang akan secara pribadi mengikuti individu tertentu yang justru di atas kertas (atau struktur organisasi) memiliki sedikit otoritas, tetapi memiliki minat, keahlian, dan kepedulian yang sungguh-sungguh bagi rekan kelompok dan produknya? Sebaliknya, bukan pemimpin pada manajemen dapat saja dihubungkan dengan kelebihan-kelebihan dan kenikmatan sehubungan dengan posisi yang tinggi, tetapi mereka memiliki
sedikit pengaruh terhadap yang lain, di luar dari kemampuan mereka untuk mendapatkan pemenuhan standard minimal.
--- bersambung---->>>

BERKENAN MEMBERI

Mungkin tak seorang pun bersimpati pada kesulitan anda. Atau mau mendengar dan memperhatikan keluhan anda. Itu tak apa. Biarkan saja. Manusia selalu disibukkan oleh urusannya sendiri. Manusia kebanyakan mendahulukan kepentingan egonya. Jadi mengapa anda harus kesal dan memasukkannya ke dalam hati? Hidup ini sederhana, bila kita tak selalu menuntut belas kasih dari orang lain. Hidup ini terasa manis, ketika kita bersedia menolong pada orang lain tanpa pamrih. Semakin banyak anda memberi, semakin ringan langkah anda
jadinya.

Cobalah berdiri di depan jendela dan pandanglah keluar. Tanyakan pada diri anda, apa yang bisa anda berikan pada dunia ini. Pasti ada alasan kuat anda hadir di sini. Tentu, bukan untuk merengek atau meminta sanjungan. Namun, demi sebuah kegunaan yang takkan sia-sia. Bahkan seekor cacing tanah pun menggeliat untuk menggemburkan sawah. Apalagi anda yang telah sempurna untuk seluruh tugas hidup anda. Namun, itu hanya terwujud bila anda berkenan
memberi.

RUMAH SERIBU CERMIN

Cerita Rakyat Jepang

Dahulu, di sebuah desa kecil yang terpencil, ada sebuah rumah yang dikenal dengan nama "Rumah Seribu Cermin."

Suatu hari seekor anjing kecil sedang berjalan-jalan di desa itu dan melintasi "Rumah Seribu Cermin". Ia tertarik pada rumah itu dan memutuskan untuk masuk melihat-lihat apa yang ada di dalamnya. Sambil melompat-lompat ceria ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu depan. Telinga terangkat tinggi-tinggi. Ekornya bergerak-gerak secepat mungkin. Betapa
terkejutnya ia ketika masuk ke dalam rumah, ia melihat ada seribu wajah ceria anjing-anjing kecil dengan ekor yang bergerak-gerak cepat. Ia tersenyum lebar, dan seribu wajah anjing kecil itu juga membalas dengan senyum lebar, hangat dan bersahabat.

Ketika ia meninggalkan rumah itu, ia berkata pada dirinya sendiri, "Tempat ini sangat menyenangkan. Suatu saat aku akan kembali mengunjunginya sesering mungkin."

Sesaat setelah anjing itu pergi, datanglah anjing kecil yang lain. Namun, anjing yang satu ini tidak seceria anjing yang sebelumnya. Ia juga memasuki rumah itu. Dengan perlahan ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu.
Ketika berada di dalam, ia terkejut melihat ada seribu wajah anjing kecil yang muram dan tidak bersahabat. Segera saja ia menyalak keras-keras, dan dibalas juga dengan seribu gonggongan yang menyeramkan. Ia merasa ketakutan dan keluar dari rumah sambil berkata pada dirinya sendiri, "Tempat ini sungguh menakutkan, aku takkan pernah mau kembali ke sini lagi."

Pojok Renungan Editor: Semua wajah yang ada di dunia ini adalah cermin wajah kita sendiri. Wajah bagaimanakah yang tampak pada orang-orang yang anda jumpai?

Rantai yang mengikat kaki

Seorang pawang gajah pernah bercerita bahwa gajah harus dilatih sejak masih kecil dan lemah. Pertama-tama kaki bayi gajah diikat dengan rantai baja yang kuat pada sebuah tonggak yang kokoh. Gajah hanya bisa berjalan sejauh panjang rantai. Jika ia berusaha melarikan diri, rantai baja akan menahannya. Biasanya ia akan mencoba memutuskan rantai itu dengan menariknya kuat-kuat, namun ia masih terlalu lemah untuk bisa mengalahkan kekuatan rantai baja. Ini berlangsung selama bertahun-tahun sampai tertanam dalam benak gajah bahwa ia takkan pernah mampu memutuskan rantai yang mengikat kakinya. Dengan demikian sang pawang bisa membawa gajah bekerja di ladang dan hutan tanpa khawatir melarikan diri. Lalu, apalah bedanya rantai baja dengan tali ijuk, bila sang gajah tetap saja menganggap dirinya takkan mampu mengalahkan apa yang mengikat kakinya?

Apakah hal ini terjadi pada hidup kita? Jika selama ini kita membiarkan diri terbelenggu pada pengalaman masa lalu, tanpa sedikit pun ada keberanian untuk menginsafinya, maka jangan salahkan siapa-siapa jika kita takkan pernah mampu melepaskan diri dari penyesalan.

Tuesday, December 09, 2008

TIPS MEMIMPIN DENGAN KETELADANAN

Keteladanan adalah perintah tanpa kata-kata. Orang senang mengikuti keteladan daripada perintah. Menjadi teladan adalah cara sederhana tapi efektif untuk mengesankan dan mempengaruhi karyawan anda. Sebenarnya, prinsip keteladanan itu ringkas, yaitu, "Meminta orang lain untuk melakukan apa yang anda lakukan dan katakan". Namun demikian penerapannya tidak cukup mudah. Anda memerlukan konsistensi dan integritas. Anda perlu mengetahui di bidang-bidang mana saja anda harus memberikan keteladanan. R. Bruce McAfee
dan Betty J. Ricks dalam tulisannya, "Leadership By Example: 'Do as I Do!" menunjukkan enam bidang kunci dimana anda harus bertindak dengan sikap memberi teladan.

1--Ketaatan pada aturan.

Tunjukkan keteladanan anda dengan menaati aturan-aturan yang berlaku. Sampaikan bahwa aturan tidak selamanya dibuat untuk membatasi ruang gerak, namun untuk menciptakan kondisi kerja yang positif.

2--Pencapaian kinerja kerja.

Anda tidak dapat mengharapkan karyawan anda bekerja lebih baik dari anda. Bila anda ingin karyawan meningkatkan prestasinya, tingkatkan terlebih dahulu prestasi anda.

3--Sikap terhadap perusahaan dan pekerjaan.

Milikilah sikap positif terhadap perusahaan dan pekerjaan. Tunjukkan sikap positif dan optimis terhadap apa yang dilakukan oleh perusahaan. Bila anda bersikap skeptis dan pesimis, maka anda gagal menumbuhkan kesan baik pada karyawan.

4--Kesehatan dan penampilan fisik.

Semua orang senang melihat kebugaran dan penampilan segar. Berilah teladan dengan merawat kesehatan dan penampilan diri anda.

5--Pakaian dan kerapihan

Pakaian yang anda kenakan dan gaya anda berpakaian dapat mempengaruhi orang lain. Berpakaian dengan rapi dan profesional menunjukkan penghargaan anda pada pekerjaan dan lingkungan kerja.

6--Aspek komunikasi interpersonal

Perhatikan cara anda berbicara dan bahasa tubuh anda saat berkomunikasi secara personal dengan orang lain. Tunjukkan sikap tenang, wibawa dan menghargai lawan bicara anda.

RUSA DI HUTAN

Laura Ingalls Wilder

Kisah ini bermula di hutan Wisconsin. Di sana ada seorang anak kecil bernama Laura. Ia tinggal di sebuah pondok yang terbuat dari balok kayu. Laura tinggal bersama dengan Pa, Ma, dan kedua saudara perempuannya. Kakaknya bernama Mary dan adiknya Carrie. Mereka punya seekor anjing bulldog yang sudah tua. Namanya Jack.

Saat itu musim gugur. Udara menjadi dingin. Sepanjang hari perapian dinyalakan supaya rumah tetap hangat. Laura dan Mary menjahit kain perca di depan perapian. Mereka sedang membuat selimut dari kain perca.

Suatu hari, sehabis makan malam, Pa pamit pergi ke hutan. Pa akan berburu rusa. Sejak musim semi lalu, persediaan daging di rumah sudah habis. Kini tiba saatnya bagi Pa untuk berburu lagi. Setelah Pa berangkat ke hutan, Laura dan Mary pergi tidur. Mereka kehilangan suara biola Pa. Biasanya, Pa selalu memainkan biola sebagai musik pengantar tidur mereka.

Keesokan harinya, Laura dan Mary menunggu cerita Pa tentang rusa di hutan.
Namun, seharian Pa sibuk membelah kayu bakar. Dan, mereka tidak melihat daging rusa sedikit pun.

Setelah makan malam Pa memangku Laura. Mary duduk di atas kursi kecilnya.
Lalu Pa berkata, "Sekarang Pa akan menceritakan mengapa kita tidak makan daging hari ini."

"Semalam Pa pergi ke hutan dan memanjat pohon oak yang besar. Dari situ Pa bisa mengintai rusa," kata Pa. "Kemarin bulan sedang purnama. Pa melihat seekor rusa yang bertanduk besar. Rusa itu tampak begitu kuat, bebas, dan liar. Pa tak tega menembaknya. Pa hanya duduk dan memandanginya. Akhirnya ia lari masuk ke hutan."

"Pa jadi ingat. Ma dan kalian sedang menanti daging rusa untuk kubawa pulang. Lalu Pa bertekad, nanti, kalau ada rusa muncul, Pa akan menembaknya.
Setelah menunggu agak lama, seekor induk rusa dan anaknya muncul di bawah sinar bulan. Mereka berdiri sambil mengawasi bulan. Matanya yang besar bersinar lembut. Sekali lagi, Pa hanya memandangi mereka. Mereka pun berlalu dan hilang di telan bayangan pepohonan. Lalu Pa turun dari pohon dan pulang."

Laura berbisik di telinga Pa, "Aku senang Pa tidak menembak mereka!"

Lalu Mary berkata, "Kita masih bisa makan roti dan mentega."

Pa memeluk kedua akanya dan berkata, "Kalian adalah anak-anakku yang baik."

Pojok Renungan Editor: Agaknya kita lebih banyak belajar kebijaksanaaan dari cerita kanak-kanak. Maksud hati memberikan ajaran kebaikan bagi anak-anak, namun seringkali ajaran itu membekas lebih dalam di hati kita sendiri.


(Diadaptasi dari The Deer in The Wood, Little House in The Big Woods, Laura Ingalls Wilder. Dapatkan cerita-cerita tentang kepioniran dari Seri Little House in The Prairie, karya Laura Ingalls Wilder yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo.)

TANYAKAN PADA APA YANG ANDA SENTUH

Tinggalkan meja kerja anda sekarang juga. Pandanglah dari kejauhan. Apakah anda melihat sebuah ruang kerja yang rapi, teratur, nyaman dan tenang. Atau anda menemukan sebuah sudut berantakan, berhiaskan kesimpang-siuran dan kerumitan. Atau anda menjumpai sebuah meja yang penuh kesibukan, semangat dan gairah yang melimpah. Citra apakah yang tampak dari meja kerja anda?
Apakah citra itu pula yang sedang terpancar dari dalam diri anda?

Anda tercermin dari apa yang anda sentuh. Bila telapak tangan anda bak kayu cendana, apa pun yang anda genggam akan turut menebarkan wanginya. Bila jemari anda milik sang Midas, lumpur yang anda sentuh tak urung memancarkan gemilang kemilau emas. Tanyakan pada benda-benda yang anda sentuh - meja kerja, tumpukan kertas, pensil, serta semuanya - cahaya dan wewangian apa yang terpancarkan darinya?

Stopper: (Mengenang Ibu Kartini: Surat-surat sang Penyuluh)

Duh, karena itu aku inginkan, hendaknya di lapangan pendidikan itu pembentukan watak diperhatikan dengan tidak kurang baiknya akan dan terutama sekali pendidikan ketabahan. Dalam pendidikan ini harus dapat dikembangkan dalam diri kanak-kanak, terus, terus... (Surat kepada E.C. Abendanon, 15 Agustus 1902)

Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh. (Surat kepada Estelle Zeehandelaar, 15 Agustus 1902)

Orang-orang Belanda itu menertawakan dan mengejek kebodohan kami, tetapi kalau kami mencoba maju, kemudian mereka bersikap menantang kami. (Surat kepada Estelle Zeehandelaar, 12 Januari 1900)

KEGIATAN ALTERNATIF MENGELOLA WAKTU

Mengelola waktu bukanlah pekerjaan yang mudah. Merencanakan penggunaan waktu mungkin cukup mudah untuk dilakukan, namun mengisinya sesuai dengan rencana adalah hal yang berbeda. Kegiatan ini bertujuan agar anda bisa menangkap sejauh mana anda mampu berjalan sesuai dengan rencana kegiatan yang anda susun sebelumnya. Mulailah di pagi hari sebelum anda melakukan kegiatan apa-apa. (Paradoks memang, anda menggunakan waktu justru untuk merencanakan
penghematan waktu.)

1--Pagi hari, sebelum melakukan apa-apa, coba isi agenda kerja anda untuk hari ini. Rencanakan semua kegiatan anda sedetil mungkin. Susun sesuai dengan skala proritas tujuan anda. Jangan hanya menentukan kapan anda melakukan kegiatan, namun juga berapa lama, dan apa yang harus anda kerjakan selanjutnya jika kegiatan utama tersebut gagal dilaksanakan. Ini menuntut anda untuk mengetahui tujuan anda hari ini. Setelah selesai, hitung berapa
lama waktu yang anda gunakan untuk menyusun rencana.

2--Siang hari, tengok kembali agenda anda. Kini, tuliskan apakah anda telah berjalan sesuai dengan rencana, atau ada banyak penyimpangan-penyimpangan.
Nilailah diri anda sendiri bagaimana anda mengisi waktu anda. Pertanyakan pada diri sendiri, apakah agenda yang anda susun pagi hari tadi cukup berguna?

3--Kini coba tuliskan semua perasaan-perasaan dan emosi-emosi yang menyertai kegiatan anda. Misal: jam 09.00. Kegiatan: menelepon si X; emosi: netral.
Coba tulis apakah anda mengalami kecemasan, takut, khawatir, senang, penuh harap, dan lain-lain. Tulis pula berapa lama perasaan itu melanda anda.
Kegiatan ini cukup sulit, karena tidak semua orang terbiasa untuk menyadari perasaan dan emosi mereka. Dapatkah anda melihat hubungan antara kegiatan anda dengan emosi yang muncul.

4--Lihatlah agenda untuk siang hingga sore nanti. Lakukan revisi bila anda merasa ada bagian yang harus direvisi ulang. Mungkin anda harus menambahkan kegiatan baru, menghapus/menunda kegiatan yang telah anda rencanakan di pagi hari. Kegiatan ini bertujuan untuk menilai kemampuan anda menyusun perencanaan di muka, sekaligus flesibilitas anda terhadap tuntutan
perubahan.

5--Pada akhir hari lihat kembali seluruh kegiatan anda hari ini. Apakah anda cukup puas dengan apa yang anda lakukan? Apakah anda merasa mampu mengelola waktu anda dengan baik?

Berbicara tentang waktu adalah berbicara tentang misteri besar. Sebagian orang memandang waktu seperti garis lurus yang harus dilalui. Waktu bergerak maju, dan kita hanyut di dalamnya. Sebagian orang yang lain memandang waktulah yang menerjang kita dengan deras. Namun, ada juga orang yang memandang bahwa waktu itu sama sekali tak bergerak. Bagi mereka waktu adalah saat ini, karenanya harus digunakan sebaik-baiknya. Dan, itulah kunci utama
dalam mengelola waktu.

MENGELOLA WAKTU

Perhatikan jam tangan kita baik-baik, apakah sedang menunjukkan pukul 8 tepat? Coba bandingkan dengan jam tangan orang-orang di sekitar kita. Bila ada selisih satu atau dua menit, itu tak apa. Namun kita mudah sekali menemukan banyak orang memajukan jarum jamnya lima atau sepuluh menit lebih cepat dari yang semestinya. Itu dilakukan, alasan mereka, agar tidak terlambat ke tempat tugas. Dengan memajukan jarum jam lebih cepat, mereka terpacu untuk melakukan kegiatan lebih dini. Yang menarik, sebenarnya mereka sadar akan perbuatan itu. Ini terbukti bila ditanya, mereka akan mengakui kesengajaan itu dan tahu persis berapa menit mereka memajukan "waktu" mereka. Mereka sengaja "mengelola" waktu untuk "memanipulasi" diri mereka sendiri. Mereka mempunyai waktu mereka sendiri, sedangkan kita pun memiliki waktu kita sendiri. Meski kita semua tampaknya sedang berjalan di satu garis waktu besar yang sama, namun "jalan setapak" yang kita lalui amat berbeda-beda.

Pertanyaan #1--Sadarkah anda bahwa mengelola waktu bukan sekedar menghitung jam demi jam (secara kuantitatif), melainkan mengelola emosi-emosi (secara kualitatif)? Sadarkah anda juga bahwa anda memiliki "waktu eksklusif" anda sendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain?

Kini mari perhatikan laju jarum jam kita masing-masing. Setiap jarum detik, menit dan jam, bergerak secara teratur. Demikian pula seluruh jarum jam yang ada di dunia, mereka berdetak seirama dan sejalan, seolah ada kesepakatan global untuk tidak saling mendahului ataupun tertinggal. Karena kesepakatan itulah kita bisa merencanakan penggunaan waktu dengan sesama. Kita bisa menyusun janji dengan orang lain tanpa harus saling berselisih mengenai perbedaan waktu. Namun, mari perhatikan saat kita menantikan sesuatu, waktu seolah berjalan lambat sekali. Semenit bagaikan sejam. Sebaliknya, saat kita sedang diburu-buru oleh batas waktu pekerjaan, waktu seolah berjalan cepat sekali. Sejam bagaikan semenit saja. Terasa ada dua macam "waktu" yang berbeda, yang pertama adalah waktu yang ditunjukkan dengan perjalanan
teratur jarum jam tangan kita (waktu fisik), dan yang kedua adalah waktu yang berjalan dalam pikiran kita sendiri (psikis).

Pertanyaan #2--Menurut anda mengapa ada "waktu" yang berjalan cepat dan lambat? "Waktu" apakah itu? Apakah anda juga sadar bahwa ada "waktu" yang berjalan secara teratur? "Waktu" apakah itu?

Kita semua mendapat bekal sejumlah waktu yang sama, yaitu 24 jam dalam sehari. Ini berlaku bagi siapa saja, tanpa terkecuali. Secara umum kita diajar untuk membagi waktu sebanyak 24 jam dalam sehari tersebut menjadi tiga bagian, yaitu; pertama, waktu kerja/aktif untuk bekerja dan melakukan berbagai kegiatan/kewajiban (biasanya dimulai pukul 8 pagi hingga 4 sore), kedua, waktu tidur/istirahat untuk tidur, beristirahat memulihkan kondisi tubuh yang digunakan selama waktu bekerja (biasanya (antara pukul sembilan malam hingga 5 pagi), dan waktu bebas/pribadi yang tersedia di sela-sela waktu tidur dan kerja. Waktu bebas/pribadi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga dan sosial. Pola ini, yang entah sejak kapan dikenal, tampak berusaha menyeimbangkan aktivitas fisik dan psikis. Namun, dalam kehidupan kerja modern, waktu menjadi tolok ukur baru bagi sebuah kemajuan. Semakin cepat semakin baik. Waktu dipandang sebagai sumber daya yang tak ternilai yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Muncullah tuntutan untuk mengelola waktu agar kita bisa bekerja seefektif dan seefisien mungkin. Diciptakanlah berbagai metode, alat, dan tehnologi untuk mengatur atau lebih tepatnya menghemat waktu kita. Bahkan, tiba-tiba seringkali kita merasa mengalami kekurangan waktu. Keseimbangan pola 3 x 8 jam fisik yang kita kenal sebelumnya lambat laun bergeser. Tanpa sadar, kegiatan kerja mendominasi hampir seluruh waktu yang tersedia. Kita mulai mengurangi waktu tidur, dan tidak ada banyak waktu lagi untuk bersosialisasi. Bersamaan
dengan itu pula keseimbangan waktu psikis juga mengalami pergeseran.

Pertanyaan #3--Bagaimana anda mengelola waktu anda? Seberapa seimbangkah anda mengola waktu anda?

Maka sebenarnya kunci pengelolaan waktu, baik fisik dan psikis kita, adalah keseimbangan antar keduanya. Dan keseimbangan itu tidak terletak pada bandul jam tangan kita, melainkan pada pikiran kita, sejauh mana kita mampu mengukur dan menimbang setiap detik penggunaan waktu kita dengan kegiatan-kegiatan yang multidimensi. Mengelola waktu berarti pula menjaga
keseimbangan aktivitas kita dengan nilai, prinsip, manfaat dan tujuan.

Pertanyaan #4--Menurut anda, apa artinya sebuah perencanaan waktu?

Kebanyakan dari kita menggunakan "time planner" untuk merencanakan penggunaan waktu. Kita menuliskan agenda kegiatan dalam sebuah tabel waktu linier, dari waktu sekarang menuju waktu-waktu selanjutnya. Kita pilah-pilah menjadi jam dan menit. Saat menulis, pikiran kita melompat jauh ke depan, dan seolah-olah telah melihat apa yang akan kita lakukan. Mungkin juga, saat menyusun agenda, kita menengok ke belakang untuk melihat apa yang telah dan
belum dilakukan. Begitu terus, pikiran kita melompat ke belakang lalu ke depan lagi. Teramat jarang sekali pikiran kita terhenti pada kegiatan "saat ini". Pada saat kita menulis, pikiran kita tidak sepenuhnya tertuju pada kegiatan menulis, melainkan pada rencana mendatang. Pertanyaannya adalah, sebenarnya waktu yang sedang kita alami ini adalah waktu apa? Waktu akan datang? Atau waktu lampau? Tentu jawabannya adalah waktu sekarang, waktu kini. Waktu akan datang belumlah datang. Sedangkan waktu lampau sudah tertinggal di belakang. Jadi sebenarnya, perencanaan waktu adalah sebuah pekerjaan imajiner, bahkan saat pikiran kita berpikir tentang waktu, seringkali waktu tersebut hanyalah sesuatu yang imajinatif belaka. Ini disebabkan betapa tidak mudahnya kita menyadari kehadiran "waktu sekarang".
Padahal kunci pemanfaatan waktu yang sebaik-baiknya adalah bila kita sadar bahwa yang tersedia hanyalah "waktu sekarang", bukan "waktu nanti" apalagi "waktu lampau". Kesadaran ini menuntun kita untuk melakukan sesuatu sebaik-baiknya sekarang, bukan nanti.

Pertanyaan #5--Sadarkah anda bahwa waktu yang ada hanyalah waktu "sekarang"?
Sadarkah anda bahwa waktu kemarin dan waktu esok sebenarnya hanya ada dalam kerja pikiran anda? Apakah anda menangkap waktu yang "ketiga" selain waktu fisik dan psikis?

Mengelola waktu bukan sekedar mengelola kegiatan, emosi, apalagi sekedar mencocokkan jam tangan anda. Mengelola waktu adalah mengelola kehidupan. Mengelola waktu menuntun kita untuk memilih mana yang terbaik bagi kehidupan ini. Sayangnya, tidak cukup mudah bagi kita bisa memahami apa sebenarnya "waktu" itu. Padahal, para bijak sering berkata, "hiduplah saat ini" karena yang tersedia memang hanya "saat" ini.

TEMPAT KERJA KITA, RUMAH KITA

Apalah bedanya perilaku di rumah dan di tempat kerja? Pagi hari, di rumah kita sapa adik, kakak dan orang tua yang baru bangun tidur. Kita matikan lampu-lampu demi menghemat listrik. Kita bersihkan lantai, kursi, dan meja agar ruangan terasa nyaman. Kita simpan pisau, barang pecah belah dan perlengkapan lain di tempatnya masing-masing. Kita senandungkan lagu ceria agar rumah penuh cahaya. Kita bekerja dan berlelah-lelah, kita bermain dan bersenang-senang tanpa berhitung-hitung satu sama lain. Karena itu kita tuliskan, "rumahku swargalolaku".

Lalu mengapa kita harus berbeda di tempat kerja? Bukankah kita semestinya menyapa rekan, bawahan dan atasan tanpa terkecuali. Kita pun bekerja seefisien mungkin. Kita rapikan ruang kerja, kita jaga keselamatan sesama, dan ciptakan keceriaan agar tempat kerja bermandikan cahaya. Kita bekerja dan berlelah-lelah tanpa harus kehilangan kebersenang-senangan kita. Karena itu kita boleh tuliskan, "tempat kerjaku, rumahku jua".

Stopper:

Cara terbaik mewujudkan impian-impian anda adalah dengan bangun. (J.M. Power)

Bereskan masalah-masalah anda sebelum pergi ke tempat tidur, dengan demikian esok anda bisa bangun dengan tersenyum. (Louis Fromm)

TUKANG ROTI DAN PETANI

Seorang tukang roti di sebuah desa kecil membeli satu kilogram mentega dari seorang petani. Ia curiga bahwa mentega yang dibelinya tidak benar-benar seberat satu kilogram. Beberapa kali ia menimbang mentega itu, dan benar, berat mentega itu tidak penuh satu kilogram. Yakinlah ia, bahwa petani itu telah melakukan kecurangan. Ia melaporkan pada hakim, dan petani itu
dimajukan ke sidang pengadilan.

Pada saat sidang, hakim brkata pada petani, "Tentu kau mempunyai timbangan?"

"Tidak, tuan hakim," jawab petani.

"Lalu, bagaimana kau bisa menimbang mentega yang kau jual itu?" tanya hakim.

Petani itu menjawab, "Ah, itu mudah sekali dijelaskan, tuan hakim. Untuk menimbang mentega seberat satu kilogram itu, sebagai penyeimbang, aku gunakan saja roti seberat satu kilogram yang aku beli dari tukang roti itu."

Smiley...! Cukup banyak contoh, kekesalan kita pada orang lain berasal dari sikap kita sendiri pada orang lain. (070401)

PENGALAMAN KITA SAMA BANYAKNYA

Pengalaman teman kami ini membuat lidah kami berdecak. Ketika kami berkunjung ke kotanya, ia bercerita bahwa ketika kanak-kanak ia pernah bersepeda puluhan kilometer membelah sawah, kebun tebu dan hutan kecil yang sekarang menjadi lahan perumahan megah. Ia pun bercerita tentang kegiatan masa kecilnya, seperti mengeringkan daun, mengawetkan belalang dan kupu-kupu, membuat rumah burung, menyusun kliping, dan tak lupa membolos.
Ketika remaja, pernah menjadi kenek truk hingga ke seberang pulau, membaca banyak buku dan sastra, bahkan sempat mencuri buku yang diidamkannya dari perpustakaan sekolah, menulis beberapa cerita dan puisi, takut berlatih silat meski banyak temannya adalah pendekar. Pernah juga berteman dengan pelukis, memainkan Bach, menjadi offisial atlet cacat, memunguti ikan yang tercecer saat musim pemindahan ikan di tambak rakyat tiba, dan semua pengalaman lain yang sangat menarik disimak.

"Pengalaman anda kaya sekali," ujar kami. "Tidak!" tukasnya. Sambil menatap keheranan ia melanjutkan, "Jangan salah sangka. Semua orang memiliki pengalaman yang sama kayanya. Hanya saja tidak semua orang mampu menghargai dan mengambil pelajaran darinya. Bila kau benar-benar terserap dalam setiap garis pengalaman hidupmu, kau akan sadari tiada satu pun yang sia-sia dalam hidup ini. Hidup ini terlalu cantik untuk diacuhkan. Bila kau merasa hidupmu
hampa, itu karena kau tak menghargainya."

Stopper:

Perkawinan yang baik adalah persatuan dari dua orang pemaaf. (Ruth Bell Graham)

Perkawinan yang berhasil membutuhkan perasaan jatuh cinta berulang-ulang, namun selalu dengan orang yang sama. (Mignon McLaughlin)

MENGAPA HARUS MEMILIKI?

Di manakah kita bisa temukan keindahan hidup? Di sebuah sudut alun-alun kota ini, sepasang suami istri pedagang kaki lima meringkuk dalam tenda dikelilingi oleh beberapa anaknya. Hujan deras turun sejak petang. Penganan yang dipajang sudah dingin dari tadi. Tapi mereka tetap saling bercanda sambil membiarkan suara radio kecil meramaikan suasana dengan sedikit
gemerisik. Kau pasti rugi, pak? "Ya, tidak apa-apa, semoga besok cuaca terang," demikian jawabnya. "Kami ini pedagang kecil, mas. Tak punya apa-apa. Jadi kalau toh rugi, kami tak kehilangan apa-apa. Orang yang takut kehilangan biasanya mereka yang merasa memiliki apa yang diusahakannya.
Padahal, siapa yang bisa menjamin malam ini tidak hujan? Betapa hebatnya pemilik hujan itu sehingga bisa membuat warung kami tak ada pengunjung?
Bahkan kami sendiri tidak kuasa atas perniagaan ini."

Ah, betapa sederhananya. Bila kita mengaku berkuasa atas apa yang kita "miliki", kita tercebur dalam lautan ilusi yang menenggelamkan saat apa yang kita "miliki" hanyut terdera ombak. "Memiliki" adalah rantai besi yang mengikat kita pada batu karang dasar laut. Menyadari ketidakkuasaan diri di hadapan semesta raya adalah kunci pembuka rantai itu.

Stopper:

Kita hanya hidup sekali, tetapi jika kita menjalaninya dengan benar, maka sekali berarti cukup. (Joe E. Lewis)

Hidup ini terkadang aneh. Kalau anda menolak untuk menerima bukan yang terbaik, seringkali anda justru akan menerimanya. (Somerset Maughan)

JANGAN HABISKAN WAKTU UNTUK MENGKRITIK

Anda akan memiliki lebih banyak "waktu" dengan tidak mengkritik. Setiap orang memahami sesuai prasangkanya. Setiap orang berhak mempertahankan pendiriannya. Jadi untuk apa anda menyusahkan diri dengan mengkritik apa yang terjadi pada orang lain. Anda takkan mampu memahami semua hal. Anda mungkin tidak melihat apa yang dilihat orang lain. Keterbatasan pikiran dan prasangkalah yang membuat anda takabur sehingga seolah-olah melihat apa yang
tak dilihat orang lain.

Bila perahu anda bocor di tengah lautan. Kritik pada si pembuat perahu tak akan menolong anda dari ketenggelaman. Anda harus menambal lubang, atau terjun ke air dan berenang. Ini menolong anda sendiri. Semua tindakan bagai simpanan yang akan anda tarik kelak. Dan seburuk-buruknya simpanan adalah kecaman. Sedangkan pertolongan selalu memberikan bunga yang terbaik.

Stopper:

Menahan emosi pahit tetapi akibatnya manis.

Obat mujarab bagi kemarahan ialah diam. Menyesal karena tidak berbicara lebih baik daripada menyesal karena berbicara.

Apabila anda merasa sudah tidak punya sopan santun lagi, sebaiknya anda diam.

PERLUKAH MENCARI JALAN PINTAS?

Keberhasilan tak diperoleh begitu saja. Ia adalah buah dari pohon kerja keras. Jangan terlalu berharap pada kemujuran. Tahukah anda apa itu kemujuran?
Bukankah, kita tak selalu mampu menjelaskan dari mana datangnya kemujuran. Sadarilah bahwa segala sesuatu perlu berjalan alami dan semestinya. Pertumbuhan diri adalah proses mendaki tangga. Anda harus melalui anak tangga satu per satu. Tak perlu repot mencari-cari jalan pintas, karena tak ada jalan pintas. Hargai saja setiap langkah kecil yang membawa anda maju. Ketergesaan adalah beban yang memberati langkah saja.

Amatilah jalan lurus anda. Tak peduli bergelombang atau berbatu, selama anda yakin berada di jalan yang tepat, maka melangkahlah terus. Dan, jalan yang tepat itu adalah jalan yang menuntun anda menjadi diri anda sendiri.

Stopper:

Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki. (Mahatma Gandhi)

Orang yang jujur akan tetap jujur, termasuk dalam bidang politik. (Mahatma Gandhi)

KEGIATAN ALTERNATIF

Kegiatan alternatif ini mengajak anda untuk menyadari bahwa proses pembelajaran dan pendidikan takkan pernah berhenti. Kegiatan ini dapat anda lakukan sekarang, asal tersedia cukup waktu sekitar 30 menit. Yang terpenting dalam kegiatan ini adalah pemahaman tentang apa itu belajar, bagaimana kita bisa belajar, juga betapa kayanya dunia ini bila kita mau
menjadi murid bagi kehidupan. Kita belajar ketrampilan tehnis dalam kelas-kelas, namun kita belajar kebijakan dalam setiap detik kehidupan itu sendiri.

1--Anda sekarang berada di kamar pribadi, atau ruangan lain dalam rumah/kantor anda. Apa pun yang anda lakukan sekarang, berhentilah sejenak.
Tebarkan pandangan ke seliling anda, ke seluruh ruangan. Carilah buku, majalah, koran atau bacaan lain yang anda temukan di sana. Catatlah berapa jumlah buku, majalah atau koran yang ada di sana. Pilah-pilah mana yang dalam satu minggu ini telah anda baca dan memberikan manfaat dalam menjaga keaktualan pengetahuan profesional anda, ketrampilan sehari-hari,
menumbuhkan kesadaran baru (kebijaksanaan), atau sekedar anda tahu saja.
Bila mungkin catat berapa lama anda membacanya. Apakah anda menyadari bahwa anda telah belajar sesuatu dalam seminggu terakhir ini?

2--Ingat-ingat kegiatan menonton tv anda selama satu minggu terakhir ini.
Cobalah mencatat acara apa yang anda tonton, dan berapa lama. Pilah-pilah mana acara yang hanya bersifat hiburan, pengetahuan, atau berita. Anda bisa memperluas kriteria ini. Hitung berapa prosentase lama jam tonton anda.
Temukan apakah acara-acara tersebut merupakan salah satu sumber bagi anda untuk meningkatkan dan menjaga keseimbangan pengetahuan anda?

3--Kini layangkan ingatan anda dengan siapakah anda berjumpa selama satu minggu terakhir ini. Catat nama, hubungannya dengan anda, dan data-data pribadi lain seperlunya. Catat dan hitung topik pembicaraan antara anda dan mereka. Apakah pembicaraan anda dengan mereka memberikan pengetahuan dan kesadaran (kebijakan) baru dalam diri anda? Atau sekedar mengobrol tanpa arah?

4--Anda bisa perluas kegiatan di atas dengan mengamati dan mencatat tempat-tempat yang anda kunjungi, surat-surat yang anda tulis, diskusi yang anda diikuti, dan segala macam peristiwa atau kegiatan lain yang anda alami selama satu minggu belakangan ini. Apakah anda menemukan kesadaran bahwa anda dapat belajar sesuatu dari apa pun? Bila toh itu bukan "pengetahuan" yang bersifat praktis, setidaknya tumbuh pemahaman dalam diri anda. Apakah
anda menyadari bahwa anda telah berbeda dibanding satu minggu yang lalu?
Atau sama saja, tanpa ada peningkatan kualitas diri?

5--Coba anda pelajari dengan seksama proses pembelajaran yang berlangsung selama satu minggu itu. Menurut anda mengapa anda bisa belajar dari segala sesuatu? Ada orang yang secara alami merasakan kehausan intelektual.
Dapatkah anda menyadari bahwa anda belajar karena bersedia membuka mata, telinga, pikiran anda lebar-lebar terhadap setiap peristiwa yang terjadi?
Dapatkah juga anda menyadari bahwa pemahaman dan kesadaran akan kebijakan baru yang anda rasakan terjadi karena anda bersedia membuka jiwa, hati dan nurani anda luas-luas pada setiap kejadian yang anda alami?

Bila ternyata kegiatan di atas cukup sulit, cobalah untuk mencatat kegiatan anda selama satu hari ini, buku-buku, majalah, dan koran yang anda baca hari ini, orang-orang dan kelompok perbincangan yang anda temui hari ini, acara tv yang anda tonton hari ini. Catat pula pengetahuan baru apakah yang tumbuh dalam diri anda, juga pemahaman akan kebijakan baru yang terbetik dalam jiwa anda. Ternyata proses belajar bukan harus merupakan proses "penyengajaan", namun lebih merupakan proses pembukaan diri terhadap realita. Kita belajar dari apapun, dari siapapun, di manapun, dan kapanpun. Hanya dengan satu syarat ringan, kita semestinya berkenan membuka mata, telinga, pikiran dan hati. (020401)

Thursday, December 04, 2008

Semilidetik Untuk Meraih Emas

Jika setiap pagi bank memberi anda pinjaman uang sebesar Rp. 86.400,- bebas untuk digunakan hanya pada hari itu saja, apa yang anda lakukan? Pastinya anda akan memanfaatkan uang itu sebaik-baiknya sebelum hari itu berakhir. Daripada hangus begitu saja, ya kan?

Kita semua memiliki bank seperti itu, namanya WAKTU. Setiap pagi, ia akan memberi anda pinjaman 86.400 detik yang akan hangus jika tidak digunakan pada hari itu juga. Tidak ada waktu tambahan dan tidak ada juga "uang muka" untuk pinjaman esok harinya. Jadi, gunakan waktu anda sebaik-baiknya dan mulailah bertindak sekarang juga.

Agar tahu pentingnya waktu SETAHUN,
tanyakan pada murid yang tidak naik kelas.

Agar tahu pentingnya waktu SEBULAN,
tanyakan pada ibu yang melahirkan bayi prematur

Agar tahu pentingnya waktu SEHARI,
tanyakan pada tukang bakso yang tidak bisa jualan hari ini.

Agar tahu pentingnya waktu SEMENIT,
tanyakan pada orang yang ketinggalan pesawat terbang

Agar tahu pentingnya waktu SEMILIDETIK,
tanyakan pada peraih medali perak cabang renang di Olimpiade

Ketika engkau bersembahyang

Ketika engkau bersembahyang
Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar

Bacaan al-fatihah dan surah
Membuat kegelapan terbuka matanya
Setiap doa dan pernyataan pasrah
Membentangkan jembatan cahaya

Tegak tubuh alif-mu mengakar ke pusat bumi
Ruku' lam badanmu memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu menangis
Di dalam cinta Allah hati gerimis

Sujud adalah satu-satunya hakikat hidup
Karena pejalanan hanya untuk tua dan redup
Ilmu dan peradaban takkan sampai
Kepada asal mula setiap jiwa kembali

Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri
Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali
Badan diperas jiwa dipompa tak terkira-kira
Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya

Sembahyang di atas sajadah cahaya
Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia
Rumah yang taka ada ruang tak ada waktunya
Yang tak bisa dikisahkan kepada siapa pun juga

Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah
Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika
Hatimu sabar mulia, kaki seteguh karang
Dadamu mencakrawala, seluas 'arasy sembilan puluh sembilan

(Emha Ainun Nadjib/PmBNetDok)

Wajib memakai dan mengikuti tolok ukur kehidupan

Para penyebar agama sering mengatakan bahwa hidup manusia wajib memakai dan mengikuti tolok ukur kehidupan yang sesuai dengan ukuran penilaian Tuhan.

Misalnya, ketika ada peluang melakukan korupsi, meski hal itu bisa membuat seseorang tadi menjadi kaya-raya --dan hal itu kondusif untuk memenuhi tolok ukur manusia mengenai kesejahteraan dan sukses hidup-- namun jalan yang ditempuh tadi jelas bertentangan dengan pandangan Allah.

Oleh karena itu, kita dianjurkan mendingan miskin tanpa melakukan korupsi daripada 'harus' kaya tapi tidak sesuai dengan pandangan Allah. Meski sedikit rezeki yang kita peroleh, tetapi jika ditempuh dengan jalan yang benar, insya Allah akan menjadi rezeki yang barokah.

Terkadang, karena kondisi zaman kita sekarang 'cari uang haram saja susah, apalagi uang halal', maka sejumlah kalangan manusia mencari perlindungan psikologis dan metoda survivalisme dengan cara 'membanggakan kemiskinan', bahkan mengideologikan kemiskinan. Seolah-olah hidup itu harus miskin. Miskin identik dengan kebaikan, sedangkan kekayaan dianggap identik dengan keburukan atau kecurangan.

Ketika kemudian sufisme atau tasawuf dipelajari, asosiasi baku mengenai sufi adalah seseorang dengan simbol-simbol kemiskinan. Kalau Anda memiliki dan memakai sesuatu yang melambangkan kekayaan dunia, orang menyimpulkan Anda pecinta dunia dan jauh dari Allah.

Tentu saja ini tidak rasional. Kalau Anda berpendapat demikian, maka Anda bisa dituduh melarang orang untuk menikmati anugerah kekayaan Tuhan. Itu berarti antisyukur. Pada pandangan Allah, yang menjadi masalah bukan Anda ini kaya atau miskin, bukan berapa jumlah uangmu. Yang dipersoalkan ada dua: pertama, apakah engkau memperolehnya dengan halal. Halal itu sehat secara sosial; kedua, apa yang engkau lakukan dengan kekayaan atau kemiskinanmu. Tuhan mencemburuimu kalau engkau menuhankan kekayaan. Ia juga jengkel dan 'pusing' kalau menyaksikan engkau menyembah kemiskinan. Islam tidak antimateri. Poinnya tidak terletak pada benda, melainkan pada ilmu dan sikap manusia dalam memperlakukan benda.

Engkau tidak wajib miskin, meskipun berhak memilih miskin, sepanjang kemiskinanmu itu merupakan fasilitas yang memang tepat bagimu untuk mengkondisikan kedekatan dengan Allah. Engkau juga tidak dilarang kaya, sepanjang kekayaanmu membuatmu setia dan cinta kepada-Nya. Tuhan memposisikan dirinya pada manusia yang lemah, miskin, dan serba berkekurangan. Maka, cinta dan kesetiaan pada Tuhan adalah kasih sayang kepada orang-orang lemah. Sedemikian rupa, sehingga di senja hidupmu kelak, kekayaan termewah yang engkau miliki bukanlah tumpukan benda-benda, melainkan track record kadar dan bukti kasih sayangmu kepada kaum papa --yang membuatmu tidak memiliki materi apa pun lagi di akhir hayatmu. 'Menjadi bayi telanjang' kembali pada detik-detik menjelang maut, itulah sukses hidup yang sempurna.

(Emha Ainun Najib/Republika/2006/PadhangmBulanNetDok)

DITANYAKAN KEPADANYA

Ditanyakan kepadanya siapakah pencuri
Jawabnya: ialah pisang yang berbuah mangga
Tak demikian Allah menata
Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapakah penumpuk harta
Jawabnya: ialah matahari yang tak bercahaya
Tak demikian sunnatullah berkata
Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapakah pemalas
Jawabnya: bumi yang memperlambat waktu edarnya
Menjadi kacaulah sistem alam semesta
Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya sapakah penindas
Jawabnya: ialah gunung berapi masuk kota
Dilanggarnya tradisi alam dan manusia
Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapa pemanja kebebasan
Ialah burung terbang tinggi menuju matahari
Burung Allah tak sedia bunuh diri
Maka berdusta ia

Ditanyakn kepadanya siapa orang lalai
Ialah siang yang tak bergilir ke malam hari
Sedangkan Allah sedemikian rupa mengelola
Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapa orang ingkar
Ialah air yang mengalir ke angkasa
Padahal telah ditetapkan hukum alam benda
Maka berdusta ia

Kemudian siapakah penguasa yang tak memimpin
Ialah benalu raksasa yang memenuhi ladang
Orang wajib menebangnya
Agar tak berdusta ia

Kemudian siapakah orang lemah perjuangan
Ialah api yang tak membakar keringnya dedaunan
Orang harus menggertak jiwanya
Agar tak berdusta ia

Kemudian siapakah pedagang penyihir
Ialah kijang kencana berlari di atas air
Orang harus meninggalkannya
Agar tak berdusta ia

Adapun siapakah budak kepentingan pribadi
Ialah babi yang meminum air kencingnya sendiri
Orang harus melemparkan batu ke tengkuknya
Agar tak berdusta ia

Dan akhirnya siapakah orang tak paham cinta
Ialah burung yang tertidur di kubangan kerbau
Nyanyikan puisi di telinganya
Agar tak berdusta ia
(Emha Ainun Najib/1988/PmBNetDok)